Aku selalu ingat penggalan. Aku dan kamu—kita, pernah membedah puisi "Sad Boy" karya Pablo Neruda tersebut pada suatu malam.
“Kamu kalau jatuh cinta kayaknya bakal begini deh, persis puisi ini,” kataku.
Kamu terbahak, kemudian menjelaskan tanpa kuminta mengenai peristiwa jatuh cinta ditinjau dari sisi ilmiah. Tentang kerja kimia di otak dan sebagainya. Aku hanya mengangguk-angguk di depan layar, membaca panjang lebar penjelasanmu yang sedang menempuh pendidikan kedokteran.
Aku yang tujuh tahun lebih tua darimu dan sudah berkali-kali mengalami patah hati hanya tersenyum getir. Tentu saja kamu cerdas dalam penjelasan ilmiah ini, sangat cerdas, sama seperti arti nama belakangmu. Namun satu hal yang belum kamu tahu, akan tiba waktunya kamu tidak lagi peduli dengan semua penjelasan ilmiah itu. Sebab jatuh cinta dan merelakan adalah tentang dirimu seutuhnya dan tentang hatimu sebagai manusia yang memiliki rasa.
Pertemuan kita teramat sederhana. Dari sebuah forum menulis dan novel, jarak ratusan kilometer seolah tak ada artinya. Aku tidak ingat kapan aku dan kamu semakin dekat, tetapi kita mulai nyaman menceritakan hal-hal yang tidak mungkin dibicarakan dengan orang lain. Aku tidak pernah mengatakan ini padamu, tetapi setiap kali kamu berkeluh kesah mengenai lelahnya pendidikan kedokteranmu, mengenai hal-hal mengesalkan yang terjadi di sekitarmu, keresahan-keresahanmu, aku menikmatinya. Walau keluhanmu hanya melalui tulisan, aku bisa merasakan kamu sedang bersandar di bahuku. Entah apa nama rasa itu, aku menganggapmu seperti adik yang sedang berkeluh kesah kepada kakaknya. Nyaman, damai, bahagia.
Oh, sial!...
Jauh sebelum mengenalmu, aku sangat membenci istilah “adik kakak-an”, tetapi denganmu, sepertinya aku terjebak dan menikmati kebencianku sendiri.Good job, Universe! Good job!
Satu hal lain yang sungguh membingungkan, aku belum pernah bertemu langsung denganmu, kita hanya menghabiskan waktu melalui tulisan-tulisan, mendengar suaramu pun tidak, video call apalagi, tidak pernah sekalipun. Namun ada yang teramat ganjil dalam kedekatan kita, yang tidak pernah aku rasakan pada pengalaman dengan laki-laki lain sebelumnya. Aku seperti sudah pernah mengenalmu lama sekali. Aku bisa menebak isi kepalamu, apa yang akan kamu katakan, apa yang kamu rasakan bahkan sebelum kamu mengungkapkannya. Aneh bukan? Sejak saat itu aku mulai percaya reinkarnasi itu nyata, bahkan mungkin twin flame.
Pada akhirnya, bulan demi bulan berlalu, aku bisa merasa kalau kamu (sepertinya) mulai menyukaiku....

KAMU SEDANG MEMBACA
kenangan tadi malam
القصة القصيرةkarya dari: Ririn selamat membaca teman teman🙂😊 kenangan tadi malam 🙂 Aku tidak pandai menyimpan kenangan. Bagiku, masa lalu hanyalah jejak yang akan lenyap tersapu air hujan. Hilang tanpa bekas. Aku tidak...