"Ke kamar yuk!"
Dih! Penghancur suasana. Padahal gue lagi nyaman banget di pelukan dia.
"Ngapain?"
"Ngapain lagi? Tidur."
"BTW gue kira lo tadi bakal balik ke sekolah."
"Males. Udah ayok."
"Ini baru jam sebelas."
"Gak ada orang yang ngelarang orang tidur jam sebelas!"
Gue memutar bola mata kesal. Gue juga gak bilang di larang. Cuma masih pagi hitungannya. Gue tiba-tiba teringat sesuatu.
"Varo, mau nganterin gue ke salon gak?"
"Mau ngapain?"
"Gue pikir gue harus rubah penambilan gue. Gue ngerasa terlalu di rendahin sama orang-orang sama penampilan 'anak baik' gue di sekolah. Oh sama kasih gue rekomendasi olahraga buat jaga diri gue."
"Nope to the salon. I think you should do boxing. I did it too. We can do it together at my spot."
"Ah lo mah! Kenapa sih gak mau anterin! Gue pengen waxing juga. Kayaknya udah rimbun."
"Boleh gue lihat?"
Belum juga gue balas tangan Alvaro udah disana.
"Can we at least got a room?"
"C'mon."
Ia menarik tangan gue dan membawa gue ke kamarnya. Yup, kamar yang tadi di kunci waktu dia nerima telepon dari JJ. Gue duduk di ranjang sementara ia berjalan menuju lemari. Kayaknya mau ganti baju dulu. Sesuai dugaan gue, ia melempar kaos ke gue.
"Ganti baju dulu sana! Gue risih lihat lo pakai lengan panjang kayak gitu."
Sama saja kayak Alsey.
"Celananya?"
"Ah kayak sama siapa aja lo mau pake celana segala."
Gue kembali memutar bola mata. Namun tetap melakukan yang disuruhnya. Gue membuka baju gue diatas ranjang. Karena udah malas banget buat berdiri dan masuk kamar mandi. Gue melempar baju gue ke Alvaro. Tak lupa dengan rok gue juga. Gue sekarang hanya memakai bra dan celana dalam.
"Atau kita tidur dengan lo gitu doang aja. Kayaknya lebih asyik," ucapnya sambil menaiki ranjang dengan keadaan masih memakai celana abu-abu dan tanpa atasan karena baru saja ia lepas.
Ia memeluk gue. Lagi. Kali ini hidungnya mengusap-usap leher gue. Tangannya mengarah ke kewanitaan gue. Ia mengusap-usap di luar celana dalam gue. Tapi setelah itu tangannya masuk. Hanya mengelus-elus pinggirannya saja.
"Iya. Udah rimbun."
"Udah ah! Gue malu. Nanti aja ya kalau gue udah waxing," ucap gue sambil menarik keluar tangannya dan mengarahkannya ke leher gue. Sehingga sekarang taangannya memeluk gue.
"Emang gak sakit waxing? Gue gak masalah sama rambut. Punya gue juga rimbun. Lo mau lihat?"
Gue mengangguk semangat. "Mau mau!"
Ia menyentil dahi gue. "Seneng lo!"
"Dih! Kan lo yang nawarin."
"Gak usah waxing deh? Gue tetap suka kok. Gue kasian sama lo kalo harus sakit-sakitan demi nyenengin gue."
"Pede banget gue waxing buat nyenengin lo! Lo perlu tau kalo rambutnya panjang tuh gatel banget. Gue gak suka. Enak gundul."
Ia menghela napas. "Serah lo deh!"
Gue sedikit-sedikit mulai mengelus perutnya. Perut Alvaro sama perut JJ jelas lebih bagusan punya JJ. Karena jelas, Alvaro kaum nolep sedangkan JJ kapten basket. Ya lord JJ berhenti ganggu gue!
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfectly Hot
RomanceWe met once. I promise you, the second we met I'm gonna kiss you.