🌛 Moonstruck🌜
•••Segala keraguan yang muncul di hati Wonwoo membuatnya tidak bisa terlelap dalam tidur. Setelah Seungcheol pamit, Wonwoo memutuskan mencoba untuk tertidur dan meninggalkan segala pikiran berlebihnya pada sosok Denevan Mingyu, sang pengawal pribadi. Tapi sampai hangat terpaan sinar matahari menyapa kulit putihnya melalui jendela kamar. Wonwoo masih terjaga.
Ucapan selamat pagi pelayan yang menyiapkan air untuknya mandi juga tidak digubrisnya. Ia bahkan sudah duduk termenung di atas kasur dengan tatapan yang tampak sendu disana. Wonwoo seakan merindukan satu sosok yang sudah membuatnya semakin gila setiap harinya. Tapi pagi itu orang itu belum tiba.
Setelah membersihkan diri Wonwoo turun sarapan seperti biasa. Tidak ada tanda-tanda kehadiran orang yang membuatnya merasakan perasaan aneh itu. Seungcheol bahkan menjawab tidak tau saat ditanya keberadaan Denevan. Kata-kata penenang dari pemimpin pengawal itu pun tidak Wonwoo gubris. Ia hanya bisa tenang jika Mingyu sendiri yang hadir disana, menemaninya seperti biasa.
Tapi lagi-lagi saat dirinya sudah duduk dengan menghadap buku novel di perpustakaan. Mingyu tetap tidak hadir. Wonwoo yang semakin cemas hanya bisa duduk termenung dengan segala kecemasannya.
Apakah ia melakukan hal yang buruk pada Mingyu? Apakah ia mengatakan hal yang membuat Mingyu sakit hati dan tidak ingin bertemu dengannya lagi?
Semua masuk ke dalam pikiran Wonwoo yang semakin kusut. Hingga ia memutuskan untuk duduk di taman tanpa melakukan apa-apa dan hanya ditemani terpaan angin. Berharap sosok itu melindunginya dari udara siang yang semakin terik dan hangat tapi terasa dingin.
•••
"Hari ini lu gak masuk?"
Seokmin baru saja tiba di kamar seberangnya. Setelah Mingyu menelponnya tiba-tiba dan menyuruhnya mampir sebentar di kamarnya. Ia melihat Mingyu yang meringkuk di atas kasur dengan kompres tempel di dahinya. Wajah lelah dan pucat itu membuat lengkungan senyum miris di wajah Seokmin. Mingyu, temannya itu sakit. Entah karena apa.
"Iya, gue gak enak badan tiba-tiba."
Seokmin terkekeh melihat tubuh bongsor Mingyu yang terlihat berotot sekarang terbaring dengan wajah pucatnya. Tak habis pikir seorang Denevan Mingyu bisa sakit. Tapi yah dia maklum karena Mingyu memang masih manusia. Tapi sepertinya dia tau kenapa Mingyu bisa sakit.
"Gara-gara jagain Permata seharian lu jadi ketularan sakit."
Mingyu mendengus kesal. Masih saja temannya itu menggodanya walau tak dipungkiri pipinya memanas detik itu juga. Nama Permatanya disebut dan gejolak aneh muncul lagi di hatinya. Padahal Mingyu tidak sedang berolahraga.
"Nanti deh gue datengnya agak siangan. Ijinin ke Bang Arda ya?"
Seokmin mengangguk. "Oke. Lu udah makan?"
Lelaki yang kini bangkit terduduk dari baringnya itu menggeleng pelan. Masih terasa pusing dengan kepalanya yang semakin nyeri karena panas yang tak kunjung reda. Seokmin menawarkan bantuan untuk membelikan Mingyu sarapan, tapi lelaki bongsor itu menolak dan hanya meminum air mineral yang ia siapkan sendiri di nakas samping tempat tidurnya. Miris Seokmin melihatnya.
Namun sebuah suara kaki tiba-tiba menginterupsi mereka. Pintu kamar Mingyu diketuk dan Seokmin yang sejak tadi duduk di kursi kerja merangkap kursi makan itu bangkit hendak membukakan pintu. Namun ia terpaku saat melihat siapa yang berdiri di sana dengan sebuah nampan berisi semangkuk bubur panas dan segelas teh hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Moonstruck [Meanie Local AU]
FanfictionDenevan Mingyu, hidup ditengah hiruk pikuk kota Jakarta. Hidup yang tidak terlalu berkecukupan untuk memberi makan dirinya sendiri. Sampai ia bertemu dengan seorang tuna netra bernama Airis Wonwoo. Original Fanfict by © Sweet Puppet, 2021