Lanjut yukk
Jam berputar lagi lebih cepat. Jarumnya menunjukkan angka sembilan sekarang. Satu jam lagi kafe akan tutup dan kamu belum juga menampakkan diri. Aku mencoba menghubungimu lewat telepon, tetapi terdengar nada sibuk di handphonemu.
“Mungkin macetnya parah, sabar saja,” kata Aldo.
“Tapi dulu dia selalu on time.”
Aldo tersenyum. “Mungkin dia bukan yang dulu lagi.”
Aku mengangkat bahu dan membuang pandang keluar kafe. Bougenvile ungu di luar kafe tampak layu dan mengantuk malam-malam begini. Dulu kau selalu menyebut bunga cantik itu pemalas. Kerjanya selalu tidur sebelum pukul sembilan malam. Mendadak aku tersenyum sendiri. Apa kau masih seperti yang kukenal dahulu? Menyukai bunga dan mengkritiknya sekaligus?
“Aku mengagumi Eka,” kata Aldo tiba-tiba. “Kau juga, bukan?”
Aku mengangguk. “Ya, dia sahabat terbaik yang pernah kumuliki di masa kecilku.”
“Dia juga mengatakan kau sahabat terbaiknya. Kalian beruntung memiliki sahabat masa kecil yang luar biasa.”
“Sejak kapan kau kenal Eka?” tanyaku.
Aldo tersenyum menerawang. Matanya berbinar seperti memancarkan kenangan indah. Aku benar-benar tidak mengerti bahwa beberapa laki-laki begitu pandai menyimpan kenangan. Tak hanya kau, tapi Aldo juga terlihat pandai menyimpan setiap kenangan.
“Saya bekerja satu gedung dengan Eka. Waktu itu pulang malam dan melihat Eka berdiri menunggu bis. Saya mengajaknya pulang bersama. Sejak itu kami dekat.”
“Oh, kau tinggal dekat dengan Eka?”
Aldo mengangguk. “Ya, sekarang kami tinggal satu apartemen.”
Tiba-tiba waitress menunjukkan meja kami ke seorang perempuan yang datang memasuki kafe. Perempuan itu berjalan tergesa ke meja kami dengan wajah agak panik. Mengenakan blazer berwarna krem, high heels, tas jinjing bermerek dan rambutnya yang lurus panjang tampak begitu halus mempesona. Melihatku duduk termangu menatapnya, tiba-tiba perempuan itu berlari ke arahku dan menubrukku. Napasku sesak dan tercekik karena perempuan itu memelukku begitu kuat. Aku berusaha melepaskan diri dan mencari tahu apa yang telah terjadi di kafe ini. Pikiran konyolku berkhayal aku sedang jadi bulan-bulanan acara reality show sebuah stasiun TV.
KAMU SEDANG MEMBACA
kenangan tadi malam
Historia Cortakarya dari: Ririn selamat membaca teman teman🙂😊 kenangan tadi malam 🙂 Aku tidak pandai menyimpan kenangan. Bagiku, masa lalu hanyalah jejak yang akan lenyap tersapu air hujan. Hilang tanpa bekas. Aku tidak...