Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•
•
•
Harvis duduk termenung di kasurnya. Melihat sendiri isi chip yang dia temukan membuat dirinya tak menyangka hal itu. Dia pikir itu isinya aset Pak Saiful, kan kalo iya, lumayan dia minta setengah, tapi ternyata isinya jauh berbeda sekali dari bayangannya kemaren.
Video pembunuhan? Dan mereka bertujuh sebagai saksi mata. Apakah setelah ini kehidupan mereka akan dalam bahaya?
Jarvis yang sedari tadi membaca sebuah komik di kasurnya diam-diam memperhatikan Harvis yang hanya melamun sesekali menghela napas. Pasti kembarannya itu sedang memikirkan apa yang dia lihat tadi siang. Harvis itu tipe anak yang gampang kepikiran. Apalagi ini menyangkut hal yang berbahaya.
"Kenapa? Sekarang merasa bersalah?" tanya Jarvis ke Harvis tanpa mengalihkan pandangannya dari komik.
Lamunan Harvis terganggu karena pertanyaan yang dilontarkan Abang kembarnya itu, dia menghela napas. Kemudian, berbalik menghadap ke arah Jarvis dengan bantal yang berada dipelukannya.
"Bang," panggilnya. Namun, Jarvis hanya berdehem saja.
"Bang. Abang marah sama Adek?" tanya Harvis. Dia sungguh merasa bersalah karena tidak pernah mau mendengarkan perkataan Jarvis. Padahal sejak dia ketahuan berbohong tentang chip itu, Jarvis melarangnya mengetahui lebih lanjut, siapa tahu berbahaya dan sekarang beneran terjadi.
"Engga tuh," jawab Jarvis jujur, tapi dia tidak mengalihkan fokusnya. Hal itu tentu membuat Harvis semakin yakin kalau kembarannya itu sedang marah.
Rasanya Harvis pengen banget nangis, ini Jarvis seriusan marah sama dia? Masa, sih? Tapi kan....
"TUH, KAN! ABANG MARAH SAMA ADEK!" runtuh sudah pertahanan Harvis dan berakhir menangis kencang. Selama ini kembarannya itu selalu membelanya, bahkan kalau dia berantem sama anak tetangga dan dia dulu yang mulai, Jarvis tetep bela dia sampai kapan pun. Namun, sekarang? Jarvis tidak melihat ke arahnya.
Berbeda dengan Jarvis yang langsung kaget, bahkan dia membuang komiknya asal karena Harvis yang menangis sambil teriak. Dengan segera, Jarvis bangkit mendekati kembarannya dan memeluknya dengan sayang. Bukan hal lain lagi kalau Harvis sudah menangis begini, yang bakal dimarahi pasti dirinya. Bukannya orang tua mereka pilih kasih, hanya saja mental Harvis itu tidak sekuat mental Jarvis.
"Adek. Udah, ya...sst...Abang gak marah, kok sama Adek, jangan nangis lagi," Kata Jarvis sambil mengusap punggung serta kepala sang kembaran.
Harvis itu hatinya lembut banget, gak bisa dimarah, dicuekin atau dikasarin. Semua bermula karena kekerasan fisik yang dilakukan babysitter mereka dulu waktu mereka masih kecil. Panggilan Abang-Adek juga Jarvis sendiri yang membuatnya agar kembarannya itu merasa disayang dengan setulus hati. Jarvis bakalan ikut sakit kalau Harvis tersakiti. Dan Jarvis gak mau kembarannya itu terluka. Dan alasan lainnya kenapa manggilnya Abang-Adek karena mereka itu lahirnya cuma beda beberapa. Jarvis lahir tanggal 31 Desember 2000 pukul 23:55, sedangkan Harvis tanggal 01 Januari 2001 pukul 00:02. Cuma beda 7 menit doang, tapi Jarvis kekeuh kalau mereka beda 1 tahun.