Haiii-!!
WIIII HAPPY 2K READERS😻
Aku boleh minta spam komen setiap paragraf?? Vote juga jangan lupa!!🥰
Happy Reading🤩
-------------------------------------------------------------------
Tesla merah itu melaju perlahan memasuki area sekolah. Keadaan sekolah masih sepi, karena bel masuk baru akan berbunyi satu jam lagi. Ia sengaja datang lebih awal dari biasanya, agar tidak menarik perhatian para siswa-siswi.
Tapi dugaannya salah, Ia tetap menjadi pusat perhatian. Buktinya, Ia belum keluar dari mobil saja sudah banyak murid yang berkerumun disekitar.
Pekikan kagum dan pujian terdengar dimana-mana. Ia membuka pintu mobil dan berjalan santai dengan kedua tangan dimasukan kedalam saku celana, tak mempedulikan sekitarnya.
Tujuan utamanya adalah kantin, tempat teman-temannya biasa berkumpul. Ia sadar ini masih jam berapa. Pasti teman-temannya baru bangun, atau bahkan ada yang masih tidur. Tapi tak ada salahnya mencoba, siapa tahu ada keajaiban. Mungkin saja teman-temannya sudah berkumpul lengkap di sudut kantin.
Ternyata tak terlalu sia-sia dia mengecek kantin, di sana terlihat Niel dan Rafa sudah duduk manis dengan ponsel ditangan keduanya.
Rafa terkejut ketika ada seseorang menepuk pundaknya. Ia melihat Rangga dengan ekspresi datar seperti biasa. "Tumben," sapa Rangga.
"Alex ngebet berangkat pagi, nggak tahu kenapa. Tuh, anaknya." Niel memajukan dagunya, menunjuk ketua mereka yang baru saja keluar dari toilet. "Moodnya nggak bagus dari kemarin, sejak di serang dadakan sama Silhoutte," tambah Rafa.
"Siapa juga yang moodnya masih bagus habis diserang tiba-tiba, mana mukanya bonyok." Rafa terkekeh mendengar perkataan Niel. Kondisi wajah ketuanya hari ini memang bisa dibilang tidak begitu bagus, tapi ntah mengapa para cewek di sekolahnya malah makin terpukau.
"Eh, mau ngapain tu anak," seru Niel seraya bangkit dari duduknya tiba-tiba. "Santai, bro, dia nggak mungkin berani macem-macem sama sepupu lo," ujar Rafa menenangkan.
Rangga hanya diam melihat Alex yang tiba-tiba menarik kasar Nayya dari teman-temannya.
***
"Aduh! Lo ngapain sih?" Nayya tersentak kaget saat tubuh besar Alex tiba-tiba menyeruduk dan memeluknya erat.
Cowok itu tiba-tiba menariknya kasar menuju rooftop sekolah. "Diem dulu." Alex meraih salah satu tangan Nayya dan meletakkannya diatas kepalanya. "Elusin."
"Ogah!" Nayya berusaha melepaskan pelukan itu, tapi hasilnya sama saja. Ia kalah kuat dengan Alex. "Bentar aja, lima menit," putus Alex. "Lo pikir gue nggak pegel meluk lo lima menit sambil berdiri?"
Alex tak menggubrisnya. Ia memilih memejamkan mata dan menikmati pelukan itu, seraya menghirup dalam-dalam aroma gadis yang dipeluknya. Sementara itu, Nayya masih ribut sendiri, tak terima dengan perlakuannya.
"Udah lima menit, minggir sana!" Nayya mengakhiri pelukan itu dan mendorong pelan tubuh Alex. "Emang lo ngitung?" Kini cowok itu sibuk memperbaiki rambut gadis didepannya yang sedikit berantakan akibat angin.
"Eh, muka lo kenapa?" Tangannya reflek menyentuh luka yang ada di wajah Alex. "Lo berantem kemarin?" Tanya Nayya lagi. Alex hanya diam.
"Kan, udah gue bilangin jangan sering-sering berantem. Kalau ada masalah kan bisa diselaiin baik-baik, jangan berantem mulu. Kayak gue gitu loh, bijak. Jangan apa-apa jalan keluarnya berantem. Selain muka lo yang kena, nama geng lo juga kena. Lo mau Shadeslayer di cap buruk sama orang-orang gara-gara tawuran mulu? Kalo gue sih nggak." Ekspresi Alex berubah masam mendengar celotehan Nayya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALNARA
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] Ini bukan cerita dimana seorang gadis polos, cantik, lemah lembut yang menyukai seorang most wanted yang menjabat sebagai ketua geng motor. Bukan juga seorang gadis biasa yang mengejar seorang ketua OSIS yang terkenal dingin. C...