Bohong kalo gue bilang gak kenapa-napa, setelah hari Minggu kemarin diajak ngobrol serius sama Ayah, rasa hati gue ini sama sekali gak tenang dan malah jadi kepikiran terus. Setiap udah lupa karena main atau berantem sama Aji, ketika kegiatan itu selesai pasti bakal kepikiran lagi.
4 hari berlalu dan rasanya cepet banget, selama itu pula gue malah semakin mempersibuk diri dengan kerja dan menutup semua akses bagi Jeffrey dan Tendra. Gue sama sekali gak mau ketemu, bahkan chat dan telepon pun gue acuhkan.
Gue berusaha mencari tau dari dalam diri gue sendiri, siapa sih sebenarnya yang gue mau dan karena apa gue memilih dia, makanya sementara ini gue gak mau lihat dan berhubungan dulu sama mereka biar hati dan pikiran gue gak plin-plan.
Dan seperti saran Ayah, biasanya ketika gue sholat malam doa yang gue panjatkan ke Allah selalu sama, minta kesehatan untuk diri sendiri dan keluarga, rezeki yang lancar, kehidupan yang aman tenteram, dan meminta segala kebaikan yang gue inginkan.
Tapi semenjak hari itu gue menyelipkan satu permintaan tambahan kepada Allah. Minta tolong untuk segera diberi petunjuk agar gue gak salah memilih, gak salah menjatuhkan hati. Dan udah 4 hari gue menyelipkan doa itu ketika sholat malam.
Ayah minta gue untuk segera bilang ke beliau kalo gue udah ada jawaban, nanti Ayah yang akan bilang ke orang yang jadi pilihan gue jika anaknya ini sudah memilih dia sebagai pasangannya.
Sekarang ya gue kerja aja kaya biasa, beberapa kali dalam sehari ketemu klien, ada yang baik orangnya, ada yang astagfirullahaladzim bikin naik darah tapi sebisa mungkin gue harus profesional, jangan sampai kepancing emosinya cuma gara-gara 1 klien yang ngeselin.
Selain itu juga gue lebih sering ngerjain dokumen sama design pakaian biar gak ada waktu kosong yang nantinya akan membuat gue kembali ingat perkataan Ayah terus jadi degdegan sendiri dan berujung overthinking.
Saat ini sih klien yang minta dibuatin kebaya atau gaun pernikahan udah mulai berkurang karena udah bukan musim nikahan lagi, cuma ada beberapa aja dan tempat tinggalnya juga gak terlalu jauh, jadi lebih enak kalo mendadak minta ketemu.
Sampai di jam 15.00 hari ini, setidaknya ada 2 klien yang udah gue temui, keduanya sama-sama meminta dibuatkan kebaya buat acara wisuda.
Ada gitu ya orang yang niat banget wisuda sampai dibikinin kebaya, gue dulu beli kebaya yang udah jadi, itu aja dadakan karena awalnya gue gak mau pakai kebaya, maunya pakai setelan batik tapi abis itu kena marah Ibu.
Padahal uang buat beli toganya aja udah lumayan mahal habis itu cuma dibuat hadir ke acara resmi wisuda, foto-foto sama temen dan keluarga, gak sampai 12 jam habis itu dicopot, dicuci, kalo nggak masuk lemari ya dipajang.
"Bu Ale."
Lamunan gue buyar dan langsung nengok ke arah pintu.
"Ya?"
"Ada yang mau ketemu Bu."
"Siapa?" tanya gue
"Kakeknya Pak Jeffrey."
Ada apa nih tiba-tiba minta ketemu?
"Ada Pak Jeffrey juga yang mendampingi." imbuhnya
"Suruh masuk aja." kata gue
"Baik Bu."
Pintu ruangan gue dibuka lebih lebar dan muncul Kakeknya Jeff beserta Jeffreynya juga. Gue seketika berdiri seolah menyambut, orang penting dengan derajat tinggi itu pemirsa sekalian jadi harus hormat.
"Selamat sore, silakan duduk." kata gue
Kakeknya Jeff kelihatan biasa aja, maksudnya gak ada ekspresi kesel yang selalu beliau berikan ke gue seperti sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss My Enemy -JJH-✔️
Fiksi PenggemarBeberapa kata yang cocok untuk mendeskripsikan seorang CEO dari perusahaan besar ini adalah 'rese' dan 'bossy', ah iya satu lagi 'ngeselin'.