Konflik Indi

22 8 3
                                    

Pagi ini gue bangun lebih cepat, lebih tepatnya karena kebangun. Daripada gue tidur lagi dan akan kesiangan, gue segera mandi dan siap-siap ke kantor. Ketika bercermin, gue nelihat se bouquet bunga mawar merah pemberian Nara. masih merah menyala dan harum karena gue letakan didalam vas bunga berisikan sedikit air. Gue senyum-senyum sendiri masih terbayang bagaimana romantisnya Nara memeluk gue dengan mesra dan dinner. Rasanya semalam seperti mimpi, entahlah, akan kah terulang kembali? Gue masih di kamar termenung melihat vas bunga tiba-tiba mama memanggil gue dari luar kamar.

"Indi, kamu udah siap belum?" panggil mama dari luar kamar
"Iya mama. sudah." jawab gue
Gue keluar kamar.
"mama mau antar kamu ke kantor ya." mama langsung to the point
"hah? ada apa ma?" gue kaget
"ya engga ada apa-apa sayang. mama cuma mau anterin aja" jawab mama.
"yaudah deh ma, kita berangkat sekarang aja" ajak gue
"oke. mama juga udah panasin mobil buat ke kantor kamu" jawab mama.
Gue dan mama bergegas ke dalam mobil, kita langsung segera berangkat ke kantor. Gue senang banget bisa diantar sama mama ke kantor, karena bagaimanapun mama sering sibuk dengan urusannya dan bahkan harus pergi ke luar kota.

Didalam perjalanan, mama memulai pembicaraan
"Indi. mama boleh tanya?" tanya mama
"ada apa ma? boleh aja sih" jawab gue
"Indi. kamu dapat bunga dari siapa?" tanya mama dengan santai
"oh. aku beli ma" jawab gue
"Indi. jujur sayang. mama tahu kamu. kamu dapat bunga dari siapa?" tanya mama sekali lagi
"ma, aku udah jujur. aku beli diperjalanan pulang" jawab gue dengan nada meyakinkan
"Indi. sekali lagi ya. kamu jujur sama mama. kamu dapat bunga dari siapa? mama tanya gue yang ke-3 kalinya
"apaan sih ma" gue langsung kesel
"kamu kenapa kesel? kamu belum jawab pertanyaan mama" tanya mama
"ma, aku kesel dipaksa." jawab gue dengan nada bete
"gimana mama engga memaksa. kamu berbohong sama mama. kamu engga jawab apa-apa Indi" mama sudah mulai kesal
"aku udah jawab. aku beli" jawab gue
"Indi! mama tahu kamu. kamu dapat bunga dari siapa? tidak mungkin Rizal. mama tahu kalian" ujar mama dengan tegas
Gue terdiam dan merasa gugup dengan pertanyaan mama. Gue bingung mau meyakinkan mama dengan cara apalagi.
"Indi jawab" paksa mama
"apaan sih ma. masih pagi" jawab gue
"justru karena masih pagi. mama ingin tahu. dari siapa?" tanya mama dengan maksa
"Indi ingat ya, kamu ini ingin menikah dengan Rizal. jangan macam-macam kamu Indi. kalau sampai terjadi apa-apa dengan hubungan kalian, mau taru dimana muka mama? malu Indi" sambung mama
"mama tolong deh jangan berfikiran yang aneh-aneh" pinta gue
"gimana engga mikir yang aneh-aneh. kamu yang mulai" mama kesal
"apa sih ma. aku udah jujur" gue berusaha meyakinkan
"kan mama sudah bilang. mama kenal kamu Indi. mama minta kamu jangan bohong." ujar mama
"maaa" panggil gue
"Indi. jawab. Bunga mawar itu dari siapa?" tanya mama
"mama lupa kalau Indi suka bunga?" tanya gue
"Indi. kenapa kamu tidak sopan? kenapa kamu malah tanya mama balik? Jawab Ndi" mama kesal
Gue menggigit bibir dan perasaan gue sangat bingung. kalau gue jawab dari teman pasti akan di cecar dari siapa dan tentunya akan ditanya namanya siapa. kalau gue bohong, celaka lah. pasti akan ditanya terus menerus. salah satu caranya, gue akan mempertahankan jawaban kalau gue beli bunga dipinggiran jalan.

"Hallo Indi" panggil mama
"ya ma" gue langsung menoleh
"mama tunggu jawaban mu ini, keburu sampai kantor." tanya mama dengan kesal
"apa ma? soal bunga? ya ampun mama" gue langsung kaget
"yaiyalah." jawab mama
"ma, emang penting? kan yang paling terpenting aku masih sama Rizal dan aku mencintainya" tegas gue ke mama
"penting lah. karena namanya orang kasih bunga pasti ada artinya. engga sembarangan" jawab mama
"apa emang ma?" tanya gue sambil mengkerut
"ya tergantung yang kasih bunga itu laki-laki atau perempuan." jawab mama
"ya ampun ma, jadul deh. siapa aja bisa beli bunga dan siapa aja bisa ngasih bunga" gue menanggapi ucapan mama sambil tertawa kecil
"kamu ngeledekin mama?" tanya mama sambil melotot
"loh? ya engga dong mama. aku hanya menanggapi omongan mama aja. mama sensitif aja." jawab gue
"habisnya kamu ketawain mama" ujar mama
"ma, udahlah. masalah bunga aja dibesar-besarkan. intinya aku beli bunga ya ma, mama mau? aku belikan deh" gue berusaha untuk menenangkan mama
"kamu engga usah menenangkan mama. pokoknya mama curiga dan engga percaya" tegas mama
"astaga mama" gue geleng-geleng ketika dengar omongan mama
"mama serius. mama engga percaya kamu beli bunga. ditambah, semalam kamu pulang malam Indi, lalu bawa bunga" mama kembali tegas
"lalu, mama curiga aku pergi dengan lelaki lain?" tanya gue
"jelas Indi. mama pernah muda" jawab mama

Cinta SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang