14. Kontes Berdarah III

6.1K 773 82
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kejadian aneh di ruang kelas Kakak kelasnya, Mahen melajukan motornya pulang ke rumah. Sampai di rumah dia memarkirkan motornya di garasi dan memasuki rumah. Namun, tidak ada orang itu berarti Kakaknya belum pulang kuliah.

Dirinya berjalan menaiki tangga menuju kamar, sesampainya di kamar dia meletakkan tasnya. Berlalu ke kamar mandi menanggalkan semua pakaian yang dikenakannya kecuali celana boxer bergambar spiderman.

Mengambil sikat gigi dan menorehkan odol di atasnya, dirinya langsung menggosok gigi. Setelah selesai dia beralih ke arah bathup dan menanggalkan satu-satunya kain yang melekat pada tubuhnya lalu memasuki bathup yang sudah diisi air sabun sebelumnya.

Memilih berbaring dan memejamkan mata, memikirkan hari ini membuatnya sakit kepala. Salah satu kebiasaan Magen sejak dulu adalah saat dirinya merasa pusing dia akan berendam di dalam bathup dalam waktu yang lama.

"Belerang Dioksida," gumamnya masih memejamkan matanya.

Sudut bibirnya terangkat melukis senyum tipis, tak lama kekehan keluar dari mulutnya. Matanya terbuka menatap langit-langit kamar mandinya.

"Pembunuh yang cerdik," gumamnya terkekeh.

Hari kedua kontes seni dimulai, pagi-pagi sekali semua murid yang yang mengikuti kontes seni datang lebih awal dan melanjutkan lukisan mereka, begitu pun dengan para peserta kontes yang lain mereka memilih berkumpul untuk berlatih. Selama dua minggu ini pelajaran tidak ada. Jadi semuanya jamkos makanya mereka leluasa, bahkan ada yang tidak berpartisipasi pun tidak datang kesekolah.

Lagi-lagi bukan hanya si kembar saja yang baru sampai di sekolah, tapi semua siswa yang ada di sekolah kembali heboh saat ada kakak kelas mereka yang meninggal saat sedang melukis. Harvis bersama kembarannya langsung berlari untuk melihatnya, saat sampai sudah ada Mahen dan anggota OSIS lainnya termasuk Eza yang sekarang naik jabatan sebagai sekretaris kedua osis.

Di sana dapat si kembar lihat Kakak kelas tersebut terbaring di lantai dengan mulut dan hidung yang mengeluarkan darah.

"Jangan ada yang mendekat!" Mahen mencoba memerintahkan agar tidak ada yang mendekat, dia mengecek denyut nadi Kakak kelas tersebut, ternyata tidak ada sama sekali, Kakak kelas tersebut sudah meninggal.

"Di mana ambulancenya? Kenapa belum datang?" tanya Mahen ke Reno yang sedang menelpon ambulance.

"Ambulancenya masih di jalan," jawab Reno.

Mahen mengangguk, lalu matanya beralih menatap sekaleng cat berwarna biru yang tumpah di lantai. Dirinya mengambil cat itu dengan jarinya dan menciumnya. Baunya sama dengan yang kemarin.

404! Not Found Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang