Saki sedikit terkejut melihat Arman yang tertidur di kursi.Kacamata minusnya masih bertengger di telinga,jangan lupakan laptop yang layarnya sudah hitam.Pasti papanya itu begadang lagi karena pekerjaan yang selalu datang tiap harinya.
Saki beranjak dari tidurnya,memegang dadanya yang sedikit nyeri."Kemarin jantung gue kambuh deh kayaknya,,,"gumam Saki.Sejurus kemudian netranya menatap Arman"kira-kira papa panggil dokter gak ya?"
Saki berharap papanya tidak memanggil dokter,karna Saki tidak ingin semua orang tahu tentang penyakitnya.
Saki melangkah mendekati papanya, mengambil alih laptop milik papanya dan memakaikan selimut tebal pada papanya itu.
Saki menatap Arman sendu,selama ini Arman selalu bekerja keras.Tidak banyak waktu yang Arman habiskan bersamanya ataupun kakak-kakaknya.Selalu pekerjaan yang menjadi prioritas Arman.
"Papa jangan kerja terus,,Saki butuh papa"teriak Saki,di dalam hati.
Saki menghela nafas panjang,kemudian ia mengambil tabung obat yang ia sembunyikan di lemari.
"Kenapa sih gue bisa ketergantungan sama elo?"tanya Saki dalam hati seraya menatap gemas pada tabung obatnya.
Saki menoleh pada Arman yang masih memejamkan matanya,Saki pun menelan obatnya itu dengan segera.
Besok lo jangan kambuh ya,,,, gue harus bisa kalahin kak Rio besok.
💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮
Pagi ini Arman terus memantau kondisi si bungsu secara diam-diam.Mengingat dirinya sempat menemukan putra bungsunya itu tergeletak pingsan di kamarnya.Sebetulnya ia sangat khawatir saat ini,tapi egonya terlalu tinggi.Membuatnya memilih memantau Saki dalam kebungkamannya.
"Pa,,,hari ini sibuk nggak?"tanya Saki.
"Nggak sih,,emang kenapa?"
"Hari ini Saki ada tanding basket sama kelas kak Rio,Saki mau buktikan ke papa kalo Saki juga hebat,papa bisa ke sekolah nggak?"
Arman tertegun,ia menatap putra bungsunya.Apakah perkataannya kemarin melukai hati Saki??
Tapi memang seharusnya ia tidak mengatakan hal seperti kemarin.Bukankah putranya ini sangatlah hebat?bahkan lebih hebat dari saudara-saudaranya.Dengan keberhasilannya dalam mengalahkan tumor otak yang dialaminya sepuluh tahun yang lalu.Di mana Arman sudah tak punya harapan lagi atas kesembuhan putra bungsunya itu.
"Pa,,kog malah diam sih?,jadi gimana?"
Arman menyesap kopi nya,"memang kamu udah baikan? kemarin kan habis pingsan?"
"Saki udah baikan pa, kemarin mungkin karena kecapekan aja"
"Ya udah kalo gitu"
"Jadi papa bisa datang?"tanya Saki tak percaya.
Arman mengangguk,ia menatap raut wajah Saki yang terlihat bahagia.Arman mengusap rambut kepala Saki,"Selalu bahagia seperti ini nak"
Saki tersenyum kemudian memeluk papanya erat.Saki tidak tahu sampai kapan ia bisa menahan rasa sakit itu sendiri,tapi yang jelas Saki akan bertahan hidup untuk orang-orang yang ia sayangi.
"Saki sayang papa"
💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮
"Yasmin!"
Yasmin menghela nafas panjang saat seseorang memanggil namanya.Sebenarnya Yasmin enggan menoleh karena ia tahu yang memanggil namanya adalah Saki,tapi hatinya mendorong dirinya untuk menoleh.
Wajah Saki terlihat sangat bahagia hari ini,entah karena apa yang pasti Yasmin tidak perduli.
"Apa?"tanyanya ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alsaki
Teen Fiction"gue gak suka bad boy" Yasmin Almeera Zahra "gue gak bad boy,,,,,agak doang" Alsaki Davian Nugraha "gue gak akan biarin elo rampas orang yang gue sayang lagi" Sanjaya Alvin