Bab 13

17 5 12
                                    

Seketika tatapan Nada mengerjap. Ia tak menyangka akan mendapat pengakuan dari seorang Sean, kekasih diam-diamnya. Disambutnya ucapan itu dengan lengkungan senyum. Sisil yang menatap dari kejauhan merasa heran dengan apa yang mereka bicarakan.

"Sean!" seru Akmal membuyarkan percakapan keduanya, "ayo, buruan!"

"Akmal ganggu aja orang lagi ketemu pacar," bisik Sean membuat wajah Nada merona.

"Ya, sudah, sana, gih! Belajar yang rajin, ya," ucap Nada masih berbisik.

Sean mengulas senyum dan menunjukkan jari jempol ke arah Nada. Tak lupa ia melambaikan tangan ke arah Sisil lalu berlalu dari hadapan mereka berdua.

"Sejak kapan kamu seakrab itu sama Sean? Lagian, apa, sih, yang kamu bicarakan sampe senyum-senyum gitu sama dia?" tanya Sisil setelah Sean pergi.  

"Ah, banyak kali pertanyaanmu, Sisil?"

"Cuma dua, gak banyak! Eh, jawab dulu pertanyaanku!" ucap Sisil agak memaksa.

"Cemburu, ya?" ucap Nada sambil menyipitkan mata ke arah Sisil menggoda.

"Hmm, iya, sih, cemburu ... merasa enggak pantas aja menyukainya. Aku terpikir yang disampaikan kakak iparku semalam ...."

"Apaan?"

"Kalau lebih baik wanita itu dicintai daripada mencintai."

"Nah, semoga kamu sadar."

"Maksud kamu?" Tatapan Sisil intens menghadap ke Nada.

"Ya, maksudnya, kamu harus mulai pikirkan untuk menerima Bayu."

Spontan Sisil langsung melayangkan pukulan gemas di bahu Nada. Nada tertawa terbahak, sedangkan Sisil masih saja mengomel bahwa apa yang Nada sampaikan itu tak akan mungkin terjadi.

"Harap tenang, ini perpustakaan!" seru Bu Atun--penjaga perpustakaan sekolah--mengingatkan.

"Maaf, Bu!" sahut Sisil, lalu beralih menatap Nada dengan kesal.

"Tuhan itu Maha membolak-balikkan hati. Sekarang kamu bilang enggak mungkin, siapa tahu nanti bakal bilang iyes? Who knows?" bisik Nada sambil menjaga volume suara.

***

Hari ini perlombaan KIR akan dilaksanakan. Nada dan Vernes ikut mendampingi Dhayu dan Sally menuju tempat lomba. Pak Irwan sebagai guru pendamping tentu saja ikut serta. Ia banyak mengobrol dengan Pak Yanto, sopir mobil sekolah selama perjalanan.

Lomba dilaksanakan di Dinas Pendidikan Kota. Saat tiba di sana, tampaknya peserta sudah banyak yang hadir. Terbukti dari beberapa siswa yang mengenakan seragam SMA. Ada beberapa siswa yang mengenakan seragam ciri khas sekolah masing-masing, tak terkecuali Vernes, Nada, Sally, dan Dhayu, yang mengenakan seragam batik sekolah mereka.

Beberapa siswa yang sering mengikuti lomba, tentu saja agak keder. SMAN 5 Bandar Lampung bahkan sering sekali memenangkan perlombaan apapun yang diadakan. Beberapa siswa dari sekolah lain tampak berbisik. Nada pikir karena mereka tahu prestasi yang sering diraih oleh para siswa di SMA favorit itu, tetapi nampaknya bukan itu yang dalam pembicaraan mereka.

Pandangan mereka tertuju pada Dhayu. Tubuh jangkung dan ketampanan wajahnya menjadi magnet tersendiri yang membuat para siswi dari sekolah lain berbisik-bisik membicarakannya.

Sally tampak agak menempelkan tubuhnya pada Dhayu. Kalau dipikir, ia seperti tidak ingin Dhayu dipandangi siswi lain. Secara tidak langsung, ia ingin sampaikan  pada semua orang yang sedang menatap Dhayu bahwa Dhayu adalah miliknya.

Dhayu tidak menolak bahkan ia pun tidak memberi jarak. Ia biasa saja dan menyambut kedekatan yang ditawarkan oleh Sally kepadanya. Nada dan Vernes sudah seperti obat nyamuk di antara mereka berdua.

SERENADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang