dua

34.1K 3.8K 270
                                    

"hoammmm,"

Seorang cewek manis menguap tak elitnya dengan keras. Membuat seorang makhluk tampan di samping ranjang yang dipastikan menunggunya bangun menatap dengan pandangan datar.

"Beneran ini gue masih idup? Kaga meninggal? Kaga mati masih bisa nafas? Busett kaga lecet malah jadi mulus ini kulit. Gilaa tau gini gue ketabrak aja dari dulu," cewek yang baru sadar dari pingsannya itu berceloteh panjang yang membuat cowok dingin yang berada satu ruangan dengannya terheran-heran.

Mencoba bangkit dari tidurnya dan memegang kepalanya yang agak pening, cewek itu mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan yang amat sangat memanjakan matanya. Perabotan yang sudah dipastikan harganya selangit memenuhi tempatnya berada saat ini. Menengok kesamping,

"AIGOO KAMCAGIYAA! YAA TUHAN ADA COGAN DI MIMPI HAMBA. MANIS BANGET TAMPANGNYA, KALAU BOLEH JODOHKAN KAMI YA TUHAN. HAMBA TERIMA DENGAN TANGAN TER-"

"Berisik."

"ASTAGA, SUARANYA NGAJAK NIKAH! BANG AYO BANGUN RUMAH TANGGA BARENG ENENG, DIJAMIN BAHAGIA LUAR BIASA SAMPAI LUAR ANGKASA!!!"

"Gila."

"TERSERAH ABANG MAU BILANG APA, YUK OTW PELAMINAN. NGGA USAH RESEPSI NGGA PAPA, YANG PENTING SAH DULU AJ-"

Suara bantingan pintu disusun seorang wanita paruh baya yang masuk dengan nampan ditangannya membuat acara pengungkapan rasa tadi berhenti seketika. Padahal, tadi adalah timing yang pas dia mampu meminang cogan yabg mampir sukarela dalam mimpinya. Uh, kesal.

" Nona Tata sudah bangun? Ada yang sakit? Atau ada yang luka? Bagian mana biar bibi panggilkan dokter," pertanyaan penuh nada khawatir masuk dengan lancar di pendengaran cewek yang sedang linglung dengan dirinya sendiri itu.

"Tata siapa?" Tanyanya ragu yang mendapat pelototan terkejut dari wanita paruh baya didepannya.

"Astaga, nona lupa dengan diri nona sen-"

"Sebentar ya bi, biar saya jelaskan. Nama saya Tisara dan baru aja kecelakaan ketabrak becak, nah saya bingung kenapa masih idup dan sekarang disini."

Bukannya ia tak bersyukur, tapi keadaan mentalnya terasa ambyar saat mengetahui dia bukan lagi Tisara. Rohnya sedang tersesat atau gimana sih? Kalau iya kan tinggal tanya Dora, selesai. Bukan malah blusukan di raga orang tak jelas seperti saat ini. Huh, raga dan rohnya sama saja. Sama-sama ceroboh. Tapi satu hal yang dapat ia simpulkan saat ini, dia bukan lagi Tisara tapi Tata. Dan dia harus membiasakan semua itu.

"Nama nona bukan Tisara, tapi Antarasa Satama. Nona bukan ketabrak becak, tapi baru saja jatuh dari latai dua tadi pagi. Kenapa nona lupa? Nona lupa ingatan? Nona amnesia? Nona gagar ota-"

"Amit-amit jabang bayi." Tisara a.k.a Tata dengan cepat menyela ucapan tak benar dari bibi didepannya. "Anggap saja saya lupa ingatan karena kecelakaan yang bibi sebutkan tadi,"

"Nona sekarang mau bicara sama bibi," ucapan terharu itu mampu menghentikan ucapan Tata. Memangnya, apa sebelumnya pemilik raga itu bisu atau gimana?

"ehem," menetralkan kembali rasa penasarannya, Tata kembali bertanya, " memangnya saya biasanya seperti apa bi?" Tanyanya sopan.

"Biasanya nona bicara banyak kalau sama Tuan Kaisar saja, kalau sama bibi atau orang lain irit banget bahkan jarang," jelas bibi dengan tatapan sendu terlihat jelas di matanya.

"Tuan Kaisar siapa bi?" Tanya tata penasaran, lagi.

"Nona beneran lupa semua?" Pertanyaan meragukan yang hanya tata jawab dengan anggukan. "Jadi Tuan Kaisar itu orang yang tadi menunggu nona bangun, lebih tepatnya suami nona." Jelas Bibi yang membuat Tata kesurupan ditempat.

Tisara or Antara?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang