"Nadaaaa!!! Selamat, ya!" Tiba-tiba Sisil memeluk Nada.
Nada bingung dengan sikap sahabatnya itu. Tak sedikit pun ia merasa bangga dengan kejadian yang baru saja ia alami.
"Sudah, enggak usah lebay!" jawab Nada ketus.
"Iiihhh, kamu kok gitu, sih! Seharusnya kamu senang, Nada!"
"Apanya yang senang? Disorakin begitu senang ... memang aku topeng monyet?! Lagian, kalau kamu ingin disorakin seluruh warga sekolah kayak aku tadi, sering-sering aja jalan ke tengah lapangan!"
"Aku enggak punya keberanian untuk itu ...," ucap Sisil, "maksudku juga bukan masalah jalan ke lapangannya, tapi soal kamu bakal dijodoh-jodohin sama cowok ganteng si anak baru!"
Nada masih saja cuek, padahal Sisil begitu antusias menceritakan segala kemungkinan yang bisa saja terjadi. Sudah ada beberapa pasangan yang disorak di tengah lapangan sekolah akhirnya pacaran. itu pun bisa terjadi pada Nada dan anak baru itu.
"Enggak usah ngadi-ngadi, ya, Sil. Mau sampai kapan pun, itu enggak bakal terjadi!"
Sisil langsung terkesiap. Ia tak ingin lagi melanjutkan bahan cerita yang pasti Nada tak mau membahasnya. Ia gandeng tangan sahabatnya itu ke kelas, sedangkan Nada masih kesal dengan bahasan yang menurutnya tak penting sama sekali.
***
"Kak, aku sudah infokan dua peserta perwakilan sekolah kita tentang schedule untuk persiapan lomba. Kak Nada nanti in charge di bagian presentasinya, aku nanti di bagian teknis penelitian. Pak Irwan akan selalu pantau dan kita wajib menginformasikan perkembangan dua peserta selama proses," jelas Vernes sambil menyerahkan kertas jadwal latihan.
"Kalau ada yang enggak available dengan waktu Kakak, bisa langsung informasikan ke aku, ya. Mumpung belum aku share ke anak-anak," ucap Vernes sambil menanti Nada mengecek jadwal.
"Oke, Vernes. Sejauh ini, sih, enggak ada masalah, kok ... ini aku pegang, ya?" ucap Nada sambil menunjukkan kertas jadwal disambut anggukan dari Vernes.
"Oke, Kak Nada, terima kasih, ya, atas kesediaan Kakak untuk melatih anak-anak. Aku percaya, di tangan Kakak, kemampuan anak-anak semakin terasah," ucap Vernes yakin.
"Sama-sama, Vernes. Kakak juga senang bisa sharing ilmu. Kita masih punya banyak waktu untuk mempersiapkan semuanya. Semoga anak-anak juga latihannya bisa maksimal."
"Iya, Kak. Oke, Kak, Vernes izin mau ke kelas dulu. Sekali lagi, terima kasih, Kak Nada!" ucap Vernes sambil berlalu dan melambaikan tangannya.
Nada kemudian menghampiri Sisil dan Bayu yang sedang duduk di taman depan sekolah. Keduanya memperhatikan Nada sembari berbisik-bisik tentang hal yang membuat Nada curiga.
"Kalian ngapain? Pasti lagi ngomongin aku!" ucap Nada curiga.
"Ih, jadi orang enggak usah ke-GR-an! Siapa juga yang ngomongin kamu," tegas Sisil didukung dengan anggukan Bayu.
"Kalian berdua, tuh, cocok dan saling mendukung. Kalian pacaran aja! Kompak banget kalau sudah gosipin orang!" seru Nada lalu ia mengambil duduk di samping Bayu.
Sisil dan Bayu spontan saling berpandangan, disusul dengan gerakan menjauh Sisil dari Bayu, "Yeeee, enggak usah, ya! Ingat, kita bertiga cuma sahabat. Dalam persahabatan tidak ada cinta! Ingat itu! Ya, ya, ya?!"
"Tapi yang namanya hati 'kan enggak ada yang tahu, Sil ...," ucap Bayu agak pelan.
"Apa?!" seru Sisil.
"Kata Bayu, gimana kalau aku suka sama kamu, Sil?" ucap Nada.
Seketika Sisil melotot ke arah Bayu, sedangkan Bayu tersenyum tanpa meralat kalimat yang diucapkan Nada.

KAMU SEDANG MEMBACA
SERENADA
Teen FictionNada merupakan seorang gadis tumbuh dengan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Namun, sebuah berita mencengangkan harus ia terima terkait asal usul kehidupannya. Nada mulai terombang-ambing dengan jati dirinya. Ia mulai pelan-pelan menguak kehidup...