25. Kami Semua Juga Tahu Sesuatu

1.4K 309 24
                                    

📌Ada yang nungguin?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

📌Ada yang nungguin?

📌Masih mantengin cerita ini juga?

📌Think about theory!

"Mau sampai kapan kamu di sini?" Sedari tadi rasa jengah mulai menemani Mino karena Eza tak kunjung pulang ke rumah. Anak ini sudah dua hari berada di kantor polisi. Nemenin lembur, ngopi bareng polisi yang bertugas malam di pos atau yang lebih parah, si Eza dua hari ini selalu menyempatkan diri nangkring di pohon mangga yang tumbuh di halaman. Katanya pengen tidur siang.

"Sampai Om Mino ngasih keterangan lanjutan tentang kasusnya Ayah. Eza juga udah ngajuin kasus hilangnya Cleo, tapi sampai sekarang belum di proses tuh. Jangan-jangan Om Mino makan gaji buta, ya?" tanyanya menjawab, bahkan dia tak mengubah cara tidurnya yang terlentang di lantai ruangan milik Mino.

Helaan napas terdengar dari Mino, dibanding menjaga para tahanan yang kadang kurang ajar, lebih kurang ajar lagi si Eza yang melakukan hal-hal tidak masuk akal seperti ini. Mau diusir, tapi si Eza ini tetangga dia, Ayahnya Eza itu temen baiknya lagi.

Seperti inilah contoh kalau hal pribadi di campur dengan pekerjaan.

"Kamu mau keterangan gimana lagi? Saya sudah kasih kamu semua berkas laporan kasusnya, terus kamu mau laporan yang gimana?" tanya Mino kembali.

Eza bangkit, dia duduk bersila dan menatap Mino dengan kedua alis yang bertaut. "Cuma gitu doang? Kalian beneran nyari Ayah sama Cleo gak, sih? Masa udah dua hari gak ketemu juga. Minimal lokasi mereka, kaya yang di film-film itu," jawabnya tanpa memperdulikan wajah Mino yang berubah tanpa ekspresi.

"Eza. Kasus yang masuk ke kantor polisi tidak hanya menangani kasus Ayah kamu dan Cleo saja, kami menangani banyak kasus. Lagipula, polisi baru bisa bertindak jika ada laporan lanjutan dari tim detektif. Untuk menggebrak atau menangkap seseorang, kami harus memiliki bukti kuat terlebih dahulu." Eza diam, dia masih menatap Mino dengan pandangan yang sama.

"Oh gitu, ya?" tanyanya.

Mino mengangguk. "Kamu paham tidak apa yang saya ucapkan?" tanya Mino. Namun, Eza hanya menggeleng.

"Enggak terlalu, sih, Om. Yang Eza tau, Eza ngerasa janggal akan satu hal...," jawabnya. Tatapan Eza berubah, dia memandang Mino dengan pandangan lurus yang menyiratkan akan sesuatu hal yang tidak bisa Mino deskripsikan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 7 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

404! Not Found Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang