🌺Lihatlah gadis kecil bodoh itu. Beberapa detik yang lalu dia berkata dengan melihat wajahku saja rasa laparnya hilang. Tapi nyatanya, dia terlihat menginginkan makanan ini. Apa perlu gue bagi?-Vino🌺
◇◇◇◇
"Lapar, huh?"
Kaila mengalihkan tatapannya ke Vino. Pria itu sudah meletakkan sendoknya di atas piring.
Kaila menunduk lalu mengangguk malu-malu. Oh betapa memalukannya ini. Ia menyesal berkata seperti tadi. Lagaknya saja menolak makanan menggiurkan itu, tapi nyatanya ia malah ikutan lapar ketika aroma lezat itu menusuk indera penciumannya.
"Makanlah, saya tidak mau disalahkan jika sekertaris pribadi saya pingsan karena kelaparan," balas Vino membuat Kaila mendongak senang. Vino kembali menyantap makanannya yang masih banyak. Ia tersenyum tipis melihat Kaila makan belepotan. Gadis kecil ini, tingkahnya sungguh seperti bocah saja. Vino membatin.
Tangannya terulur mengambil tissue lalu beralih melap sudut bibir Kaila. Sungguh, itu diluar kendalinya.
Kaila tertegun, tangannya ikut diam dalam keadaan memegang sendok di atas piring.
"Khem, ada minyak di sudut bibir kamu," ucap Vino canggung sambil menjauhkan tangannya. "Makan yang benar."
Kaila mengerjap lucu lalu mengangguk. Makan pun dilanjut.
Kaila berusaha untuk tak tersenyum. Perlakuan tak terduga Vino barusan berhasil membuat dadanya bergemuruh hebat. Ia tak pernah menduga bahwa pria menyebalkan itu bisa bersikap manis seperti itu.
"Saya antar kamu pulang!" Ucap Vino tanpa menoleh pada lawan bicaranya. Setelah membayar makanan itu Vino beranjak ke luar dan langsung diikuti Kaila yang setia mengekor dari belakang. Persis seperti anak anjing yang mengikuti kemanapun tuannya pergi.
"Pulang? Bukankah masih ada--"
"Khusus hari ini kamu saya ijinkan pulang lebih awal," jeda sesaat Vino menoleh, menatap Kaila yang tengah menatap wajahnya.
"Tapi nanti malam kamu harus menemani saya ke acara reuni, gimana? Deal?"
Vino mengulurkan tangan kanannya. Kaila yang paham langsung menjabat tangan itu dengan senang hati.
"Sure."
Selesai berjabat tangan Vino sekali lagi membuat jantung Kaila berdegup kencang. Sebelumnya tak pernah ada adegan seperti ini, dimana Vino membukakan pintu mobil untuknya. Sungguh? Takutnya Kaila salah paham.
"Umm," melirik wajah tampan itu ragu, meminta penjelasan.
"Masuklah!" Titah Vino mutlak.
Kaila tersenyum simpul dan tanpa bisa dicegah tiba-tiba saja ia main nyosor pipi orang. Ya, betapa memalukannya itu. Kaila mencium pipi Vino saking senangnya mendapat perlakuan manisnya. Tahu akan letak kesalahannya, Kaila segera menjauhkan wajahnya.
Entah apa yang Vino rasakan. Tapi ada sedikit rasa aneh yang tak seharusnya ia rasakan. Senang, entah kenapa Vino merasa senang ketika mendapat ciuman tak terduga itu.
"Ah, maaf. Itu refleks." Kaila menunduk malu, jemari tangannya sudah saling meremas. Takutnya Vino marah padanya.
"Refleks macam apa itu?" Ketus Vino yang sudah duduk dibalik kursi kemudi. Berusaha mengabaikan degupan jantungnya yang begitu menggila, Vino segera melajukan mobilnya membelah jalanan.
"Ehehe, namanya juga refleks pak. Jangan marah ya, saya janji gak bakal kayak gitu lagi." Menampilkan wajah memelasnya, Kaila menyentuh lengan Vino."Hm," balas Vino berlaga cuek. Padahal aslinya sudah senang bukan main. Apalagi saat ini Kaila tengah memelas sambil memegangi lengannya.
"Singkirkan tangan kamu dari lengan saya."
Kaila meringis pelan ketika mendapati lirikkan tajam dari Vino. Ia segera menarik tangannya lalu duduk anteng sampai Vino memberhentikan mobilnya tepat di depan pagar rumahnya.
"Terimakasih atas tumpangannya," jeda sesaat, Kaila membuka seatbeltnya terlebih dulu lalu ke luar. Ia berdiri di samping badan mobil sambil sedikit membungkukkan tubuhnya untuk melihat Vino yang sama sekali tak meresponnya.
Ingin rasanya Kaila berteriak tepat didepan wajah tampan itu jika Pak, saya lagi ngomong sama bapak, bukan sama angin. Tapi itu hanya tersangkut ditenggorokkannya. Lagian mana berani Kaila berbicara seperti itu, Vino'kan first lovenya.
"Kenapa malah diam di situ? Minggir, saya mau pergi." Bukan bermaksud ketus, tapi ini tuh sudah bawaan dari sananya. Vino juga bingung kenapa ia selalu bersikap dingin dengan sekitarnya.
"Ish galak banget sih, pak. Oh iya btw, entar malam itu acara reuni SMA atau--"
"Kuliah," sambar Vino singkat, padat, dan jelas.
"Oh kuliah." Kaila manggut-manggut gak jelas.
"Cepat minggir kalau gak mau keserempet."
Masih manggut-manggut macam dogi, Kaila menjauhkan tubuhnya dari mobil Vino.
Tepat setelah Vino melajukan mobilnya, Kaila membelalakkan kedua bola matanya.
"Reuni kuliahan itu artinya.. Dia juga pasti bakalan datang. Oh bodohnya, kenapa aku menyadari itu setelah pak Vino pergi. Hais, kalau begini ceritanya, pasti mereka berdua bakalan ketemu lagi, tatapan, saling sapa, lalu.. BALIKAN. OH NO, aku gak bakalan biarin itu terjadi. Tidak, selama aku ikut ke acara reuni itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
KaiVin
RomanceStory ke-2📙 'Hanya sebatas mencintai, soal memiliki biarlah itu menjadi urusan nanti-Kaila' •••• Kehidupan Vino Raiden Arkana tak pernah tenang semenjak adanya Kaila. Gadis cantik nan manis yang begitu mendambakan Vino. Berulang kali Vino telah men...