26FM - Berhenti

594 127 18
                                    

KOMENTAR DAN VOTE SANGAT DIBUTUHKAN UNTUK KELANJUTAN CERITA!

Disarankan untuk memfollow akun ini agar mengetahui pemberitahuan baru atau cerita baru. thx
—————————
FOLLOW INSTAGRAM KAMI : @.wattpadby.al

Maaf ya baru bisa update sekarang.

S e l a m a t M e n i k m a t i

Setelah perdebatan atau mungkin bisa disebut pertengkaran mengenai Jaemin-Hina. Hari ini Jeno dan Jaemin mengibarkan bendera perang dingin dimana keduanya tidak memulai percakapan apapun.

"Ngomong woi"Celetuk Haechan yang mulai kesal karena keheningan yang menguasai meja mereka. Tidak berguna kantin ini riuh kalau meja mereka malah hening.

"Berantem lo berdua?"Tanya Haechan lagi kini memfokuskan matanya pada Jeno dan Jaemin.

Tidak ada jawaban dari kedua temannya itu. Jeno dan Jaemin hanya melirik Haechan dengan tatapan tajam yang berakhir membuat Haechan hanya menghela nafas.

"Mending tonjokan ajalah anjir daripada diem-dieman gini"Kesal Haechan.

"Gue cabut"Kata Jaemin langsung meninggalkan teman-temannya.

Moodnya sebenarnya sudah buruk sejak kemarin. Persis setelah Jeno mengatakan bahwa ia melihat Jaemin dan Hina, ditambah Jeno mengatakan bahwa ia mengantar Ryujin kemarin. Dalam pikirannya sekarang hanya satu, Ryujin. Rasanya hanya gadis itu yang bisa menetralisir moodnya hari ini.

"Cari Ryujin ya?"Tanya Yuna yang tiba-tiba muncul dari balik pintu kelas Ryujin.

Jaemin mengangguk. "Tolong panggilin"Pinta Jaemin yang langsung dengan cepat direalisasikan oleh Yuna. Terdengar bagaimana Yuna dengan suara kerasnya memanggil Ryujin.

"Loh? Gak kantin?"Tanya Ryujin melihat Jaemin yang masih dengan setia berdiri di depan kelasnya.

"Gue masuk dulu"Kata Yuna menyadari tatapan Jaemin mengarah kepadanya.

"Kenapa sih?"Tanya Ryujin lagi begitu melihat Yuna sudah kembali masuk ke dalam kelasnya.

Jaemin menggelengkan kepalanya.
"Not in a good mood"

"Gak kantin?"Tanya Ryujin lagi. Sedikit bodoh memang. "Aku bawa bekal. Mau?"Tawar Ryujin.

"Rooftop?"

Ryujin menganggukan kepalanya. "Tunggu"Kata Ryujin kembali memasuki kelasnya untuk mengambil bekal yang ia bawa sekaligus pamit kepada teman-temannya.

————

Sesaat setelah pintu penghubung antara gedung dan rooftop terbuka, semilir angin sejuk menyambut kedatangan Jaemin dan Ryujin dengan bahagia.

"Sampai kapan mau berdiri di situ?"Tanya Ryujin membuyarkan pikiran Jaemin. Jaemin tersenyum tipis melihat Ryujin yang sudah duduk dengan posisi nyamannya pada bangku-bangku yang tersedia.

"Kenapa?"Tanya Ryujin sambil menikmati bekalnya.

Jaemin kembali menggeleng.
"Sedikit badmood aja"

"Alasannya?"Tanya Ryujin lain. "Yaudah kalau gak mau cerita. Nih makan"Potong Ryujin langsung menyuapi Jaemin.

Benar memang. Hanya Ryujin yang mampu menetralisir moodnya yang berantakan. Jaemin bukannya tidak ingin memberi tahu Ryujin, tapi sangat tidak lucu Jaemin mengatakan bahwa ia bertengkar dengan Jeno.

"Enak?"Tanya Ryujin kemudian ikut memakan bekalnya.

"Enak. Kamu yang bikin?"Tanya Jaemin tangan terulur memperbaiki rambut Ryujin yang menutup wajahnya karena angin.

"Nanti buatin buat aku ya?"

Ryujin mengerutkan keningnya.
"Mau?"

Jaemin mengangguk dengan semangat, pipinya yang sedikit menggembung karena sedang mengunyah makanan Ryujin.

———

Jaemin menoleh ke arah Mark yang baru saja menepuk pundaknya. Setelah memastikan Ryujin sampai ke rumah dengan selamat, Jaemin memilih untuk berkunjung di Basecamp Neo.

"Berantem sama Jeno?"

Suara Mark berhasil mengambil semua fokus Jaemin yang awalnya hanya tertuju pada daun-daun pepohonan yang bisa ia lihat dari balkon Basecamp.

"Gitulah, gak tau kenapa dia malah marah banget"Jawab Jaemin. Ia tidak kaget jika Mark tahu. Sudah jelas itu adalah ulah Haechan atau tidak Chenle.

"Soal lo, dan Hina. Boleh gue kasih saran?"

Jaemin terdiam beberap asaat sebelum akhirnya mengangguk. Ia sadar ia tidak akan bisa mendapat solusi atau jawaban atas pertanyaan yang ada di kepalanya jika ia tidak mendengar saran dari orang lain.

"Berhenti"

"Hah?"

"Berhenti sama Hina. Apapun hubungan yang sedang lo jalanin sekarang ntah itu berdasarkan niat baik lo atau gak. Gak ada yang gak salah paham soal hubungan antar mantan pacar. Mau gimanapun Hina pernah menjadi bagian masa lalu lo. Jangan merusak hubungan lo yang sekarang karena membiarkan masa lalu lo ada di antara hubungan lo"

Perkataan Mark berhasil membuat Jaemin termenung. Betul memang. Apa yang dikatakan Mark betul.

"Gue harap saran gue sedikit berguna untuk memecahkan masalah lo. Ryujin baik anaknya, jangan di kecewain. Ntar diambil orang"

Sepeninggalan Mark, Jaemin menghela nafas. Jauh dilubuk hatinya ia tidak punya perasaan apapun lagi sama Hina hanya sebatas teman. Lagipula ia juga tidak mau menjadi dekat sama Hina, tapi semuanya yang ia lakukan karena permintaan Mamanya. Rumit memang menjadi orang tidak enakkan.

"Masuk! Mau masuk angin lo?"Celetuk Haechan menegur Jaemin.

————

"Aku ganggu gak?"Tanya Jaemin begitu melihat layar ponselnya yang baru saja menampilkan wajah cantik Ryujin.

Ryujin menggeleng dari seberang sana. "Gakk, tumben vidio call"Gumam Ryujin sambil memakai skincarenya.

"Pengen liat muka kamu aja"

"Basii"Celetuk Ryujin dengan kekehan kecilnya. Sebenarnya ia salting sedikit.

"Kamu kenapa sih?"Tanya Ryujin begitu selesai menggunakan segala bentuk skincarenya.

"Hah? Aku kenapa?"Tanya Jaemin.

"Gapapa sih. Kamu aneh aja akhir akhir ini"Jawab Ryujin mengeluarkan pendapatnya. Ia memang merasa seperti itu.

"Hah, aneh apaan"

"Ceritaa yaa kalau mau. Jangan dipendem sendirian"Sambung Ryujin lagi. Ia tidak begitu penasaran sebenarnya apa yang membuat pacarnya itu aneh, ia hanya mau menjadi pendengar yang baik jika pacarnya itu dalam kesulitan.

"Jangan tinggalin aku ya Ryu"

"Tuhkann"Ujar Ryujin kesal. Mulai lagi keanehan ini.

FOREVER MINE ♾ [JAEMIN X RYUJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang