🌺Bukan cinta yang tak berbalas. Hanya saja waktunya belum tepat. -Kaila🌺
◇◇◇◇
Cinta, satu kata, beribu makna. Pernah gak sih kalian mengalami yang namanya jatuh cinta? Katanya sih, katanya nih ya, jatuh cinta itu indah, saking indahnya tiada hari tanpa tersenyum, iya senyum-senyum sendiri ngebayangin si dia sampai dikira orang gila yang kabur dari RSJ. Berlebihan memang, tapi itu juga baru katanya, hanya sebuah gambaran yang belum tentu kebenarannya.
Di bawah langit yang semakin pekat, namun ada bintang dan juga bulan sebagai penerangnya, Kaila tersenyum simpul sambil sesekali menyenandungkan lagu favoritnya.
Kaila mendongakkan wajahnya menatap hamparan bintang di langit, kilasan kejadian tadi sore berputar dibenaknya tanpa diminta.
"Vin, kamu tau gak?" Ditengah-tengah kesunyian, Kaila mencoba untuk membuka suaranya. Ia menoleh ke samping, menatap lekat wajah tampan yang sibuk memandang lurus ke depan. Saat ini, Kaila tengah berdiri di balkon ruangan Vino.
"Bagaimana saya bisa tau, jika kamu belum memberitahukannya ke saya." Balas Vino sambil menolehkan wajahnya ke samping, manik kelamnya langsung disambut dengan wajah manis Kaila, gadis itu tengah menatapnya. Ck, kebiasaan.
"Hehe, iya juga sih. Eh, tapi aku serius loh ini," menampilkan raut wajah seriusnya, Kaila menatap tepat ke manik kelam yang jauh lebih tinggi dari dirinya.
"Menurut kamu, saya bercanda, begitu?" Ketus Vino.
Kaila tersenyum kudanil, "aku suka tau sama kamu, dari dulu, sekarang, dan selamanya." Ucap Kaila serius. Memalukan memang, tapi mau bagaimana lagi, jika ia menunggu Vino yang mengatakannya duluan itu mungkin gak akan kesampaian. Karena apa? Karena pria tampan yang tengah menatap wajahnya ini memiliki ego yang begitu tinggi, ya Kaila tahu itu.
Vino berdehem singkat untuk menutupi rasa gugup yang mulai ia rasakan ketika mendapati pengakuan cinta dari gadis kecil bodoh yang sudah berhasil menggelitik hatinya itu. Ia bahkan hampir tersedak air liurnya sendiri.Kenapa aku ngerasa seperti seorang gadis yang baru saja ditembak oleh seorang pria? Ck, gadis ini sungguh diluar dugaan. Mengungkapkan perasaannya padaku seolah tanpa beban. Batin Vino.
"Kok diem sih, Vin? Gak mau jawab sesuatu atau--"
"Atau apa, hah?" Serobot Vino dibuat-buat galak.
Kaila memanyunkan bibirnya kesal, sementara Vino menghadapkan tubuhnya pada Kaila. Tangan kekarnya memegang kedua bahu Kaila, itu diluar kendalinya.
"Sepertinya saya pernah--ah ralat, lebih tepatnya saya selalu berkata pada kamu, bahwa saya hanya menganggap kamu sama seperti Jessy. Rasa sayang saya ke kamu hanya sebatas adik." Vino menatap tepat pada manik cokelat Kaila saat gadis itu mendongak memandang ke wajahnya. Gue yang berucap, tapi kenapa gue yang sesak? Vino membatin, manik kelamnya tak bisa berpaling dari manik cokelat itu.
Kaila menerbitkan seulas senyum tipisnya sebelum berucap, ia ingin menunjukkan pada pria yang memegang kedua bahunya ini bahwa ia baik-baik saja.
"Tak apa. Dari dulu dan sampai sekarang kamu memang selalu berkata seperti itu saat aku mengungkapkan perasaanku. Tapi kita tidak tau bagaimana kedepannya, bagaimana rencana Tuhan untukku dan juga untukmu." Kaila menarik lembut kedua tangan Vino dari kedua bahunya, lalu ia genggam tangan yang jauh lebih besar dari ukuran tangannya itu dengan wajah cerianya.
"Ck, kamu berucap seolah tau apa yang akan terjadi kedepannya. Tapi bisa saya pastikan bahwa pada hari itu, perasaan saya ke kamu akan tetap sama seperti saat ini, tak kurang dan tak lebih." Vino menarik kedua tangannya lalu ia masukkan kedalam saku celana bahannya. Vino kembali membalikkan tubuhnya memandang lurus pada bangunan-bangunan tinggi di sekeliling kantornya.
Bersikap seperti tak pernah terjadi apapun, Kaila ikut berdiri di samping Vino. "Untuk saat ini kamu memang bisa berucap sepercaya diri itu, tapi bagaimana jika suatu hari nanti ternyata kamu juga memiliki perasaan yang sama denganku?"
Vino menoleh sekilas sebelum menjawab, "maka akan saya pastikan hari itu tak akan pernah ada."
Setelah itu Vino berbalik lalu pergi. Kaila hanya bisa pasrah dan menyusul Vino yang sudah menghilang. Sampai kapanpun, Kaila tidak akan menyerah begitu saja. Ia yakin bisa meluluhkan hati pria itu.
"Huft, andai aja meluluhkan hati seseorang itu segampang membalikkan telapak tangan, mungkin, saat ini aku sudah bahagia sama Vino."
Kaila menundukkan wajahnya, pegal juga melihat ke atas terus.
"Semua ini karena wanita ular itu. Andai saja dia tidak harus hadir dikehidupan Vino, mungkin semua tak akan menjadi serumit ini," gerutu Kaila sambil berlalu pergi ke dalam kamarnya. Udara di luar terlalu dingin, jika kelamaan berdiri di balkon kamarnya mungkin saja besok pagi ia akan terserang flu, dan itu bukan hal bagus. Kaila tak akan melewatkan satu haripun tanpa Vino, karena berada didekat Vino sudah menjadi candu baginya.
Kaila yakin jika suatu hari nanti akan ada saatnya cintanya berbalas. Yakin saja dulu, selebihnya itu urusan nanti. Dan jika memang tak berbalas, ya mau bagaimana lagi, mungkin belajar mengiklaskan hanya jalan satu-satunya. Ingat cinta itu bukan hanya tentang memiliki, tapi saling mengerti satu sama lain. Jika kebahagian Vino memang bukanlah dirinya, Kaila hanya bisa tersenyum tipis lalu berkata aku tak apa, berbahagialah dengan pilihanmu. Sulit memang, tapi mau bagaimana lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KaiVin
RomanceStory ke-2📙 'Hanya sebatas mencintai, soal memiliki biarlah itu menjadi urusan nanti-Kaila' •••• Kehidupan Vino Raiden Arkana tak pernah tenang semenjak adanya Kaila. Gadis cantik nan manis yang begitu mendambakan Vino. Berulang kali Vino telah men...