Perfectly Hot - 4

7K 87 12
                                    

Gue berjalan pelan dengan gundukan buku di tangan gue. Ya, gue baru saja keluar dari gudang itu dan menuju kelas. Sekarang pukul delapan kurang limabelas menit. Well, yang penting gue gak telat.

Sampai di depan kelas, Alsey sudah cegat gue. Gue agak gak terbiasa dengan ini. Kami baru saja kenal dan dia seperti sudah bestfriend. Meski udah saling kenal sejak SMP sih. Entahlah.

"Hai El!"

"Kenapa?"

"Lo jadi terima tawaran gue soal kakak gue kan?"

Lord! ini bahkan masih sangat pagi untuk membicarakan hal itu.

"Lo tau jawaban gue."

"Yes!"

Gue gak tau kenapa Alsey bisa sangat cepat membaca gue. I mean- penampilan gue dengan sifat gue sangatlah berbeda dan Alsey tidak tertipu dengan itu. Kayaknya emang dia masih anggep gue temennya. Well, again we were friend back in junior high.

"Alsey, mau anter gue nanti?"

"Kemana?"

"Gue mau piercing."

"Serius? Mau ajak JJ? Mau piercing dimana?"

"I'm thinking belly button."

"Gue udah punya disitu."

Tanpa rasa malu, Alsey langsung membuka bajunya dan menunjukkan tindikan itu kepadaku. Untung kami sudah duduk di bangku kami.

"Itu sangat aesthetic."

"Ya! Well, meski gue menindik ini karena kena dare dari teman gue."

"Tapi itu bagus."

"Ya gue gak nyesal udah menindiknya."

"Lo mau ajak JJ gak? Sekalian tepe-tepe."

"Kayaknya dia gak suka sama gue. Kemarin aja dia ngatain gue abis-abisan."

"Dia bilang ke gue kalo lo itu interesting."

"Serius?" tanyaku. Aku sangat tidak percaya dengan hal itu.

"Ya. Waktu dia mergoki lo keluar dari kamar mandi waktu itu."

"Tapi dia bajingan, yakali dia bilang gue godain dia pas gue pake baju yang lo kasih."

"Well, dia emang kayak gitu. Tapi lo pepet aja terus, ntar juga jatuh sendiri dia ke lo."

"Apa?" Gue bertanya ketika Alsey menatap gue terus menerus.

"Yayaya lo mau ya sama abang gue. Plis plis plis," ucapnya sambil menyatukan tangan di depan dada.

"Anjing udah gue bilang gue gak pernah ngambil start!"

"Sekali ini aja. Ntar waktu lo piercing gue ajak dia deh."

"Kenapa sih lo ngebet banget anjay! Masih banyak cewek lain juga. Lagi, abang lo tuh ganteng, cewek mana yang gak mau sama dia?"

"Tapi gue pengennya cewek itu elo!"

Gue menghela napas kasar. Tidak ada gunanya melawan Alsey. Gadis ini sangat keras kepala.

"Lo bakal ajak dia?"

"Iya. Tapi ntar gue ajak Diaz. Ntar gue tinggal deh lo berdua."

"Lo yakin gue bisa percaya kakak lo?"

"Tenang aja soal itu. Kakak gue gak bakal maksa orang yang gak mau sama dia."

"What a gentleman."

Setelah percakapan tersebut guru Bahasa Indonesia datang. Semua orang yang ada di kelas ini langsung terdiam. Karena guru Bahasa Indonesia di kenal sangat galak. Siapa pun yang berurusan dengan beliau bisa sampai panggilan orang tua. Maka dari itu lebih baik cari aman saja.

Jam kedua di mulai. Bastian telah mengembalikan buku gue beberapa menit yang lalu. Sekarang kami menunggu guru Kimia memasuki ruangan. Hingga pukul 10 tidak ada tanda tanda guru tersebut datang.

"Ril, jamkos ya?" tanyaku kepada ketua kelas.

"Mungkin. Lakuin yang lo suka yang penting masih di kelas aja."

Gue menjawab oke dan memutar kepala menatap jendela.

"Keren kan abang gue?" Gue tersentak kaget.

"Lo bisa gak sih gak usah ngagetin orang?"

"Gue udah bilang sama dia. Ntar pulang sekolah bareng sama gue aja. Nanti gue anter ke tempat langganan gue piercing."

"Lo bawa kendaraan?"

"Gue bareng sama abang gue bego! Jadi nanti dia otomatis ikut."

"Gimana sama pacar lo?"

"Dia nanti gue suruh nyusul. Dia gak di Grueda."

"Ahh." Gue hanya mengangguk.

Gue kembali memperhatikan orang-orang yang bermain basket di lapangan bawah sana. Tiba-tiba JJ membuka bajunya dan menyunggar rambutnya. Astaga dia sangat tampan. Well , gue akui kalau JJ menanglah sangat tampan. Tapi sifatnya yang sarkastik membuat gue berpikir ulang menerima tantangan dari Alsey.

Tiba-tiba ia menatap gue, entah bagaimana tatapan kami bertemu, namun seketika itu pula gue bangkit dan mendatangi Aril yang sedang menghapus papan tulis. Gue menepuk bahunya pelan dan bertanya apakah gue boleh ke kamar mandi sebentar dan ia menjawab iya. Entahlah, ada rasa aneh ketika kami saling bertatapan tadi. Lebih aneh lagi, ia tak mengalihkan pandangannya.

Gue berjalan pelan menuju kamar mandi. Belum waktunya istirahat tapi sudah banyak anak yang berkeliaran di koridor. Gue berbelok masuk kedalam kamar mandi ketika dari belakang ada yang mendorong gue masuk dengan kasar.

"Apaaa—"

Shit, JJ.

"Suuuuuutt."

Gue menepuk tangannya yang menutup mulut gue.

"Apa-apaan?"

"Gak papa sih."

"Keluar sana ini kamar mandi perempuan!"

"Gue pengen nanya sesuatu sama lo."

"Gue gak minat jawab, jadi mending lo keluar sekarang sebelum gue teriak."

"Lo kok ketus banget sih?" ucapnya sambil merenggut janggut gue.

Gue menepis tangannya. Emang dia ganteng sih, tapi gue gak semurahan itu untuk langsung jatuh ke dia. Ingatan kembali pada hari dimana ia mengatakan gue menggodanya.

"Dari sini, bisa kita lihat siapa yang menggoda siapa."

Tiba-tiba ia tertawa keras, "Anjir jangan keras-keras kalo ada yang denger gimana?!"

"Gue gak tertarik ya sama lo."

Lalu setelah itu ia dengan santainya keluar dari kamar mandi tanpa menutup pintunya, dimana di depan banyak cewek yang antri akan mengganti pakaian olahraga. Sontak gue membanting pintu kamar mandi tersebut.

Gue gak ngerti apa tujuan lelaki itu mengatakan hal semenyakitkan itu. Well, meski gue gak anggap itu hal serius, tapi kalo boleh jujur kata katanya itu menyakitkan. Gue jadi gak yakin harus melanjutkan keinginan Alsey atau tidak. Sedangkan jika gue tidak melanjutkannya, gue takut Alsey akan marah dan bagaimana jika dia ingin pertemanan kita berakhir? Gue gak mau hal itu sampai terjadi. Jadi, meski menyakitkan akan gue lanjutkan tantangan ini. JJ, lo bakal jatuh ke gue!











tysm

Perfectly HotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang