Yuk mulai
Waktu berlalu dan Tuhan mengabulkan keinginanku. Sampailah aku pada cuti libur pertengahan tahun dan Yogyakarta menjadi tujuanku. Jarak kita semakin dekat, kamu hanya berselisih satu jam perjalanan dari tempatku berlibur. Aku hanya membawa tas ransel kecil berisi dompet, handphone dan charger menuju kotamu, berusaha terlihat secuek mungkin, padahal hatiku patah karena tahu bahwa kemungkinan besar hari itu akan menjadi pertemuan pertama dan terakhir kita.Rasanya aneh, ada perasaan gembira yang meledak-ledak, sebab akhirnya kita bertatap muka setelah sekitar enam bulan hanya bertukar kata melalui tulisan, tetapi—hatiku ambyar di saat yang sama. Langkahku ringan saat menjejakkan kaki untuk pertama kalinya di Surakarta, hari masih pagi. Bukan kamu yang menyapaku di pintu keluar Stasiun Kota Solo Balapan, tetapi seorang tukang becak yang sudah tua.
“Naik becak, Mbak? Mau diantar ke mana?” ujar si bapak dalam bahasa Jawa halus.
“Mboten,” jawabku singkat sambil tersenyum.
“Hai! Udah dari tadi?”
Satu sapaan dari kejauhan dan aku langsung mengenali itu adalah kamu. T-shirt warna hitam santai, celana jeans santai, tidak ada yang spesial dari penampilanmu, tetapi binar mata itu tidak bisa menyembunyikan pijar ambisi si pintar yang satu ini—brilliant. Aku membalas senyummu, pertemuan pertama yang seharusnya manis itu langsung buyar karena tukang becak tadi menimpali, “Oalah pantes nggak mau naik becak, ternyata sudah dijemput pacarnya.”
Reaksimu sungguh menyebalkan, yaitu tertawa terbahak-bahak.“Mboten, Pak!” ujarku sebal sambil berlalu dan menyeretmu menjauh.
Entah wajahku tetap normal atau merona merah saat itu. Kalau diingat-ingat lagi, mungkin Tuhan ingin menjadikan pertemuan pertama kita otentik dan dapat dikenang dalam kemasan yang lucu. Lihat, walaupun kita mengimani agama yang berbeda, Tuhan sungguh baik bukan? Berkat hadiranmu, Stasiun Kota Solo Balapan meninggalkan kisah kecil yang manis.
Tidak ada yang spesial dari pertemuan pertama kita, hari itu kita habiskan untuk keliling Surakarta dan wisata kuliner. Jam demi jam berlalu sangat cepat hingga sore menjelang. Kamu mengarahkan mobil ke kosan salah satu temanmu, ada keperluan mengambil buku atau entahlah. Aku menunggu seorang diri sehingga punya waktu untuk meneliti bagian dalam mobilmu. Cukup rapi untuk ukuran anak kos, atau mungkin sudah kamu rapikan sebelum kedatanganku?Dari semua benda yang ada di sana, pandanganku terhenti pada dua benda: jas praktikum warna putih milikmu yang tergantung di jok belakang, dan di spion tengah aku menemukan—rosario.

KAMU SEDANG MEMBACA
kenangan tadi malam
Cerita Pendekkarya dari: Ririn selamat membaca teman teman🙂😊 kenangan tadi malam 🙂 Aku tidak pandai menyimpan kenangan. Bagiku, masa lalu hanyalah jejak yang akan lenyap tersapu air hujan. Hilang tanpa bekas. Aku tidak...