🌺Bukan hanya jantungku saja yang mulai terasa aneh, tapi otakku juga. -Vino🌺
◇◇◇◇
"Walaupun kamu gak nganterin aku sampai ke dalam rumah, tapi aku mau bilang makasih untuk malam ini," jeda sesaat Kaila menatap lekat-lekat wajah Vino dari samping. Tampan.
"Aku seneng deh, bisa nemenin kamu kayak tadi. Next time, kalau kamu butuh teman buat ke acara penting lagi aku mau kok nemenin kamu, hehe." Lanjut Kaila tanpa malu. Oke, silakan cerca Kaila yang suka mendadak malu-maluin kalau itu bersangkutan sama Vino. Bagi Kaila, Vino itu sudah seperti permen lolipop yang manis dan enak dilihat.
Vino berdecak malas lalu menoleh, menatap Kaila yang tengah tersenyum manis padanya. Senyum itu lagi, kenapa gue selalu merasa seakan tersedot kedalam senyuman itu. Vino membatin. Pria tampan itu bahkan sampai meneguk salivanya susah payah, tak bisa dipungkiri, jika dilihat dari jarak sedekat ini Kaila terlihat dua kali lipat lebih manis.
"Gak usah segitunya juga kali Vin liatin akunya. Akukan jadi malu, hehe." Kaila menundukkan wajahnya yang mulai bersemu merah, Kaila gak sebodoh itu jika tidak tau bahwa Vino mulai tertarik padanya. Ya, Kaila anggap tatapan Vino itu sebagai salah satu tanda bahwa pria itu mulai tertarik untuk menatapnya. Hanya tertarik garis bawahi itu. Tapi belum pasti juga sih, karena hati seseorangkan tidak ada yang tahu.
Vino memelototkan kedua manik kelamnya, seakan tersadar dengan kebodohannya Vino segera memalingkan wajah ke arah lain. "Gak usah kegeeran kamu. Saya cuma liat ada daun di rambut kamu."
Kaila membelalakan kedua bola matanya. Daun? Kenapa bisa ada daun? Di rambutnya pula. Seingatnya, Kaila tak pergi ke hutan ataupun berdiri di bawah pohon. Kok bisa ada daun?
Untuk memastikan ucapan Vino barusan, Kaila meraba-raba kepalanya. Tapi tunggu, Kaila tak merasakan ada sesuatu di rambutnya. Apa mungkin--
"Sudahlah, masuk gih. Sudah malam, saya mau pulang." Tegur Vino salah tingkah. Bagaimana ia bisa sebodoh itu dan mempermalukan dirinya. Jelas-jelas tak ada apapun di rambut Kaila.
Kaila menghentikan kegiatannya lalu menatap Vino, "gak mau masuk dulu. Siapa tau kamu mau aku bikinin teh atau kopi gitu?" Walaupun tahu akan ditolak, tapi Kaila tetap menjunjung tinggi yang namanya basa basi yang berujung basi.
Vino menggeleng singkat.
"Tidak perlu."
Kaila mengerucutkan bibirnya unyu dengan kedua manik cokelatnya yang tak bisa lepas menatap kepergian Vino.
"Kenapa aku bisa menyukai pria sedingin itu? Ck, menyebalkan. Tak bisakah hati ini mencintai pria yang lebih manis dari Vino gitu?" Gerutu Kaila sambil menutup pintu rumahnya.
Gelap. Satu kata yang bisa menggambarkan suasana di dalam rumahnya dan tak berpenghuni. Kaila menghembuskan napas gusarnya lalu menaiki tangga menuju ke kamarnya di lantai dua. Setelah menutup dan memastikan pintunya terkuci, Kaila menghempaskan tubuh mungilnya di kasur queen size nya.
"Good night untuk diriku sendiri."
"Menyedihkan sekali."
"Gini nih nasib single."
"Pas pagi gak ada yang ngucapin selamat pagi dan sebagainya kecuali kalau lagi di kantor beda lagi, paling sekali dua kali adalah OB yang nyapa sambil bilang pagi. Udah gitu doang, dan malamnya gak sama sekali."
Gerutu Kaila yang sudah mulai memejamkan matanya. Saking mengantuknya, ia bahkan sampai lupa hanya untuk sekedar mencuci wajah dan juga melepas high heelsnya. Gak papa, single mah bebas.
KAMU SEDANG MEMBACA
KaiVin
RomanceStory ke-2📙 'Hanya sebatas mencintai, soal memiliki biarlah itu menjadi urusan nanti-Kaila' •••• Kehidupan Vino Raiden Arkana tak pernah tenang semenjak adanya Kaila. Gadis cantik nan manis yang begitu mendambakan Vino. Berulang kali Vino telah men...