tujuh

24.1K 3.1K 339
                                    

Turun menuju meja makan dengan santai, menikmati setiap pijakan anak tangga dengan tangan dan mata yang fokus pada layar ponsel yang menunjukkan beberapa cowok tampan menari dan menyanyi dengan asik. Suara sumbang tak luput keluar dari mulut sang pemilik ponsel.

Tata adalah tipe penggemar yang sangat percaya diri tinggi dengan kemampuan suaranya, pokoknya masalah enak didengar atau engga urusan belakangan, yang penting mengekce dulu walaupun lirik masih belepotan.

Sampai dimeja makan, matanya dimanjakan dengan banyak terhidangnya beragam makanan rumahan ala Bi Atin. Membalik piring dan mengambil sendok serta  garpu, dilanjut menyendok nasi lengkap dengan seperangkat lauk pauk dibayar gratis. hehehe.

Makan dengan khusyuk tanpa beban. Hp ditangannya tak pernah lepas dari pandangannya. Posisi badan duduk, tangan bergerak, mulut mengunyah, dan mata bertugas mencari vitamin tambahan yang bukan lain adalah,

Vitamin C, cogan.

"Astaga Jeno Lee, wajah lo persis bocah banget gilakk! Tapi tetep aja, dimasa depan kegantengan lo menguji KEWARASAN GUE, HUWAAAAA..."

"Astaghfirullah fullsun, lo lucu bangettt sihh. Sumpah, idaman bange-"

"Ya Allah,  Zhong Lele! senyuman mu mengalihkan duniaku!!! Modelan kek gini mau jadi Dady? Jadi baby yang ada...."

"Takbir Na Takbir, Lo yang ganteng gue yang pusing. Ngga mau tau, pokoknya besok kita nika-"

"Punya hobi yang berkelas dikit babik, bukanya ngajak pejantan nikah mulu. Malu sama gender, malu!"

Ini dia brother, ini dia, ini dia momentum yang sangat Tata hindari. Satu ruangan dengan Kaisar adalah hal terburuk yang sangat ia antisipasi sebaik mungkin. Tapi sebaik apapun upayanya, si setan satu itu selalu memiliki cara untuk membuatnya harus beradu mulut. Intinya sama aja tetep ribut.

"Suka-suka gue monyet!"

"Durhaka lo nglunjak sama gue!

"Lo siapa?" Jawab Tata yang tetap tak berpaling dari ponselnya

"Gue suam- kerjain tugas gue buat puisi," jawaban yang sungguh jauh dari kata benar jika ditilik lagi dari pertanyaan Tata.

"Minta tolong sama pacar lo lah, punya gandengan kok ngga dimanfaatin." Tolak Tata dengan sedikit bumbu pedas di ujung.

"Clara capek, kasihan biar istirahat."

"Ya menurut situ gue kaga capek? Capek brou seharian main sama co-"

"Kerjain!"

"Dih ogah, i'm solly~~~ gue bukan babu anda," sahut Tata dengan nada sok imut yang membuat Kaisar malas melihatnya.

"Uang jajan gue stop."

"Gue tinggal minta traktir gampang. Ada Alba, Libra, Bang Bayang, Leo, Arka, Kak Dani, Angk-"

"WiFi gue putus."

"Tinggal minta tetring sama Bang Satpam didepa-"

"Dua permintaan bebas, terserah asal tugas gue selesai." Akhirnya Kaisar menyerah. Sepanjang ia hidup, hanya kali ini ia kalah berdebat. Tapi ia harus merendahkan diri demi nilainya, senakal apapun dia, sekolah tetap menjadi prioritas hidupnya.

"Oke, selesai makan gue kerjain." Jawab Tata semangat dan memakan makanannya dengan cepat. Bau rejeki mendekat semakin tajam everybody. Tinggal tulis, selesai, uang mengalir lancar di kantongnya.

Mengakhiri acara makan-makannya, Tata beralih mengambil bolpoin dan buku Kaisar didepannya. "Mau tentang apa?"

"Terserah."

Tisara or Antara?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang