📌Vote and coment, okey?
📌Ada yang nungguin?
📌Think about theory!
•
•
•
Cahaya senja perlahan-lahan mulai lenyap dimakan oleh kegelapan. Mahen duduk di atas kasurnya yang berada di dekat jendela. Matanya memandang lurus ke depan—memperhatikan jalanan komplek yang mulai sunyi. Sesekali dia melihat ke langit, membayangkan menghirup udara bebas dan melakukan aktifitas seperti biasanya.
"Ck. Gue bosen!" serunya dengan pelan. Remaja itu mengusak rambutnya dan berdecih pelan.
Tatapannya sontak berubah saat pintu kamarnya di buka—menampilkan sang Kakak—Tio yang berdiri di depan pintu dengan pandangan yang tak lepas dari Mahen.
"Apa? Perasaan gue diem hari ini," tanya Mahen. Dia sempat menatap Tio sebentar, tetapi pandangan jalanan komplek yang sunyi lebih menggiurkan.
"Lo homeschooling aja, gue udah bilang Papa sama Mama." Mahen menoleh, berdecih, lalu menatap sinis Tio yang tetap menampilkan raut wajah biasa saja.
"Gak waras!" makinya. Sorotnya seolah benar-benar benci apa yang diucapkan oleh sang Kakak.
"Terus mau lo apa?" Tio melangkahkan kakinya mendekati Mahen yang masih menatapnya—tanpa merubah ekspresinya.
"Mati." Tangan Tio dengan sigap menarik kerah baju yang dikenakan oleh Mahen. Kilatan amarah begitu membara di matanya. Mengatakan satu kata omong kosong itu dari bibir sang Adik membuatnya sangat muak.
"Maksud lo apa ngomong gitu?" tanyanya. Namun, sudut bibir Mahen mengukir senyum tipis. Dia sering melihat sisi Tio yang seperti ini, kala dia mengatakan kata 'mati' entahlah, Kakaknya begitu marah ketika kata itu terucap.
"Apa? Bukannya gue emang udah mati? Dituntut ini, dituntut itu, gak boleh ini, gak boleh itu, jangan temenan sama mereka, jangan keluar rumah, jangan blah blah...dan lo pikir mental gue gak mati?" Rahang Tio mengeras, dihempaskan Mahen hingga remaja itu tergeletak di kasurnya. Bukannya meringis sakit, Mahen malah tersenyum pedih dengan decakan keras yang mengudara.
Di atur ini itu membuat rasa muak di dadanya meluap. Sejujurnya dia tak melakukan apa pun, dia menjadi anak yang penurut, bahkan ketika dia memiliki kelebihan pun dia tetap melakukan apa yang dilarang keluarganya, tak pernah sekali pun dirinya membantah.
"Keputusan Kakak udah bulat dan orang tua kita udah setuju." Tio ingin meninggalkan kamar sang Adik. Namun, saat mendengar kekehan dari Mahen, dia mengurungkan niatnya. Tio tahu kalau Adiknya itu begitu muak dengan seluruh peraturan yang diberi.
KAMU SEDANG MEMBACA
404! Not Found
Mystery / ThrillerFeat. NCT Dream Jarvis : "Dek dipanggil Bunda, tuh di suruh bangunin yang lain." Harvis : "Bunda nyuruh gue atau lo-nya aja yang males?" Naresh : " Anjir Reyhan tidur ilernya berlimpah!!" Reyhan : "Ini tuh mahakarya!" Mahen : "Maharkarya endasmu!" C...