Nara mulai bercerita

32 12 3
                                    

Pagi yang sejuk, gue terbangun tepat pukul jam 4.30 pagi. Gue langsung tersadar kalau gue tidak mengatur alarm agar bangun pagi untuk olahraga kecil pagi ini. Gue langsung membuka tirai agar bisa melihat suasana pagi sebelum subuh.

Ting tong..
terdengar suara bel depan rumah. Gue langsung bergegas ke arah depan pintu, sebelum gue buka pintu, gue lihat terlebih dahulu siapa yang datang sepagi ini ke rumah gue. Betapa terkejutnya, ternyata mama gue datang sendirian sudah kembali dari rumah salah satu keluarga di luar kota
"mama" ujar gue dengan terkejut
"Indi sayang" mama langsung memeluk gue dengan sangat erat
"mama...Indi kangen" gue langsung merengek manja ke mama dan memeluknya dengan erat
"mama juga kangen. kamu mau kemana?"tanya nyokap gue
"aku mau olahraga sih mah sama temen kantor ku. Dia katanya mau kesini." jawab gue
"siapa?" nyokap gue tanya dengan heran, maklum karena sejauh ini, dia taunya gue kalau olahraga hanya sendirian
"ada, namanya Nara. engga apa-apa kan ma? dia temen Indi" gue sedikit menjelaskan tentang Nara ke mama
"mama sih engga masalah, Rizal bagaimana? apa dia tidak apa-apa kalau kamu pergi bersama pria lain?" Jawab mama gue sambil sedikit khawatir
"engga kok ma, mama tenang aja, mama jangan overthinking ya. kita cuma olaharaga aja kok" gue meyakinkan mama kalau gue dan Nara hanya berteman baik dan dia datang kesini hanya olahraga bersama.
"yaudah, mama percaya kamu Indi. kamu jangan mengecewakan siapapun ya. Ingat, kamu hanya milik Rizal, dia calon suamin mu, calon imammu dunia akhirat"Mama langsung memberi gue pesan agar gue bisa jaga diri dan jaga perasaan siapapun.
Gue hanya mengangguk pelan karena paham maksud mama, mama segera masuk ke dalam rumah dan merapihkan diri. Mama baru saja pulang dari luar kota beberapa hari karena sering ada urusan jadi, gue sering sekali ditinggal sendirian.

Ketika gue keluar rumah, tiba-tiba saja, gue melihat ada Nara sudah sampai depan rumah gue. Dia baru saja sampai.
"Indi" sapa Nara
"hai, kamu baru sampai ya?" gue tanya balik
"iya Indi, baru banget sampai, trus mau langsung panggil kamu. Eh, kamunya sudah keluar rumah. oiya aku parkir motor dimana nih?"jawab Nara
"aku kenalin kamu ke mama ku ya, biar kamu kenal. kamu kan teman kantorku yang dekat. gimana?" gue langsung mengajak Nara untuk kenalan sama mama sebagai teman dekat
"oh, lagi ada mama?" Nara terkejut
"Iya Nara. yuk." jawab gue dengan santai dan mangajak Nara masuk ke dalam rumah untuk beretemu dengan mama.
"mama, ini Nara, kenalin ma, teman kantor Indi, Nara, ini mama" gue langsung memperkenalkan mereka berdua
"hallo tante, saya Nara. Teman kantor Indi" Nara mencoba untuk memperkenalkan diri
"hallo Nara, jadi teman Indi yang baik ya." mama langsung berpesan ke Nara
"siap tante." Nara mengiyakan dengan sigap
"Ma, aku sama Nara olahraga di taman deket sini dulu ya. trus, Nara parkir motor di depan rumah kita" gue pamit ke mama.
"oh yaudah, kalian hati-hati" mama mengizinkan kita berdua pergi bersama.
Saat keluar rumah kita jalan santai ke arah taman komplek yang memang tidak jauh jaraknya dengan rumah gue. Masih cukup pagi untuk memulai jalan santai, kemudian sedikit pemanasan sebelum memulai untuk berlari pagi disekitaran taman.
"Nara, kamu beneran engga apa-apa ke rumah ku?" tanay gue
"ya aman banget. kamu engga kenapa-kenapa kalau aku samperin ke rumah pagi-pagi" Nara tanya balik
"kamu lihatnya gimana? amah kah?" tanya gue balik
Nara hanya tertawa tipis dan seperti biasa, dia melemparkan senyum kearah gue.
"aku aman Indi. kamu?" jawab Nara tersenyum
"akupun sama." gue jawan dengan singkat
"yang bener?" Nara memastikan
"kamu kali yang bener nih aman? siapa tau kan mau jemput siapa atau pergi ke mana gitu sama kawan?" gue langsung mencoba memberi kode ke Nara. semoga saja dia paham
"engga sih ya, dia engga minta jemput" Nara langsung menjawab dengan cepat dan dia kaget sendiri
"oh...siapa? kenapa engga pernah cerita?" gue langsung bertanya dengan pelan
"cerita apa? maksudnya?" Nara bingung sendiri
"udahlah, kamu sudah keceplosan. aku dengar jelas. ayo cerita, aku siap mendengar langsung dari kamu" Gue minta Nara bercerita langsung tentang semuanya
Nara langsung mengeluarkan HP dan menghela nafas panjang, dia terlihat bingung. sesekali melirik ke arah gue, seakanakan memastikan kalau gue akan baik-baik saja ketika tahu smeuanya. Gue pun memberanikan diri untuk mendengar semuanya.
"Indi, ini namanya Cantika. dia seorang model ibukota. kita kenal sudah lama, sudah jalan 5 tahun. engga pacaran sih, cuma deket aja, deket banget kali ya. agak sulit pacaran karena ya karir juga sih ya, karirnya dia management dia yang agak ketat." Nara langsung panjang lebar menjelaskan wanita yang selama ini dekat dengan dia. benar saja, inisial 'C' yang dia jadikan kontak di hp nya adalah Cantika. Dia memperlihatkan foto wanita cantik itu, gue akui sangatlah cantik dan modis, wajar, dia model.
"kenapa engga pacaran aja sih? kan kalau serius, pasti boleh sama managernya." tanya gue
"ya begitulah sulit Indi. Padaha, dia sayang banget sama aku" Nara melirik ke arah gue
"kamu juga kan sayang sama dia?" tanya gue ke Nara
Nara hanya diam dan menghela nafas panjang
"benar kan?" gue tanya lagi dengan nada yang pelan
"Indi, apa kita bahas yang lain?" Nara langsung bertanya
"kenapa? aku hanya ingin tahu sendiri dari mulutmu Nara, bukan dari mulut orang lain atau siapapun. Kita selama ini sangat dekat, bahkan ya, sangat dekat. kamu sadar kan hal itu?" aku sedikit memaksa dan menahan untuk tidak menangis depan Nara.
Nara langsung mengenggam tangan ku dengan erat. Aku terdiam terkejut. kemudian, Nara merapihkan rambut gue yang berantakan karena kena angin taman. tidak tahu apa maksud semuanya., tiba-tiba dia menjadi sangat romantis dan menyentuh gue untuk menenangkan.
"sudah Indi, kita fokus aja sama kita. jangan bahas Cantika lagi" Nara meminta ku untuk tidak membahas tentang Cantika
"maksudnya?" tanya gue dengan mengkerut
"ya, aku engga mau kamu sedih Indi." Nara menjelaskan ke gue
"justru kalau kamu begini aku yang sedih" jawab gue
"loh? kenapa gitu?" tanya Nara dengan heran
"ya karena kamu engga jujur sama aku. aku emang udah curiga lama sama kamu. cuma ya aku nungguin kamu cerita jujur sama aku" gue jawab dengan jujur
"Indi, aku mohon sama kamu, I am begging you to not talking about her. udah ya kita fokus aja sama hubungan kita ini." Nara memohon untuk tidak melanjutkan pembicaraan tentang Cantika. Padahal, masih banyak pertanyaan tentang hubungan mereka. Rasanya penjelasan Nara barusan tidak cukup memuaskan dan tidak cukup menjawab pertanyaan-pertanyaan yang selama ini gue pendam.

Cinta SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang