Yuk mulai
Halu? Mungkin, karena aku mulai mencari pembenaran-pembenaran bahwa itu hanya imajinasi, sebab hatiku sedang patah teramat hebat di awal perkenalan kita. Aku tidak mau menjadikanmu sebagai pelampiasan patah hatiku. Tentu saja aku tidak akan memastikan dengan bertanya langsung padamu “Kamu suka aku ya?” Hahaha.. aku sudah bisa membayangkan kamu akan tertawa terbahak-bahak sambil mengatakan, “Hati-hati sainganmu banyak!”Mungkin Cupid sedang overload deadline saat itu, kejar setoran menjatuhkan hati sebanyak-banyaknya manusia, sehingga asal saja menancapkan panah cintanya di hatimu—
dan aku yakini juga—di hatiku...
Tidak ada yang salah dengan jatuh cinta, bahkan jika Cupid terlalu mabuk saat itu, sehingga tidak melihat bahwa jalanku dan jalanmu sudah bercabang sejak awal. Kamu tujuh tahun lebih muda dariku, dalam euforia mengejar impian sebagai seorang dokter. Ambisimu besar, bisa dengan mudah kutebak dari setumpuk piagam penghargaan dan medali yang kamu dapat. Semangatmu luar biasa setiap kali bercerita tentang keinginan untuk mengambil gelar dokter spesialis. Di saat yang sama, aku sudah memasuki fase kritis, dimana hal-hal yang berhubungan dengan kisah cinta seharusnya segera berujung pada pernikahan. Dari sini saja, aku tahu bahwa hubungan kita tidak akan mudah.Namun dari semua itu, fakta yang paling mengganjal adalah—
—kita mengimani agama yang berbeda.
Masalah klasik, tetapi berat. Sangat berat untukku yang sudah dikejar deadline keseriusan cinta dan pernikahan. Setiap kali hatiku berpijar merayakan perasaan jatuh hati padamu, logikaku akan berteriak lantang, “Sudahlah.. akhiri saja! Jangan memberatkan langkahmu dan langkahnya!”Aku pikir, dengan tidak menanyakan perasaanmu kepadaku dan tidak menyatakan perasaanku kepadamu, maka kita akan tetap menjadi kita, tanpa ikatan apapun. Tidak akan ada yang tersakiti, tidak akan ada yang terluka. Sebab aku tahu bagaimana rasanya berkali-kali ditinggalkan. Hal-hal perkara cinta seharusnya tidak menjadi batu sandunganmu.
Hatiku mulai memberontak, memintaku untuk tidak berlama-lama tanpa kepastian. Aku harus menyelesaikan semua ini. Satu yang bisa aku pikirkan, aku harus bertemu denganmu secara langsung—setidaknya sekali saja, lalu aku berjanji untuk menuntaskan perasaan ini, menutup buku mengenai kisah kita bahkan sebelum sampai pada lembar terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
kenangan tadi malam
Short Storykarya dari: Ririn selamat membaca teman teman🙂😊 kenangan tadi malam 🙂 Aku tidak pandai menyimpan kenangan. Bagiku, masa lalu hanyalah jejak yang akan lenyap tersapu air hujan. Hilang tanpa bekas. Aku tidak...