39. Memaafkan

17 7 0
                                    

Hari ini gelap sekali, tak di sangka hujan turun begitu deras, ketiga gadis SMA itu duduk sambil merenung menunggu hujan redah. Tentu saja Elmor tidak tinggal diam dengan badai yang semakin lama semakin besar itu.

"Saya akan mengirim rekaman tadi padamu Avra, kamu pasti bisa mengurus hal ini. Saya duluan, saya ingin mengurus hal penting, baik-baiklah di jalan," jelas Elmor memilih pergi duluan dengan payung hitam yang telah ia siapkan sebelum datang ke tempat ini.

Elmor berjalan perlahan di trotoar yang basah akibat guyuran hujan yang begitu deras, payung hitam yang terkena tetesan air itu melindungi gadis yang tengah menatap soksok yang tengah berdiri di bawah hujan tanpa pelindung, gadis itu dengan pakaian kotor dan baju sekolah yang masih melekat sedang melamun berusaha menahan perasaan yang menguap.

"Mengapa gadis sombong sepertimu berdiri seperti patung di tengah hujan?" tanya Elmor dengan nada dinginnya sambil mengulurkan payung miliknya untuk melindunginya kepala gadis itu agar tidak basah.

"Apa yang lo lakuin di sini?" tanya gadis yang biasanya terlihat kasar itu lesu, ia seakan kehabisan tenaganya.

"Aku hanya berkeliling, lalu tak sengaja melihatmu berdiri dan menatap kosong jalanan," jelas Elmor tersenyum simpul pada gadis yang air matanya tercampur dengan bekas-bekas air hujan yang menetes dari rambutnya.

"Turut berduka dengan atas kejadian yang sedang kau alami sekarang," ucap Elmor yang malah membuat gadis itu sudah tak bisa menahan tangisnya.

"Bagus jika kau menangis seperti ini, menahannya bukanlah hal yang akan membuatmu kuat," tambahnya sambil tersenyum, ia tahu jelas perasaan gadis itu.

"Gue gak tahu harus gimana lagi, gue udah gak punya tempat tujuan dan lo tau kan kalau sepupu lo ngerebut Ray dari gue," ucapnya terseduh-seduh, air mata yang cukup deras itu mengartikan bahwa Tiara Sifabella benar-benar menderita saat ini.

"Hahaha, lucu kan? Clara ninggalin gue sendirian, dia pergi tanpa pamit ke gue, gue tahu Clara emang bukan orang baik bagi keluarga Wijaya, tapi dia orang yang paling baik buat gue, dia gak sejahat itu, hiks ..., " Tiara mengungkapkan semua yang ia rasakan pada Elmor, gadis itu berbicara tanpa peduli dengan privasinya, Elmor hanya diam dan menatap gadis yang menangis itu tenang.

"Mengapa kamu menceritakan hal ini padaku? Aku tak mengenal orang yang kamu maksud," pura Elmor.

"Lo itu orang aneh yang pernah gue temui, kita ga dekat dan lucunya lo tahu semua hal yang akan terjadi sama target lo," jawab Tiara, sambil menghapus kasar air matanya, ia menatap tajam orang yang masih setia memegangi payung untuk dirinya.

"Ucapanmu benar, hanya saja aku tidak tahu jika kematian saudaramu akan secepat ini, kau cukup pintar mengerti apa yang aku inginkan. Baiklah, pegang payung ini dan pulanglah, saya ingin pergi," jelas Elmor sambil menarik tangan Tiara untuk memegang payung tersebut, perlahan Elmor mulai menjauh sambil menghitung angka dan menunggu sesuatu.

"7, 6, 5, 4, 3 , 2 .... "

"Tunggu!" Seru Tiara keras di tengah rintik hujan yang deras, akibatnya Elmor menghentikan langkahnya dan menatap sumber panggilan itu dengan satu alis terangkat.

"Lo mau ninggalin gue setelah tahu semua hal yang terjadi? Tolong bawa gue pergi jauh dari sini," tutur Tiara dengan mimik memohon.

Elmor tersenyum sangat manis sampai-sampai matanya yang seperti bulan sambit itu tertutup, "Minggu depan saya akan ke London, sangat tepat jika kamu meminta bantuan padaku."

_"Aku sudah menunggu hal ini sejak 3 tahun terakhir,"_ batin Elmor tersenyum senang.

***

Terlihat sangat mengejutkan bukan, melihat Tiara yang biasanya sangat suka mencari masalah itu terlihat kalem, belum lagi ia selalu bersama dengan Elmor dari tadi pagi. Banyak sekali murid yang ingin bertanya tentang apa yang terjadi, tapi tak ada yang berani.

Lian, Avra dan Dani juga terlihat bingung, dan sedikit kesal dengan tindakan Elmor tersebut, mereka ingin bertanya, tapi tidak ada kesempatan karena selalu ada Tiara di mana pun ia berada.

"Elmor, kita mau ngomong ama lu," ujar Lian, sambil menatap Tiara yang juga menatapnya tajam. "Tiara, bisa kah kamu pergi dengan Lio saja?" tanya Elmor yang lebih mirip seperti perintah.

"Gue juga ga mau lama-lama di sini, gerah," jawab Tiara sambil mengipas-ngipaskan wajahnya menggunakan tangan. Tiara sadar jika ia terpengaruh dengan ucapan Elmor, tapi tetap saja ia tak dapat membatah perkataan gadis yang jauh lebih muda beberapa bulan darinya itu.

"Kak, lo kok deket ama tuh cabe? Dia ngasih lo pelet ya?" tanya Dani bingung, sambil menatap kepergian Tiara.

"Iya, Mor. Lo tahu kan kalau Lian lagi ada masalah sama Tiara, tapi lo malah ..., " ucap Avra terpotong.

"Saya tahu hubungan Lian dan Tiara tidak baik-baik saja, tapi bukan berarti saya juga harus membenci seseorang yang tidak pernah membuat perkara denganku," jelas Elmor yang membuat ketiga gadis itu terdiam.

"Tidak ada orang yang benar-benar baik di dunia ini, dan tidak semua apa yang kamu lihat itu benar adanya, sama seperti Tiara. Maafkan aku jika ini cukup menyinggung, tapi Lian, Tiara benar-benar menyukai Raynanda, bahkan sebelum kalian bertemu." Lian terdiam, bola mata kecil itu kian membesar, ia tekejut sekaligus bingung.

"Kak! Elmor!" seru Dani dan Avra bersamaan.

"Saya menyayangi Lian seperti adik saya sendiri, saya ingin dia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi," jelas Elmor pada ketiga sahabatnya itu.

"Maaf," satu kata itu keluar dari bibir Lian yang sedang menunduk, tumben sekali gadis bar-bar itu terlihat hampir ingin menangis.

"Lo ga bakal gue maafin!" Suara yang begitu familiar itu mengejutkan mereka kecuali Elmor, Tiara dengan wajah marah menghampiri Lian.

"Eh, lo ngapain bisa di sini?" tanya Avra bingung.

"Emang kalau gue ga sembunyi, lo bertiga bakal ngomong begitu ke Elmor? Hah!" ucap Tiara, ia dapat melihat raut malu dari Avra dan Dani karena ketahuan membicarakannya.

"Gue baru tahu kalau orang kayak lo bisa minta maaf juga, Lian. Gue ga bakal maafin lo kecuali lo putusin Raynanda buat gue," jelas Tiara dengan wajah serius, sedangkan Lian yang tadinya menunduk, menatap Tiara dengan mata yang melebar.

"Gue bercanda, justru lo lebih baik buat Raynanda di banding gue, hahaha," ujar Tiara tertawa garing di akhir.

"Gue juga salah, maaf," akhir Tiara tersenyum tulus pada Lian, benar kata Elmor jika rumor buruk yang sering ia dengar itu hanyalah angin lewat yang tidak tahu kebenarannya.

Perasaan bersalah itu, mulai menghilang sedikit demi sedikit, walau memorinya tetap membekas dan tak akan pernah hilang.

To Be Continue

Fall In Love Of ConcertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang