Bab 1

140 24 50
                                    


Neta mendekati putri yang dikasihinya. Ada raut kesedihan di wajahnya. Ia bisa merasakan bagaimana perasaan Nada setelah mendengar berita itu. Ia membelai lembut punggung gadis itu. Neta bisa melihat bahwa itu pasti berat. Namun, demi menjawab pertanyaan Nada selama ini, Neta dan suaminya terpaksa mengungkapkan kebenaran yang selama ini mereka simpan.

"Nada, Mama dan Papa minta maaf jika itu membuatmu terluka." Neta menangis.

Nada memandang wanita yang selama ini merawatnya dengan penuh kasih sayang, lalu dipeluknya Neta. Mereka berdua menangis bersama.

"Mama dan Papa tidak salah. Tidak ada yang salah, Ma. Nada malahan sangat bersyukur tumbuh di dalam keluarga ini. Tuhan begitu baik sehingga Nada diberi keluarga yang begitu menyayangi Nada." Nada mengeratkan pelukannya.

Di ambang pintu kamar, seorang pria setengah baya pun merasakan kesedihan yang sama. Andaikan Tuhan mengizinkan, Eras berharap di kehidupan selanjutnya, Nada akan tetap menajadi putri kesayangan mereka. 

Nada melihat Eras, ia tersenyum dan membuka tangannya. Jadilah mereka bertiga saling berpelukan. Tuhan memang Sutradara dari setiap lakon ciptaan-Nya. Nada sama sekali tidak menyangka bahwa cerita kehidupannya akan sedramatis ini. 

***

"Hai, tumben jadi pendiem?" Bayu menepuk bahu Nada, sedangkan Nada sedikit terkejut.

"Kamu bikin kaget aja. Mana Sisil?"

Bayu menggerakkan kepalanya ke arah kantin, "Kamu udah ditunggu, tuh. Buruan, gih!"

"Iya. Kamu duluan aja, Yu." Ucapan Nada terdengar malas. Ia bereskan buku-buku yang masih berserak di atas meja. 

"Kamu kalau enggak ditungguin, enggak bakal bergerak!" Bayu langsung merebut buku-buku yang dipegang Nada dan memasukkannya ke dalam tasnya. Oleh Bayu, tas itu diletakkan di kursi Nada.

"Yuk! Enggak ada alasan lagi kamu mau beberes buku, ya!" ucap Bayu tegas. Ditariknya tangan Nada.

"Uhh, kamu berat amat! Gemukan, ya, kamu sekarang!" 

Spontan tangan kiri Nada memukul kepala Bayu, "Jangan lagi-lagi kamu bilang aku gemukan. Kalau mau bilang gemuk, dalam hati aja. Itu kalimat yang nyakitin buat perempuan selain diputusin pacar!"

Bayu masih mengelus kepalanya yang sakit karena dipukul Nada. Nada memang kadang seperti wanita pada umumnya tetapi sikapnya bisa seperti singa kalau ada kalimat yang tak sesuai dengan hatinya.

***

"Lama amiiir, Da!" seru Sisil saat wajah Nada sudah nongol di kantin. 

"Memang enggak rame, ya, kalau enggak ada aku?" Nada mengambil tempat duduk di samping Bayu, sedangkan Sisil duduk di hadapan mereka. 

"Lebay!" Mulut Sisil seketika monyong dan membuat Nada tersenyum.

"Ssst, enggak usah lihat tetapi cukup dengarkan ...," bisik Sisil pada Bayu dan Nada. Keduanya seketika mengangguk dan siap mendengarkan apa yang Sisil hendak ucapkan.

"Lama amat! Kamu cuma mau bilang kalau kamu mau kentut, 'kan?" seru Bayu disambut tamparan lembut Nada di pipinya.

" Arah jarum jam angka tiga. Ada sekelompok geng yang pasti kalian tahu banget siapa." 

Nada dan Bayu mengangguk paham. Mereka tahu betul bahwa Susan, Lesti, dan Ana adalah geng trio cewek cantik yang dikenal di sekolah ini. 

"Arah jarum jam angka enam, ada seorang cowok ... kalau menurutku, sih, dia kayaknya murid baru, deh. Soalnya aku enggak pernah lihat dia sebelumnya," lanjut Sisil.

SERENADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang