Chapter 9

620 82 4
                                    

🌛 Moonstruck🌜
•••

Wonwoo seakan memiliki jadwal yang tak pernah membuatnya bosan ketika tinggal sendiri di rumah atau mansion ayahnya yang besar atau Wonwoo lebih suka menyebutnya tempat tinggal. Walau banyak penghuni seperti pelayan dan pengawal. Kegiatannya akan terus berputar untuk bangun tidur, sarapan, membaca buku di perpustakaan, mengunjungi bunga-bunganya dan duduk di taman hingga tertidur lagi di kamarnya. Karena Wonwoo juga terlihat tidak suka diganggu oleh orang lain terkecuali Mingyu.

Jadi entah kenapa belakangan Wonwoo merasa kasihan dengan Mingyu yang hanya digaji untuk mengurusi kehidupannya yang tanpa warna. Ia lalu menghela napas lalu menoleh sedikit dan langsung disadari Mingyu yang juga menoleh padanya. Mereka sedang duduk di taman seperti biasa, menikmati angin siang menuju senja.

"Maaf."

Alis Mingyu bertaut. Dia terdiam sebentar lalu bertanya. "Untuk apa?"

"Untuk kegiatan monotonku."

Mingyu mengulum senyumnya. Merasa lucu dengan sikap Permatanya yang entah kenapa sangat manis. Meminta maaf untuk hal yang tidak perlu. Bukankah itu juga tugasnya? Jika takdirnya harus menemani dan menjaga Wonwoo, ia juga tidak masalah. Ia akan sangat bersyukur pada Tuhan karena bisa bersama dengan Permatanya setiap detik.

"Itu gak masalah. Sudah tugasku menemani kamu, Airis."

Wonwoo terkekeh pelan, lalu memutuskan untuk menanyakan hal yang pastinya Mingyu ingin ketahui tentang dirinya. Ia tau Mingyu membatasi diri agar tidak terlalu dekat, tapi ia juga ingin Mingyu memahami semua yang ia rasakan. Bukan hanya tentang kegiatan, tapi juga perasaannya.

"Apa kamu gak mau tanya sesuatu tentangku?"

"Tiba-tiba?"

Alis Mingyu terangkat. Matanya berbinar seperti mendapat hadiah yang tak terduga dari kegelisahan yang mencuat di sisi hatinya. Tentang Wonwoo, tentang siapa dan kenapa Wonwoo seperti ini. Tapi ia juga ragu, takut menyinggung perasaan Wonwoo dan malah berakhir dicampakan oleh sosok yang sudah menginvasi hatinya.

"Kamu pasti sudah dengar dari Ayah, Arda juga beberapa pelayan di rumah ini. Kamu gak mau dengar dariku langsung?"

"Bolehkah?"

Wonwoo mengangguk yakin dan dengan ragu Mingyu menyusun beberapa pertanyaan yang sekiranya bisa ia tanyakan. Tanpa menyinggung perasaan tuan mudanya.

"Eum, kenapa kamu gak ambil donor mata? Bukannya lebih indah bisa melihat dengan mata kepala sendiri?"

Wonwoo tersenyum tipis dan menghela napas ketika pertanyaan yang sangat menghantuinya diucapkan oleh Mingyu. Dia maklum karena bagi pengawal pribadinya itu, mata adalah segalanya karena Mingyu tidak pernah merasakan bagaimana kehidupan seorang Wonwoo. Tapi entah mengapa hatinya menyangkal kalimat selanjutnya ia ucapkan.

"Semua akan sia-sia saja ketika aku melihat matahari yang bersinar atau bulan yang menenangkan... jika hati dan perasaanku terasa kosong. Bayangan hitam ini lebih bisa mereprentasikan kehidupanku dibanding melihat semua kemunafikan dunia. Cukup dengan meraba dan mendengar sudah membuatku memiliki hidup sendiri. Membayangkan apa yang ada disekelilingku sesuai ekspetasi tanpa takut dikecewakan. Dengan itu aku belajar menerima kekuranganku, walau sulit pada awalnya."

"Tapi sendirian itu... menakutkan."

Wonwoo menghela napas berat. Matanya yang menatap kosong seakan menyiratkan kesedihan yang sangat dalam. Keputusasaan akan hidupnya yang bahkan tidak ia minati sejak kehilangan salah satu indera yang paling berpengaruh. Tapi apakah boleh? Bolehkan dia berharap untuk sekarang memiliki salah satu indera yang sangat ia benci itu? Wonwoo terkekeh lirih.

✔ Moonstruck [Meanie Local AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang