DAY 15

1K 158 44
                                    

Semua aktifitas dalam fanfic semua hanya fiksi, pembaca diharap bijak.
Saran baca antara umur 17-21 tahun.

VOTE AND COMMENT!⚠️
-
-
-
-
-

Ciuman di kening itu mendarat dengan sempurna, jimin memejamkan  matanya menahan semua rasa hangat yang menjalar dari satu tempat ke tempat yang lain. Ia memegang erat seprai itu mencoba menahan segala gejolak yang tubuhnya rasakan.

'Perasaan apa ini? Kenapa mereka berdebar begitu cepat?'

Vittorio melepaskan ciuman itu lalu menatap jimin tajam, vittorio menggenggam tangannya dibawah sana sambil terus menatap mata jimin.
"Tetaplah disisiku jimin" tatapan ragu itu, jimin menarik tangannya dari genggaman vittorio lalu memalingkan badannya berusaha menghindar. Vittorio menyadari ada sesuatu yang tidak beres terjadi, jimin menjadi begitu menghindarinya.
"Kau ada masalah jim?" Jimin menggeleng berusaha menenangkan.
"Tidak hyung, h-hanya saja aku butuh istirahat. Bisakah kau meninggalkanku sendiri?" Vittorio terdiam lalu perlahan bangkit dari sisi jimin dan pergi dari ruangan itu sesuai dengan perintah jimin padanya.






















Day 15


Pagi yang cerah di mansion alexandro, jimin bangun pagi seperti biasanya. Ia mandi lalu keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang makan, namun saat dia melewati salag satu ruangan langkahnya terhenti. Ia melirik sekilas bayangan seseorang didalam sana, seorang wanita tengah duduk bersama vittorio ditemani segeoas teh di pagi hari. Jimin menguping di pintu, ia sedikit melirik kearah dalam dimana dia bisa melihat wanita itu adalah bella. Sedang membicarakan apa mereka dipagi hari seperti ini?

TOK! TOK!

jimin masuk kedalam ruangan itu yang mengundang etensi keduanya, vittorio tersenyum cerah.
"Selamat pagi, bagaimana kabarmu hari ini" ujarnya menyapa dengan nada kaku. Jimin yang hanya menggunakan bathrobe berjalan pelan kearah vittorio yang tak putus memandangnya sedari tadi. Lalu bella memandang mereka berdua dengan tatapan yang tidak suka, jimin tau dia tidak suka tetapi dia berusaha mengabaikan dan tetap berjalan lurus kearah yoongi, dengan manja dia duduk dipangkuan yoongi dan mengalungkan tangannya disana, Bella tersenyum sinis.

Vittorio meninggalkan bella hanya untuk jimin, itu yang selalu dia tanam dihatinya, sehingga dia begitu berani melakukan tindakan ini meski tidak diminta. Jantungnya berpacu dengan cepat saat vittorio menelusupkan jari jemarinya di pinggang ramping jimin. Lalu ia tersenyum miring, dan menyesap wangi sabun yang masih menempel di tubuh jimin.

"Bella, sepertinya percakapan kita hari ini hanya sampai disini------
"T-tapi vit--- aku baru saja sampai, bahkan kita belum membicarakan apa-apa" vittorio menggendong tubuh jimin.
"Besok saja, hari ini aku sibuk" lalu membawanya keluar dari ruangan itu, Jimin bersorak sorai vittorio meninggalkan bella demi dirinya lagi dan lagi, entah mengapa dia merasa menang dan senang. Ia mengeratkan pegangan dileher vittorio sementara pria itu menggendongnya sampai ke ruang makan.

"Kita sudah sampai, kau lapar kan?" Jimin mengangguk, lalu dia mendudukan jimin pada meja makan. Jimin melirik vittorio yang membuatkannya sereal, dan segelas susu segar. mereka duduk berhadapan, saling hening sekedar menikmati sarapan pagi.

"Kita akan ke malta hari ini" ujar vittorio setelah dia menghabiskan semangkuk sereal. Jimin menatapnya bingung, lagi?
"Untuk apa kita pergi kesana" vittorio terkekeh.
"Mengenang papa, sebelum kita memutuskan tali keluarga alexandro" jimin tertegun dan menatap vittorio.
"Apa? Apa aku tidak salah dengar" Ia terkekeh lalu mengaduk serealnya.
"Kau tidak salah dengar jimin" ia tersenyum dengan bibirnya yang merah merekah.
"Tidak ada penolakan aku tunggu di ruang tengah jam 9 pagi"

Jimin berakhir menurutinya dan bertemu vittorio diruang tengah, mereka segera berangkat menuju bandara dan terbang menuju malta, tentu ia harus bertemu sisca dan paolo, orang yang harus di waspadai, fablo memperingatkan jimin sebelum dia meninggal.

Rumah mewah itu terpampang jelas, paolo dan sisca menyambut mereka berdua dengan gembira. Mereka sangat hangat dan baik hati, bahkan mereka menyajikan persiapan yang sangat luxury, Jimin merasa terhormat.

"Bro, bukankah kau seharusnya untuk tetap tinggal disini. Kami masih sangat membutuhkanmu untuk tetap memimpin keluarga alexandro" vittorio terkekeh ia menatap jimin dengan senyumnya.

"Ada orang yang harus ku bahagiakan, dan tempat ini tidak cocok untuknya" kemudian mereka tertawa bebas seperti tidak pernah terjadi apa apa.
"Jangan lupakan aku dengan sisca vittorio, aku akan selalu mendukungmu. Dan family ini akan selalu ku jaga seperti apa yang kamu katakan padaku" paolo tersenyum tetapi jimin, ia mendadak merasa ragu.

"Paolo" ujar jimin tiba tiba dengan wajahnya yang datar.
"Aku pernah mendengar kata kata pepatah bahwa, kau seharusnya tidak menebar janji saat kau senang, karna itu akan berubah menjadi busuk" sudut bibir itu turun, jimin dapat melihatnya meski tidak kentara.
"Jangan khawatir jimin, aku selalu menepati janjiku"

Sisca merasa kalau suasana antara jimin dan paolo berubah menjadi sengit, kemudian ia berinisiatif untuk mengajaknya keliling mansion milik paolo. Sisca menjelaskan ruangan dengan detail, hingga mereka tiba di ruangan kerja paolo yang penuh dengan buku.

"Ini ruangan favoritku, kau bisa membaca buku apa saja agar tidak bosan" ujar sisca sambil menyuruh jimin untuk melihat lihat. Namun saat itu juga salah seorang pembantu datang ia seperti tengah tergopoh gopoh.

"Jimin bolehkah aku permisi meninggalkanmu sebentar? Rose menangis jadi aku harus pergi menenangkannya, kau bisa membaca sepuasmu" jimin mengangguk paham. Setelah sisca meninggalkannya ia berjalan untuk mencari cari buku yang akan ia baca. Namun etensinya tertarik pada meja berantakan milik paolo.

"Biodata?"

Jimin mendekat lalu melihat beberapa keterangan yang di tulis dalam bahasa italia, disana ada biodata dirinya, ayahnya dan nona min jae ah ibu dari min yoongi yaitu vittorio. Tangannya semakin bergetar pelan saat dia melihat foto  samuel divilla dan foto penembak jitu yang menembak samuel, ia akan menyentuh kertas kertas itu. Namun------

"Apa yang kau lakukan?" Paolo masuk keruang kerjanya secara tiba-tiba, jantung jimin hampir berhenti. Paolo tersenyum lalu mendekatinya, ia melirik apa yang akan diliat jimin kemudian memandangnya lagi.
"Tehmu akan dingin jika kau terus berdiam diri disini, ayo sisca menyiapkan beberapa makanan penutup" sedikit ragu, jimin meraih ajakan paolo lalu meninggalkan ruang kerja dengan ekspresi bingung.

Jimin mendekati vittorio lalo menariknya menuju halaman depan, ia seperti tengah gugup sekali.

"Apa kau yakin akan menyerahkan alexandro padanya? Kau yakin?!" Vittorio yang kebingungan hanya menatap jimin aneh.
"Dia adalah kakak tertua dalam familia jadi hukumnya dialah yang akan memegang segalanya"
"hyung! Pernahkah kau berpikir kalau, kenapa samuel tidak memberikan semuanya pada paolo saat dia hidup saja?" Sejenak vittorio terdiam.

"Pikirkan sekali lagi dan kita kembali ke italia bagaimana?"
"Aku telah memikirkannya dengan baik jim----- percayalah padaku" jimin kehabisan kata-kata.

"Heii mengapa kalian berdua berdiri di tengah jalan seperti itu?" Ujar paolo memanggil mereka berdua di taman.
"Apa aku harus meragukannya?" Hentaknya sekali lagi lalu vittorio meninggalkan jimin yang masih berdiri ditempatnya.

"PAOLO! ADALAH PENIPU DIA MEMBUNUH SAMUE-----------
















BRAKKKKKK!

Tubuh jimin terpental beberapa meter dari tempatnya berdiri dan berakhir tidak sadarkan diri dengan darah yang menutupi sebagian aspal.




'Jimin!! Jimin!!'



TBC💛

Sorry baru bisa update lagi, i feel so bad belakangan ini. So thank you yang udah nungguin🤗🤗🤗🤗🤗

Vote and comment.



45 DAYS •YOONMIN•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang