4. This Is the Real Ending

137 16 1
                                    

Keesokkan paginya, seperti biasa usai mandi Seora harus memasak sarapan terlebih dahulu untuk seluruh anggota keluarga kesayangannya di rumah.

"Kak, masak apa ya enaknya?" Tanya Seora sambil melihat ke arah kakak laki-lakinya yang duduk termenung di meja makan dengan segelas air mineral di genggaman nya.

Papa Seora kemudian berjalan ke arah gadis itu sambil memberikan isyarat kepada Seora untuk diam. Seora kemudian langsung mengerutkan dahinya, kenapa papa nya malah menyuruhnya untuk diam?

"Kakakmu kemarin baru saja kehilangan pasiennya, ia sepertinya sangat kecewa dengan dirinya sendiri karena telah gagal menyelamatkan pasiennya." Bisik papa.

Seora kemudian langsung terdiam sambil melihat ke arah Seokjin yang terpaku sambil melamun tersebut.

"Kamu lanjut masak dulu aja, nanti biar papa yang bicara dengan kakakmu ya." ucap papanya.

Seora kemudian langsung memasakkan telur kukus, salah satu menu sarapan favorit Seokjin. Seora berharap menu telur kukus bisa membuat suasana hati kakaknya bisa menjadi lebih baik nantinya.

Usai memasak dan menata sarapan di atas meja, Seora kemudian memanggil papanya untuk segera bergabung di meja makan untuk mulai sarapan bersama.

"Kak, makan dulu ya? ini telur kukus loh." Ucap Seora sambil tersenyum.
"Iya, sarapan dulu, kak." Ucap papa nya kemudian.

Hening.
Hening banget.

"Kak, papa minta maaf dan turut sedih atas apa yang terjadi. Ini semua bukan salah kakak, semuanya sudah takdir dari Yang Maha Kuasa." Ucap papa mencoba untuk menghibur Seokjin.

"Iya, kak. Manusia memang bisa berencana, tapi yang menentukan semuanya itu hanya Tuhan." Ucap Seora.

Seokjin mengangguk.

"Iya, aku percaya takdir yang udah direncanain Tuhan, kok. Aku cuma kecewa aja sama sikap aku yang lamban dalam menangani pasien." Ucap Seokjin.

"Kakak gak lamban, ini semua udah takdir. Aku tau kakak udah menghadapi situasi ini berulang kali, jadi aku percaya kakak pasti kuat dan mampu menangani semuanya." Ucap Seora.

Seokjin kemudian mengangguk dengan sudut-sudut bibirnya yang tersenyum kecil. Papa nya kemudian tersenyum ke arah Seora, setidaknya anak gadisnya itu sudah membuat keadaan dan suasana hati Seokjin menjadi sedikit lebih baik dari sebelumnya.

Usai sarapan pagi yang sedikit mengharukan, Seora bersiap untuk berangkat ke kantor. Gadis itu mengenakan blazer dan merapikan rambutnya berulang kali. Beberapa saat setelahnya, handphone Seora bergetar dengan satu pesan masuk dari Jimin.

Jimin:
Sayang maaf banget hari ini aku kayaknya gabisa jemput, aku ada rapat mendadak hari ini. Kamu bisa berangkat sendiri?

Seora:
Gapapa, bisa kok. Aku bawa mobil sendiri aja, kamu semangat dan jangan lupa sarapan ya!

Jimin:
Jangan bawa mobil, kamu naik taksi online aja, ya? Aku transfer ongkosnya. Biar nanti malam aku bisa jemput kamu pulang kerja.

Seora:
Ih gak usah transfer, aku gamau ya kamu transfer-transfer. Aku berangkat dulu, love you.

Jimin:
Pokoknya jangan nyetir sendiri, naik taksi aja. See you nanti, love you more.

Seora kemudian termenung sambil mulai berpikir. Ia sebenarnya malas jika harus mencari dan mem-booking taksi online, dan sepertinya ia juga tidak bisa meminta Seokjin untuk mengantarnya, karena suasana hati kakaknya tersebut mungkin masih tidak karuan, jadi Seora tidak mau merepotkan Seokjin.

CriminalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang