Perfectly Hot - 12

2.8K 65 10
                                    

Well, this is awkward.

Gue malu banget sumpah. Maka dari itu gue langsung lari menuju kamar yang biasa gue pake kalau lagi menginap disini. Bahkan ketika pintu sudah gue tutup, gue masih mendengar suara Alvaro tertawa keras.

Kayaknya dia gak serius sama ucapannya. Gue kembali membuka pintu dan cemberut menatapnya. Ia masih tertawa sambil memegangi perutnya. Gue kembali duduk di sofa di sampingnya. Gue udah bad mood maksimal.

HP gue bunyi. Gue melirik dan nama JJ ada di layar ponsel gue itu. Alvaro langsung menyaut dan membawa pergi ponsel gue. Apa-apaan?

Gue mengikuti tapi sebelum gue ikut masuk kamar itu, pintu di tutup dengan keras tepat di depan muka gue. Emang anjing Alvaro!

"Alvaro woy! Balikin HP gue!"

Tentu saja tidak ada jawaban. Gue menghentak kaki kesal. Karena gue mencoba membuka pintu itu pun tak bisa. Sudah di kunci ebih dulu.

Fuck!

Gue harus gimana? Apa aja yang di ucapkan Alvaro ke JJ? Emang bajingan si Alvaro!

Gue terus memaki. Karena emang cuma itu yang bisa gue lakukan. Gue mendekatkan telinga kepintu, berharap bisa mendengar sesuatu. Nihil. Tapi gue gak berhenti, tetap gue lakukan hal itu. Lalu tiba-tiba gue dengar Alvaro berteriak. Gue kaget.

"ANJING LO!"

Setela itu gue gak mau dengar apa-apa lagi. Gue melotot sebentar dan kembali ke sofa duduk. Mengira-kira apa yang Alvaro dan JJ bicarakan. Tak lama kemudian Alvaro kembali dengan wajah mengeras. Dan gue tau dia emosi.

Gue gak berani buat negur ataupun bertanya. Karena aura-nya memang sangat tidak memungkinkan untuk bercanda. Gue lihat jam tangan gue dan menunjukkan pukul 10.25 dan gue masih disini. Orangtua gue mungkin udah berangkat. Nanti mereka mungkin bakal kabarin gue kalau sudah landing. Biasanya gitu.

Well, I don't know what I should do.

"Alvaro?" panggil gue pelan.

"Gue harap lo ga deketin JJ lagi. Bukan gue mau batesin lo, lo boleh temenan atau pacaran atau ngeue sama siapa aja. Yang jelas jangan JJ. Plis, dengerin gue kali ini aja. Gue cuma mau lo aman. Kalo lo anggep gue sahabat lo, plis dengerin dan lakuin."

Gue hanya diam. APA LAGI YANG HARUS GUE KATAKAN?

Alvaro yang ini bukan Alvaro yang selama ini gue kenal. Alvaro yang gue kenal adalah cowok sangean, gak pernah masuk kelas, berandalan, dan yang pasti gak pernah ngurusin urusan orang. Tapi, Alvaro yang ini sangat suka ikut campur urusan orang.

"Varo, gue gak papa. Dia abang temen gue. Ya, meski mungkin sekarang dia gak anggep gue sahabat, tapi yang jelas gue kayaknya gabisa lakuin apa yang lo suruh."

"Elena lo sadar yang lo omongin?"

Gue mengangguk. Gue masih sadar, belum kobam.

"Sepuluh menit yang lalu lo baru nangis gara-gara pipi lo bengkak dan apa gue perlu ingatin siapa yang ngelakuin itu?"

"Sepuluh menit apaan? Itu udah 3 jam yang lalu."

"Sama aja! Dengerin gue sekali aja kenapa sih?"

"We're not in the kind of relationship where you can control what I should or should not do. So please, know your place. We're just friend."

"But I care about you."

"I care about you too. But as friend. I know what best for me. I will never be near JJ again if that what you ask me. But just don't too involved in other people business, please. I can handle it myself."

Alvaro tersenyum miring mendengar jawaban gue. Well, gue nangkepnya dia nyuruh gue blokir segala jenis komunikasi yang mengarah ke JJ. Dan gue yakin itu yang di maksud Alvaro. Tapi meski gue sekarang sama Alsey gak saling komunikasi, gue masih berharap buat temanan sama dia. Dia adalah satu-satunya teman yang paling nyata yang gue punya.

"Never come to me crying if something like this happen again."

Dan dengan begitu, gue rasa gue udah kehilangan sahabat gue.

"Alvaro, ini bukan kayak gue gak mau dengerin dan lakuin apa yang lo mau. Gue cuma gak mau ngejauhin Alsey. Meski sekarang kita lagi berantem tapi Alsey temen satu-satunya yang gue punya."

"Gue gak nyuruh lo jauhin Alsey, Elena! Gue suruh lo jauhin JJ."

"Tapi dia kakak Alsey, cepat atau lambat kita juga harus ketemu satu sama lain. Plis ajarin gue cara buat bela diri gue sendiri, just in case something like this happen again, I won't bother you."

"Don't get me wrong. You can always call me, you know that. I said that because I'm too worried he's gonna do something more than just a slap."

"Gue mau tanya, dia bilang apa di telepon tadi?"

Gue mencoba merubah alur pembicaraan karena gue ngerasa gue udah salah paham sama apa yang di minta Alvaro.

"I only told him to stay away from you. I also block his number from your phone. Don't you dare restore it."

Gue gak sebodoh itu. Tanpa dia lakuin itu pun gue bakal blokir dan hapus nomor dia.

Gue sekarang bingung. Lagian kenapa sih mulut gue jawabnya belibet kayak gitu? Tinggal jawab iya susah banget.

"Sini deh El!"

Ia menarik tangan gue mendekat. Gue menurut. Dia memeluk gue erat.

"Gue tau lo anak tunggal. Gue juga anak tunggal. Lo tau lo selalu bisa andelin gue kalo ada yang nyakitin lo. Dan gue juga udah nganggep lo kayak adek gue sendiri. Jadi jangan takut buat dateng ke gue nangis. Meski gue kurang suka lo nangis."

"Mana ada abang yang ngeue sama adeknya sendiri?"

"Ya kalo pas ngeue jangan anggep gue abang lo bego!"

"Thanks."

Dia menjawab dengan mengecup dahi gue. Ah kenapa Alvaro bisa semanis ini. Gue bahkan benar-benar gak jelas dari tadi tapi dia tetap mendengarkan dan mencium dahi gue. Please gue juga cewek biasa yang bisa meleleh kalau di gituin. Love language gue tuh physical touch. Makanya yang di cium dahinya yang kena hatinya.

Tapi ngomong-ngomong kenapa gue jadi senyaman ini sama Alvaro?


—-

Hai guys gue update meski belum nyampe target. Gue cuma mau ingetin buat vote sama komen ya. Gue bakal update tiap rabu sama sabtu di karyakarsa dan minggu di wattpad. Kalau target terpenuhi gue bakal update cepet.

30 vote + 15 komen. Looking forward to read your comment

Part 15-16 udah ada di karyaakarsa ❤️❤️

Eh sama yang berkenan bisa follow akun aku ya

Perfectly HotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang