Prologue-Nara

102 23 16
                                    

hi. I really miss tell stories about everything in Social Media. Then, I decided to write here, tell about him. Gue engga tau mulai dari mana dan bagaimana bercerita tentang hubungan kami. Hubungan gue dengannya, panggil saja dia Nara, nama yang manis, nama panggilan dia. Gue pernah lihat disalah satu website, arti nama Nara adalah pemimpin. Ya, sesuai dengan sikapnya yang mencontohkan seorang pemimpin, tapi gue engga pernah bilang hal ini ke dia. Hanya saja, gue memperlakukan dia spesial, begitupun sebaliknya.
Kami mulai dekat, sekitar pertengahan tahun, berawal dari chat selayaknya hubungan biasa antara laki-laki dan perempuan. Bercerita dari hal-hal yang biasa sampai hal yang luar biasa. Kedekatan kami, hanya kami berdua yang tau. Kami menyukai privacy dan sangat menikmati hal ini satu sama lain.

kedekatan kami pun semakin dekat, rasanya sangat sesak apabila gue harus dihadapkan kenyataan yang pahit. ya, gue udah punya pacar, sedangkan dia, entah lah. banyak sekali kaum hawa yang mengejarnya. Tampan kah? hmmm menurut gue, dia manis. dia berkharisma selayaknya laki-laki yang cukup dewasa. Hal yang paling enggak bisa gue lupa, tatapan matanya. ya, his eyes, I love his eyes, gue engga bisa menghindar dan melupakan tatapannya. Rasanya ingin sekali berterima kasih kepada Tuhan karna sudah menciptakan seorang laki-laki yang dianugerahi mata nan indah.

Bibir ini kaku, tak bisa terucap kata-kata, ketika ia pertama kali bertatapan di lift. salah tingkah? jelas. gue menyembunyikan perasaan itu rapat-rapat. 'Apakah ini rasanya terhipnotis? atau.. apa ya?' gue bergumam dalam hati.

"Nara, udah sampai kan?" gue telpon Nara
"oke. gue jemput"
Dia menjemput, menyapa, tersenyum.
"thanks ya, gue engga bawa akses."
"santai, gue anterin sekalian ya' senyum Nara sambil melirih.
Rasanya badan ini lemas. Namun harus kuat dan harus jaga sikap. Ya, tidak mau terlihat murah. Gue type yang agresif, entah kenapa, feeling ini berbeda. Seperti diberi petunjuk Tuhan, 'Tolong jaga sikap, dia berbeda dari yang lain', well, gue bener-bener menjaga manner dengan baik.

***

"Nara, jemput ya." pinta gue ke Nara by phone
"oke"
Lumayan lama menunggunya. Kami beda ruangan. Dia juga sempat mengiyakan akan menjemput setelah pulang. Ketika dia datang..
"Nara! what are you doing? kenapa sih lo ngangetin?" gue kaget, dia ngerjain gue. ya, dia agak iseng.
Nara tertawa.
deg. semoga dia tidak mendengar suara jantung gue yang berdegup kencang. Gue bingung, kenapa bisa gue jadi begini? What happend? What's wrong with me? oh my Godness, I am melted, he seems cute. but, I hide it. Gue enggak mau dia tau betapa salah tingkahnya seorang gue yang... ah sudahlah.

***

Perjalanan pulang kali ini sangat berbeda dari sebelumnya. Lampu-lampu penerang jalan, kali ini bukan hanya menerangi jalan, lebih terasa ada yang lebih menerangi perjalanan gue pulang ke rumah. Sesuatu hal yang berbeda dan tidak bisa diungkapkan. Terasa lebih tenang, senang, dan hikmat. Gue menikmati perjalanan ini sendirian. Walau kenyataannya, gue dijemput. Ya, raga ini dijemput, tetapi jiwa gue, entah kemana.

Tuhan, sebenarnya ada apa ya? Kenapa ya? Apa aku terlalu mudah untuk membuka diri kepadanya? atau Engkau ingin memberikan petunjuk yang lain? Sekiranya apa?

Tuhan, Kuatkan jiwa dan raga ini. Bantu gue untuk menerima kenyataan.

***

Cinta SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang