Rupanya dari candaan itu, Pak Zamzuri dapat membaca raut muka aku. Dibalik senyum dan tawa itu, dia melihat kegusaran. Aku sodorkan rokok keretek dan ku tuangkan kopi di dalam cangkir kaleng, tak membuat pecah konsentrasi peronda senior ini.
“Tak usahlah coba bohong Cik, Kita sama-sama orang yang sua bergadang. Kitta sama-sama tahu, kalau orang yang suka bergadang itu intuisinya sensitif dan instingnya tajam. Kalau mau berbagi cerita di waktu yang sesaat ini mari Cik berbagi”, tegurnya menyindir.
Aku sempat terdiam beberapa saat. Tak sadar, raut muka aku berubah. Layar kisah aku dan Hartini terasa muncul kembali di atas ubun-ubun kepalaku. Sempat tampa olehku, saat aku menghantar Hartini ke kantornya, di sebuah bank swasta mengenakan taksi, meluncur ke kawasan Pasar Baru Jakarta Pusat.
Kami bercanda pagi itu, hingga tak menghiraukan supir taksi yang mengintip dari kaca spionnya. Mendadak layar itu hilang, saat abu rokok di jariku jatuh ke paha. Aku tersentak. Pak Zamzuri pun tertawa. Bergegas dia berdiri dan beranjak pergi.
“Aku mutar lagi Cik. Aku bawa rokok tiga batang dama kopi segelas. Besok gel;asnya aku kembalikan”, tegurnya berlalu. “Baok tenang Cik. Awas, ketauan orang rumah kelak, enyo cemburu pulo”, katanya mengingatkan agar berhati-hati. Takut kisah cinta lama itu ketahuan sama isteri Cik yang kini lagi terlelap di pulau kapuktu.
Aku hanya tersenyum saja. “Lanjut pak……Kalau ada kijang patah kakicepat kasih tahu aku”, kataku.
————
Udara malam sudah semakin dingin. Angin yang berhembus senai-senai sudah tak terasa lagi. Dari balai-balai beranda rumah, dengan udara yang berubah, entah mengapa rasaku mulai terasa kesal. Pikiranku terus membisik, kisah lama bersama Hartini gadis Pacitan itu sebenarnya bukan kenangan indah. Tapi itu merupakan pengkhianatan terhadap rasa cinta. Timbang sama dengan pengkhianat bangsa.
Pikiran rasionalku, tampaknya mulai mempengaruhi khayal. Teringat asbabul kisah putusnya cinta. Hanya karena seseorang yang mempunyai ekonomi lebih dari padaku saat itu. Seorang pejalan kaki versus pengendara bermobil sedan.
Rasa mulai sakit. Tutur kata perpisahan yang menikam jantung. Senyum manis Hartini Sang Pegawai Bank itu telah hilang, mendadak berganti rasa dendam bersarang, sedalam Danau Dendam Tak Sudah.
Tapi sudahlah. Rasa dendam akan menimbulkan penyakit diri. Kenangan mulai menantang rasionalitas. Aku mendukung rasionalitas, tapi aku susah melepaskan kenangan itu, apalagi cepat-cepat hilangkan dari khayalku.
Bergegas aku ambil gaget dari dalam saku, untuk kubtorehkan saja rasa ini kedalam status media sosialku.
“Ini kenangan menyakitkan yang enggan aku lepaskan. Kamis di ujung malam kenangan 15 tahun nanlalu itu, terasa dihantar deru ombak menerpa pasir putih Pantai Pajang Bengkulu. Deru ombak membawa puing kenangan beterbangan……Wk wk wk wk wk”, statusku.
Agak sedikit lega rasanya. Baru sebentar terletak, gaget bergetar. Rupanya sebuat komentar dari seorang perempuan yang mungkin lagi bergadang.
“Ada kesucian dibalik rasa. Janganlah berlaku lemah saat dusta datang singgah bertahtah. Janganlah anda terlalu lebay, karena setiap massa memang selalu ada cerita. Indahnya bintang di saat fajar, akan melukis arah daratan. Kembang melati akan bersemi semerbak di ujung malam, sebelum malam kembali menjelang”, tulis perempuan yang tak mau tampak foto profilnya itu .
Aku hanya senyum tersipu membaca komentar itu. Sembilan tanda like aku berikan. Perempuan yang tertulis namanya Hamba Sahaya itupun mengirimkan gambar anime tersenyum.
Aku jadi penasaran. Iseng, aku langsung masuk kejaringan pribadinya melalui pesan. Canda dan sapapun berlangsung. Iseng, langsung aku kirim gambar foto diriku yang terbaik, dengan harapan perempuan itu mengirmkan juga foto dirinya.
Betapa kagetnya au, saat aku tahu, bahwa perempuan itu ternyata isteriku yang dari dalam kamar sedang bermain media sosial, setelah ia mengirim gambarnya. Pertengkaranpun pecah hingga fajar menyinsing. Baru hening dari saling tuding, setelah kami berdua dikagetkan oleh suara kucing kawin dari atas seng rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
kenangan tadi malam
Historia Cortakarya dari: Ririn selamat membaca teman teman🙂😊 kenangan tadi malam 🙂 Aku tidak pandai menyimpan kenangan. Bagiku, masa lalu hanyalah jejak yang akan lenyap tersapu air hujan. Hilang tanpa bekas. Aku tidak...