Cry

1K 78 10
                                    

Happy Reading ❣

Jisoo menggigit pipi bagian dalamnya saat menatap seokjin yang melajukan kendaraan dengan tatapan datar. Aura seokjin benar-benar seperti hewan buas yang ingin menerkam mangsanya.

"J-jin" Merasa tak ada balasan dari pria bertubuh jangkung disampingnya, jisoo mengalihkan pandangan keluar jendela.

Deringan ponsel milik seokjin mampu memecah keheningan dan aura dingin didalam, Ternyata irene yang menghubunginya.

"Selamat pagitu tuan, kau apa kabar?" Terlintas ide jahil di otak seokjin. Agaknya ini saat yang tepat untuk membalas perkataan jisoo pagi tadi.

"Selamat pagi nona irene, aku baik. Kau apa kabar?" Irene bersorak dalam hati saat kalimat hangat dari seokjin menerpa indera pendengarannya.

Jisoo menoleh saat nama irene disebut, wanita semalam yang membuat jisoo sangat jengkel. Tetapi dari raut wajah seokjin sepertinya pria itu sangat senang mendapat panggilan dari irene.

"Ah, aku tentu" Sebenarnya seokjin sangat muak dan jijik mendengar kalimat sok manis yang irene lontarkan untuknya. Tetapi demi membalas perkataan jisoo tadi pagi, jadi seokjin harus rela menampilkan deretan gigi putihnya.

"Eum tuan, semalam aku menghubungimu tetapi yang menjawab seorang wanita dan dia bilang kalau kau sedang tidur di pangkuannya. Apa itu benar?" Seokjin sedikit melirik jisoo dari celah matanya, dapat dia lihat kalau gadisnya saat ini sedang mengalihkan pandangan ke jendela dan seolah menulikan percakapan antara dirinya dan irene.

"Eoh wanita itu? Kau tidak perlu khawatir dia bukan siapa-siapa ku" Satu tetes air mata jatuh begitu saja dari pelupuk matanya. Jisoo segera menghapusnya, relung hatinya seketika sakit mendengar perkataan seokjin belum lagi saat ini nafasnya pendek-pendek karena ia tak mau mengeluarkan isakan.

"Jinjja? i really think"

"Tidak, kita sudahi dulu percakapan pagi ini karena aku sedang mengembudi" Irene tersenyum manis mendengar ucapan hangat dari seokjin. Hal inilah yang sedari dulu irene inginkan tetapi tak kunjung kesampaian.

"I lov-

Seokjin segera mematikan panggilan tersebut, dirinya tidak mau mendengarkan kata yang keluar dari mulut irene.

💐

Seokjin membuka kaca mobil saat jisoo mengetuknya, jisoo memegang rahang tegas milik seokjin lalu mengecup singkat bibirnya. Seokjin sama sekali tak merespon bahkan untuk sekedar melihat gadis mungil yang mungkin sekarang akan menangis.

I love you chagi, batin seokjin.

Maafkan aku jin-sii, batin jisoo.

Setelah mobil seokjin keluar dari area rumah sakit, jisoo mulai terisak disana. Meremas tangannya kuat-kuat seolah melampiaskan rasa sakit dihatinya.

Jisoo menghapus air matanya dan melangkahkan kaki menuju ruangannya.

"Dokter ji" Seorang anak perempuan dengan rambut dicepol keatas berjalan tanpa selang infus atau alat bantu lainnya dan tanpa didampingi siapapun.

"Naeun, Hei! berhenti disitu!!" Jisoo berjalan tergepoh-gepoh menuju naeun, memegang kedua tangan hangat naeun dan berjongkok sambil menatap manik tenang milik naeun.

"Dokter ji sudah sering bilang, kalau naeun ingin keluar atau sekedar berjalan santai harus didampingi orang dewasa" Naeun terkikik mendengar penuturan jisoo. Menurut naeun, jisoo sangat lucu kalau sedang menasihati orang lain.

[3]Love You My Dokter Kim--JINSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang