Gue kebangun karena terkejut ternyata gue ketiduran dari semalam, hp lupa di charge, laptop masih dalam keadaan menyala. Gue langsung segera mematikan laptop dan segera me charging hp. Gue lihat di jam dinding waktu menunjukkan pukul 5 pagi. Ternyata selama itu gue tidur lelap, gue merasa semalam lelah menunggu kabar dari Nara. benar saja, Nara masih belum ada kabar apapun, pesan yang kemarin pagi gue kirim tidak ada balasan apapun, sebelum mandi, gue coba telepon Nara menggunakan nomor biasa, tidak tersambung. Gue lemas, gue bingung mau mendaptkan kabar dari Nara bagaimana caranya. gue engga tau rumahnya, gue kalau mau tanya ke teman ruangannya akan jadi pertanyaan kenapa gue nanya tentang Nara. gue menghindari gosip yang sangat rentan menyebar di kalangan orang kantor. Gue bergegas mandi, berharap saat gue berangkat ke kantor ada petunjuk keberadaan Nara dimana.
"Indi, kamu mau mama antar ke kantor" tanya mama saat gue keluar kamar dengan lemas
"terserah mama enaknya gimana" jawab gue dengan lemas
"loh? kamu kenapa" tanya mama dengan khawatir
"aku engga kenapa-kenapa" jawab gue dengan datar
"Indi, jangan bohong lagi sama mama. kamu terlihat sangat pucat pasi, kamu lemas, seperti tidak semangat menjalani hari ini. kalu sakit bilang sayang, jangan dipendam" mama langsung heboh dan wajahnya terlihat sangat khawatir ketika melihat gue dengan kondisi yang lemas.Bagaimana tidak, gue belum dapat kabar apa-apa tentang Nara dari kemarin, se seharian itu. terakhir bersama dia menemani gue ke klinik untuk periksa luka memar gue dipergelangan tangan. tidak ada yang aneh dengan Nara saat itu. Malahan, gue yang ngambek, tapi masa iya sih gara-gara gue se ngambek itu dia balas dendam dengan cara menghilang tanpa kabar.
"aku engga apa-apa tau ma, palingan cuma capek kerja biasa aja sih, nanti juga sehat sendiri setelah makan, minum air hangat, engga ada yang aneh atau apapun sih ma yang aku rasain" gue langsung menjelaskan semuanya ke mama
"yaudah kaau emang kamu kuat mau bekerja" jawab mama
"iya ma. doain aja ya" ujar gue
"mama antar aja ya ke kantor. jangan ditolak, kamu tunggu depan aja, mama ganti baju sebentar" ujar mama
gue mengangguk dan langsung menunggu di depan rumah. Gue sebenenrnya sedih banget kalau mama harus ngerasain sakitnya gue dan sedihnya gue. gue engga mungkin cerita yang sebenernya ke mama. kasihan mama, mama juga pasti akan menyalahkan Nara, belum lagi kalau malahan mama menyalahkan Nara atas perbuatannya yang udah bikin gue nunggu kabar dari dia, padahal engga begitu, gue masih meyakinkan diri kalau Nara baik-baik saja. gue percaya Nara akan ada kabar di dalam waktu yang dekat.***
Dalam perjalanan menuju kantor, hanya terlihat gedung-gedung tinggi ibu kota, perjalanan hari ini terasa aneh, memang tidak macet hanya ramai lancar. Mama yang mengemudikan mobil dengan sangat hati-hati karena mama merasa gue sedang sakit tetapi tidak mengatakan apapun ke mama. mama tahu, gue engga mau beliau khawatir dengan kondisi gue. Gue sesekali mengecek hp, tidak ada kabar apapun dari Nara. setelah sampai kantor, gue akan cek keberadaan dia, gue engga mau cek di dalam mobil, karena jika ada hal yang tidak diinginkan gue pasti akan syok. gue engga mau mama tahu apapun tentang apa yang gue rasain
"mama, makasih. aku masuk ya" gue cium mama
"iya sayang, kamu masuk ya, kalau sakit kamu pulang ya jangan main dulu deh" mama langsung menasehati gue
"iya mama, aman pokoknya" jawab gue
"kasihan anak mama" ujar mama
"loh? kenapa? kan mau kerja malah dikasihani" gue tertawa kecil
"iya, anak mama sakit" jawab mama
"udahlah, apaan sih ma. aman" ujar gue
"yaudah. mama jalan ya, mama pulang" pamit mama
"hati-hati mama" gue salam ke mama.
Setelah mama pergi, gue langsung masuk ke kantor dan buru-buru ke ruangan gue. setelah sampai, gue persiapkan diri kemudian sarapan di atas meja kantor. lagi, gue sendirian di ruangan sebesar ini. Kak Lala masih bekerja di rumah belum bisa ke kantor.Gue langsung membuka laptop kemudian mengakses media sosial untuk melihat aktivitas Nara. ternyata belum terlihat aktivitas apapun. Gue semakin tidak tenang, rasanya perasaan gue semakin tidak enak. Gue akhirnya coba telepon Nara, nomornya ternyata masih tidak aktif. Seketika gue lelah, gue pun penasaran tentang keberadaan Nara. Akhirnya gue coba memberanikan diri melihat media sosialnya Cantika dengan akun gue yang lain. Saat gue melihat statusnya, dada gue sesak, sekujur badan gue lemas melihat status Cantika upload foto seorang pria nampak dari belakang, laki-laki itu menggunakan pakaian tuxedo pengantin yang sedang berdiri di dekat jendela kamar hotel mewah. Terdapat tulisan kecil 'My husband'.
"Nara? kamu menikah? ini kamu bukan?" Gue ngomong sendiri depan laptop, gue langsung menangis dengan apa yang gue lihat pagi ini. Gue simpan bukti dari status Cantika, gue melihat beberapa akun yang menandai ke akunnya, ya, benar saja, Cantika telah menikah dengan seseorang, namun wajah pria tersebut belum terlihat jelas. Jikalau dilihat dari belakang, persis sekali tubuhnya Nara. Gue inget, ini Nara. Gue langsung gemeteran dan tidak dapat membendung air mata ini.
"kenapa lo tinggalin gue Nara?" ujar gue
"kenapa lo jahat sama gue? kita baik-baik aja loh, lo terakhir temenin gue ke klinik, ksebelumnya kita masih senang-senang, katanya lo sayang sama gue, kenapa lo jahat dan tinggalin gue dengan cara kayak gini?" ujar gue sekali lagi
"Nara. Gue yakin banget ini foto lo, lo belum update sengaja biar gue engga bisa lihat aktivitas lo di IG" ujar gue lagi
Rasanya dunia berhenti berputar. Kepala gue saki, dada sesak, dan gue engga tau bisa fokus kerja atau engga hari ini. ya, gue salah buka media sosial pagi ini sebelum kerja, harusnya bisa dibuka di rumah, bukan di kantor. Gue segera menenangkan diri, gue harus kuat dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
***
Sepulang kerja, gue engga langsung pulang ke rumah. Gue ingin pergi ke suatu tempat yang lebih tenang. pikiran gue langsung kacau. Bayangan foto yang di status Cantika masih memutar dipikiran gue. Sesampainya di coffee shop, gue mencoba membuka media sosialnya Cantika. Gue harus kuat mental lahir batin dengan apa yang gue lihat dan benar saja.
Nara telah resmi menikah secara private di salah satu hotel bintang 5 di ibu kota. Hanya dihadiri keluarga masing-masing mempelai dan rekan terdekat saja. Nara terlihat tampan, tatapan matanya begitu tajam, gue ingat betul bagaimana cara dia menatap. Cantika juga terlihat sangat anggun, secara dia adalah salah satu model ibu kota. Gue lihat ada beberapa media yang memberitakan tentang pernikahan Cantika dan Nara, namun di video tersebut perwakilan dari pihak keluarga pernikahan tersebut private dan belum bisa di publish hari ini. Intinya akan dilakukan konfrensi pers setelah semuanya sudah selesai. Pihak keluarga Cantika meminta media untuk tenang dan sabar jika ingin bertanya tentang pernikahan mereka.Gue semakin sesak, tangisan gue semakin menjadi-jadi, beberapa kali mengelap air mata melihat video pernikahan mereka di media sosial. Sesaat gue perhatikan, semua acara pernikahannya sangat matang. Bisa gue tarik kesimpulan bahwa mereka memang ada rencana ingin menikah dalam waktu dekat, dipilih lah hari biasa untuk melaksanakan pernikahan mereka. Secara klau hari biasa tidak terlalu ramai untuk sewa tempat pernikahan, mengingat Cantika seorang mosel, pasti sulit mengatur jadwalnya. Selama melihat media sosialnya, gue hanya mengumpulkan bukti-bukti yang gue lihat hari ini. Gue lihat di hp, pesan untuk Nara masih belum terkirim. Semoga salam waktu dekat gue bisa ketemu Nara. Gue ingin sekali ketemu dia untuk yang terakhir kalinya, gue mau masalah ini diselesaikan dengan baik.
Setelah mengumpulkan bukti-bukti pernikahan mereka yang akan jadi bahan pertanyaan gue ke Nara, gue merapihkan semuanya sebelum akhirnya gu pulang ke rumah untuk istirahat. Gue sangat lelah hari ini, tidak hanya fisik, melaikan, mental dan batin gue tersiksa. Seandainya, jikalau Nara dan Cantika akan menikah dalam waktu dekat, kenapa dia tidak memutuskan hubungan dulu sama gue. Minimal, ada pembicraan mengarah 'mau dibawa hubungan kita' ini sangat tiba-tiba dia menghilang, bilangnya di kantor izin. Izinnya juga gue engga tau kemana, ternyata menikah. Engga ada yang salah memang, salahnya sama perasaan gue. gue yang masih terjebak diantara Nara dan Rizal, oh ini ternyata jawaban dari Tuhan. Jawaban dan petunjuk yang sangat menyakitkan hati gue, gue sangat kecewa tentunya juga pedih.
***
Sudah cukup malam untuk sampai di rumah. Gue langsung masuk ke kamar untuk beres-beres dan merapihkan semuanya. Perasaan gue masih sangat sedih, jalan seperti mengambang tidak dapat menapak dengan sempurna di lantai. Khawatir akan jatuh sakit, gue segera minum vitamin yang selalu tersedia di kamar. Gue berharap hari ini adalah mimpi buruk dalam hidup, bukan kenyataan. Gue juga berharap segera bangun dari mimpi buruk ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Semu
General FictionSebuah kisah cinta yang cukup rumit, ya, awal kedekatan Indi dengan Nara. Cowok manis yang tiba-tiba datang ke kehidupannya. Mereka saling mengenal lebih dalam dan berlanjut sampai sekarang. Dia salah satu pria idaman banyak wanita, rasanya Indi san...