🌛 Moonstruck🌜
•••Benar saja, setelah adegan hujan-hujanan kemarin akibatnya hari ini Wonwoo demam. Mingyu sekarang sedang berdiri di samping tempat tidur tuan mudanya dengan wajah ditekuk dan menunduk dalam. Menerima semua teguran dan cacian dari tuan Darma—atasannya. Belum lagi Seungcheol yang sudah memberikan sanksi untuknya, membersihkan toilet mansion besar itu yang lebarnya bahkan sebesar gedung kosan tempat tinggalnya.
Wonwoo tidak membelanya sama sekali, yang sebenarnya Mingyu ingin protes kalau saja tidak punya rasa sopan santun yang tersisa. Dia masih tau diri dan butuh uang gaji besar itu yang semakin membuatnya lebih makmur ketimbang bekerja di kantor percetakan itu. Dibuktikan dengan tubuhnya yang mulai bongsor dan uang gaji pertama dimuka yang digunakan sebagai kiriman untuk ibu dan adiknya yang semakin meningkat.
Sekarang setelah cercahan dari bos Yunho dan Seungcheol, Mingyu diminta untuk menyuapi tuan mudanya yang sedang bersandar lemah di tempat tidur. Bubur itu menjadi rasa kekesalan Mingyu saat suapan besar masuk ke mulut kecil tuan mudanya. Tapi tetap saja rasa kesalnya langsung berubah saat melihat wajah putih dan bibir yang sekarang pucat itu.
Kalau saja dirinya lebih tegas kemarin, hal ini tidak akan terjadi.
"Hahahahaha..."
Wonwoo tertawa setelah suapan terakhirnya dan obat penurun panas yang sudah diminum. Mingyu mengerenyit kaget dengan perubahan sikap tuan mudanya yang aneh hari ini. Maksudnya, apa demam bisa membuat orang menjadi kehilangan kewarasan? Mingyu sepertinya harus tau hal-hal aneh seperti ini.
"Wajah kamu pasti lucu pas dimarahi ayah sama Arda tadi."
Mingyu mendengus kesal. Ternyata tuan mudanya tidak sakit jiwa, tapi hanya meledeknya saja. Tapi muka cemberutnya berubah cepat menjadi senyuman simpul saat melihat gerutan lucu di hidung bangir tuan mudanya. Cengiran lebar wajah putih itu membuat hatinya menghangat. Ah, perasaan apa ini?
"Terimakasih atas pujiannya Den Permata."
Tapi tawa itu tiba-tiba berubah datar. Alis Wonwoo bahkan bertaut saat mendengar ujaran Mingyu. Bahkan kepalanya dimiringkan ke kiri dengan bibir mengerucut. Tangannya dilipat dan membuat Mingyu hampir memekik gemas.
"Kamu lupa perintahku kemarin?" Oh lihat wajah sok angkuh itu sekarang.
"Huh?" Mingyu mengerenyit bingung.
"Panggil aku Airis. Lagipula kita seumuran kan?"
Ah, ternyata perintah itu. Mingyu tersenyum kecil, melihat bibir plum itu yang mengerucut lucu. Lagi-lagi Mingyu ingin menggoda tuan mudanya agar lebih merajuk lagi. Membalas tawa mengejek yang Wonwoo berikan untuknya.
"Tapi—"
"Ini perintah."
Lagi-lagi suara imut itu membuat Mingyu kembali terkekeh dalam diam. Ia pun mematuhi aturan dadakan tuan mudanya. Wonwoo terlihat tidak suka saat Mingyu memanggilnya dengan tuan muda. Tapi kali ini, Mingyu ingin menggoda tuannya lebih dari yang sebelumnya. Ingin melihat ruam merah pipi yang samar tapi lucu.
"Baiklah, Airis... atau lebih baik aku panggil... Permataku?"
Tak disangka suara dan panggilan Mingyu untuknya yang terdengar manis itu membuat jantung Wonwoo berdetak cepat. Tak dipungkiri jika sebutan Permataku membuat wajahnya memanas merah bak kepiting rebus. Kenapa juga ia harus merasakan hal seperti ini jika berdekatan dengan Mingyu? Selama hidupnya, ia tidak pernah merasakan sesuatu yang mengebom hatinya bahkan membuat perutnya tergelitik. Sedangkan Mingyu makin tersenyum gemas melihatnya.
"A-airis saja."
Ulang Wonwoo dengan wajah tersipu. Menggoda tuan mudanya yang semakin lucu dan Mingyu menahan senyumnya dengan menghela napas pelan dengan perasaan aneh juga jantung yang semakin berdebar. Takut-takut Wonwoo mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Moonstruck [Meanie Local AU]
FanfictionDenevan Mingyu, hidup ditengah hiruk pikuk kota Jakarta. Hidup yang tidak terlalu berkecukupan untuk memberi makan dirinya sendiri. Sampai ia bertemu dengan seorang tuna netra bernama Airis Wonwoo. Original Fanfict by © Sweet Puppet, 2021