17 - Insiden Kedua

780 115 75
                                    

Hae author balik, masih ada yang nungguin gak ya?

.

.

.

"Cukup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cukup.." Oikawa berkata lirih, dirinya sudah tak berdaya dan sakit.

"Haha denger gak barusan si cupu bilang apa? Cukup katanya? Tadi berani bener?!" Ujar Yoriko sambil tangannya terus memukuli Oikawa.

Sudah hampir satu jam. Ya, satu jam Oikawa disiksa seperti itu.

Dimaki hingga disuruh mati, menjauh dari dunia ini. Bahkan Kirana yang tidak ada sangkut pautnya ikut memaki Oikawa.

"Mati aja sana! Lo gak pantes hidup di dunia!" Seru Yoriko, Ia melihat kekejian yang dilakukan dirinya sendiri dengan senyum merekah sambil terus membuka mulutnya mengatakan kata-kata kasar.

Oh, Aori dan Kenta? Mereka ikut berpartisipasi tapi hanya membuka lebar mulutnya, mengeluarkan suara HA-HA-HA.

"Bener kata Yoriko, lo udah ngerebut kebahagian gua sama my baby Iwa! Lo pantes mati!! Gak ada yang sayang sama lo!" Tambah Kirana.

Tidak. Oikawa tidak boleh percaya perkataan-perkataan itu. Tapi-

"Asal lo tau, Orang-orang disekitar lo itu sayang sama lo karna mereka cuma kasihan sama lo! Mereka juga pasti ngerasa kesusahan karna lo beban. Jadi mending lo mati aja!" Ujar Yoriko.

Oikawa langsung mematung di tempat. Ucapan itu terlalu menyakitkan untuk didengar. Itu adalah kalimat yang paling tidak ingin Ia dengar.

Tapi meskipun sudah tidak bergerak, Kirana dan Yoriko tetap menghajar dan memaki Oikawa. Meski Oikawa tak lagi meringis atau memohon karna dunianya terasa berhenti begitu kalimat yang paling dibencinya dilontarkan padanya.

Aori dan Kenta hanya menjadi saksi atas kekerasan yang dua orang itu lakukan. Kirana menjambak rambutnya sambil sesekali menamparnya.

Sebenarnya tujuan Kirana hanya untuk balas dendam. Ia tidak benar-benar menyukai Iwaizumi. Itu hanya provokasi karna Ia tidak Terima disiram Iwaizumi waktu itu. Ah, padahal dulu Ia sempat sangat menyukai Iwaizumi.

Tapi.. Kasih pelajaran ke Oikawa sedikit gapapa kan? Oikawa juga salah udah nyenggol dia. Sekalian jadi pelampiasan.

"Mati! Mati! Mati!!"

⋇⋆✦⋆⋇ 

"YOOO AKHIRNYA, PERTANDINGAN DIMENANGKAN OLEH SEIJOH DENGAN SKOR 67-64!" Seru Narator kita, Joko.

Menurut mereka Joko adalah pembawa acara terbaik karena tidak membosankan.

Penonton bersorak senang saat jagoannya menang, yang kalah hanya bersorak kecewa. Ada beberapa yang tetap tepuk tangan menikmati acara olahraga yang kelihatannya melelahkan itu.

"Kyaaaaaa Iwaizumi keren bgt gak sii?"

"Aaaa love you Iwajime!!"

"Ahh, jagoan kita si Hinata kalah ya.."

"Huuu kageyama gak bener itu Combonya tadi.."

Dan masih banyak lagi pujian dan kritikan dari para rakyat jelata itu.

Semua yang berpartisipasi sebagai pemain juga merasa lega--lebih tepatnya untuk Seijoh. Karasuno memasang wajah kecewa namun tetap mengintimidasi.

Tapi sekarang Iwaizumi sama sekali tak memedulikan semua itu, Setelah minum air isotonik Ia langsung pergi bertanya-tanya kemana Oikawa. Matanya terus bergerak kekanan kiri, mencari keberadaannya di kursi penonton dari lapangan dibawah sana.

"Ck sial." Ia mendecak.

Mendapati Yahaba yang sedari tadi memperhatikannya, Iwaizumi pun bertanya padanya. "Yahaba kau tau dimana Oikawa?"

Namun jawaban yang didapat sama sekali tidak seperti ekspektasinya. Yahaba hanya menggeleng.

"Lo nyari Oikawa?" Seseorang dari belakangnya menyahut, rupanya itu Joko yang sudah turun dari panggung.

"Ya. Lo tau dia dimana?" Tanya Iwaizumi tanpa basa-basi.

Joko membuat pose berpikir, "hmm tadi sebelum pertandingan mulai, gua ngeliat dia diajak Yoriko--lebih kayak dipaksa sih. Tapi gua gatau kemana." Joko menggedikkan bahunya.

"Cih si bangsat sialan." Umpat Iwaizumi segera. Membuat Joko yang mendengar bergidik ngeri.

"Yaudah thanks infonya ko." Belum sempat Joko menjawab, Iwaizumi langsung ngacir keluar dari lapangan.

Kemana kira-kira Yoriko membawa Oikawa?

Berpikir, pikirkan sesuatu, pikirkan sesuatu Hajime!

Oh! Tempat itu.

Iwaizumi segera me melaju ke tempat yang terlintas dipikirannya.

Ya, Gudang.

⋇⋆✦⋆⋇ 

"AKH..!" Ringisan tertahan itu keluar dari mulut Oikawa yang entah sudah keberapa kali Ia meraung kesakitan.

Ia pikir, dengan adanya Iwaizumi semuanya akan aman dan baik-baik saja.

Nyatanya?

Sepertinya memang benar kalau orang-orang yang menyayanginya itu hanya sekedar kasihan kepadanya.

Buktinya Iwaizumi tidak datang menolongnya. Oh, atau mungkin masih sibuk tanding..?

Tanding..?

Gawat. Oikawa tidak dapat menemani Iwaizumi tanding. Sekedar menyemangati.

Dia merasa tidak berguna.

Tidak pernah ada.

"Hiks.."

"Oh? Wah liat deh si buta nangis!" Seru Yoriko.

Cutter yang entah darimana menyayati lengannya dan selalu berhasil membuatnya meringis lemah.

"Ckckck. Kenapa? Ga ada yang nyelametin ya? Pawangnya pasti lagi sibuk, ara~ kasian~" Sahut Kirana.

Oikawa terisak, kenapa Ia tidak dibiarkan bahagia?

Katanya Tuhan adil?

Tidak pernah terbayang bahwa kehidupannya seperti ini, skenarionya menyedihkan.

'Iwa-chan.. Tasukete..'

'Gomennasai.'

Matanya pun perlahan menutup.

.

.

.

Tbc.

Protect You [岩及]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang