delapanbelas

11.8K 1.6K 112
                                    

Hari Minggu siang yang tenang. Momen langka, yang sangat-sangat Tata nantikan kedamaiannya. Menunggu enam hari lamanya demi sebuah ketentraman tanggal merah. Penantian panjang yang berujung membanting ekspetasinya. Dan semuanya terjadi juga karena ulah dari mulut mini cerobohnya tadi pagi.

"Beneran sampe buat wasiat?"

Pertanyaan sama dengan nada penasaran sekaligus meragukan, terselip rapi di pertanyaan yang sedari tadi Kaisar lontarkan.

Drama Korea yang ia tonton dengan backsound alunan riang, sangat berbanding terbalik dengan suasana mood Tata yang mendung. Bola matanya sedari tadi bergulir malas ke samping dan ketabahan kedua telinganya yang mulai berdengung panas.

"Beneran Ta? ak-"

"Heh suami, kalau jadi normal kek biasa aja bisa ngga? Ngeri gue denger lo ngomong," amuk Tata sebal.

"Bisa, tapi permintaan gue tuker sama permintaan lainnya," balas Kaisar yang sudah masuk mode normalnya.

"Ribet banget sih idup Lo nyet! Perasaan dari kemarin kalau ngga ribut ya permintaan. Variasi dikit kek, gelud misalnya," malas Tata dengan topik tentang permintaan yang berujung menyusahkan.

"Permintaannya mudah kok , cukup lo beritahu gue, wasiat apa yang lo buat?" Tanya Kaisar ngotot dengan nada memaksa.

Posisi mereka berdua saat ini sedang di ruang televisi dengan posisi rebahan Tata dia sofa panjang, ditambah satu makhluk yang asyik mengoceh di karpet bulu dilantai.

"Bentar," putus Tata bangkit dari posisi nyamannya, dan berlalu keluar dari ruang televisi.

Lima menit berlalu, belum juga Tata menampakkan batang hidungnya kembali. Kaisar yang bosan menunggu, akhirnya memutuskan mengganti tontonan dengan bahasa yang lebih ia mengerti. Memang sih, drama yang Tata tonton terdapat subtitle dibawahnya, tapi ia malas membacanya. Mending ganti tontonan lokal yang ia pahami bahasanya.

Dan setelah menjelajahi sampai penjuru nomor channel televisi yang ada, Kaisar memutuskan untuk menonton.....

"Semisal, tiba-tiba aku ngga ada? Apa yang kamu lakukan?"

"Aku pasti bingung caranya ngelanjutin hidup tanpa kamu...."

"ishh, makin sayang deh aku sama kamu~~"

Sinetron.

"Berkelas dikit nyet! Oh, atau Lo lagi belajar gimana pacaran alay buat Lo praktikin sama Clara? Hayukk lanjutkan, gue ngga bakal gangguin," ejek Tata yang baru datang dan duduk dengan angkuhnya di sofa.

Kaisar mematikan televisi dengan kesal. Berdiri dan beralih duduk tepat di samping Tata yang masih saja mengejeknya habis-habisan. Apalagi raut menyebalkan yang semakin membuatnya kesal.

Tapi hal gila tiba-tiba terlintas di benak Kaisar. Memandang Tata dengan pikiran flashback tentang bagaimana gilanya cewek didepannya ini mengejarnya dulu. Ia ingin mencoba. Ia ingin tau. Ia ingin...

"Ta, kalau tiba-tiba gue ngga ada, apa yang terjadi sama Lo?" Tanya Kaisar random dengan sedikit harapan di buntutnya. Pasti untuk ukuran cewek yang tergila-gila padanya, hal romanti-

"Yang jelas sih nganter kepergian lo, terus cari yang baru. Mati satu tumbuh seribu."

Batal.

Batal.

Batal.

Muka damba yang terbingkai manis di wajah Kaisar luntur seketika. Rautnya berubah miris dengan pandangan mata kosong mendengar kalimat tak berdosa menyerang gendang telinganya.

Tisara or Antara?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang