Bab 3

37 15 28
                                    


Sejak usia sepuluh tahun, Nada sudah mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari orang-orang di sekitarnya. Itupun terjadi saat ia ikut mamanya arisan istri-istri pegawai tempat Eras bekerja. Kebetulan Oom Bira, suami Tante Mirna,  satu pekerjaan dengan papa Nada. Ironisnya, umpatan itu keluar dari bibir sepupunya sendiri.

Nada langsung berlari mencari tempat yang nyaman untuk menangis setelah Aya-- anak Tante Mirna--mengejek bersama dengan anak-anak lain yang datang dengan mama mereka di arisan itu. Sebagian dari mereka ada yang baik, tetapi terkadang yang baik pun jadi ikut-ikutan dengan sikap jelek Aya. 

"Hey, kamu ngapain nangis sendirian di sini?" Seorang anak lelaki yang usianya sepertinya sama dengan Nada menyapa.

"Bukan urusan kamu!" dengkus Nada kesal.

"Jadi anak enggak usah cengeng! Semakin kamu cengeng, mereka akan makin bully kamu."

Nada agak kesal dengan ucapan anak lelaki yang sok dewasa ini. 

"Aku Dhayu." Anak lelaki yang masih berdiri di depan Nada mengulurkan tangannya. 

Nada yang masih agak kesel mengabaikan uluran tangan anak lelaki itu. Bukannya marah, anak lelaki itu menarik kembali tangannya dan ikut duduk di samping Nada. Nada memandang lelaki itu dan mengernyitkan dahinya. Ia paling tidak mau ada orang yang ikut campur masalahnya. Saat-saat seperti ini, Nada hanya ingin sendiri.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Nada sambil memandang aneh Dhayu.

"Males ah, enggak ada teman yang asyik di sana," jawab Dhayu seadanya.

"Bukannya tambah enggak asyik kalau kamu di sini? Apalagi lihat orang lagi nangis?"

"Enggak ...  enggak apa-apa," jawab Dhayu sambil memainkan batu kerikil di hadapannya kemudian ia toleh Nada yang masih menyisakan air mata di kedua pipinya, "terus, kamu kenapa nangis?"

Nada mengambil napas lalu mengeluarkannya, "Memang aku item banget, ya?"

Nada memandang ke arah Dhayu untuk melihat respon anak lelaki itu. Dhayu memandang kulitnya dan kulit Nada bergantian. Tampak kulit Dhayu memang lebih putih dari kulit Nada.

"Memang kalau kamu item kenapa?" tanya Dhayu.

"Aku diejekin melulu gara-gara kulitku lebih item dari yang lain." Mulut Nada mengerucut kesal.

"C'mon, Girl,  stop talking about physical appearance!"

"Seharusnya kamu bicara itu sama mereka, bukan sama aku!"

"Maaf. Aku cuma kesel aja. But ... PD aja dengan apa dan bagaimana kita!" ucap Dhayu coba menguatkan.

Tak lama kemudian, Dhayu kembali mengulurkan tangannya untuk Nada, "Tadi aku ditolak saat ngajak kamu kenalan. Sekarang, mau berteman denganku?" 

Nada tersenyum dan menerima uluran tangan itu dengan senang hati, "Namaku Nada. Kamu?"

"Uh, pasti kamu enggak dengar saat aku tadi sebutkan nama."

"Maaf." Nada nyengir kuda.

"Baik, Nada. Kuulangi lagi, ya. Namaku Dhayu," ucap Dhayu semringah.

Sejak punya teman baru bernama Dhayu, Nada lebih memilih bermain dengannya dibandingkan dengan teman-teman perempuannya. Nada berusaha untuk menjaga hatinya agar ia tidak disakiti lagi. Setiap diajak Neta untuk ikut arisan, Nada sudah tak merasa terbebani. Terserah jika Aya dan teman-teman lain tak ingin berteman dengannya. Ada Dhayu yang akan menemani Nada bercerita.

"Eh, kalian so sweet banget, ya. Jangan-jangan kalian pacaran, ya? Hayoooo!!!" seru Aya saat melihat Nada dan Dhayu di pertemuan arisan berikutnya.

SERENADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang