📌Vote and coment, okey?
📌Masih ada yang nungguin?
📌Think about theory
📌Di mohon tetap berada di kamar/ruangan sepi untuk membaca chapter ini demi keselamatan diri sendiri🙏
📌Jika emosi, author gak tanggung jawab🙏
•
•
Setelah berbincang dan membuat perjanjian konyol dengan sang Ayah. Jarvis hanya terdiam, memandangi kosong jalanan raya yang tidak terlalu ramai. Mungkin karena sudah siang hari, orang-orang sedang beraktivitas dengan pekerjaan mereka. Pak Agus yang duduk di kursi kemudi sesekali melihat ke arah Jarvis yang sungguh berbeda dengan pagi tadi.
Semenjak keluar dari kantor sang Ayah, binar cerah di wajah remaja itu seakan sirna seolah direnggut secara paksa tanpa adanya perlawanan. Tatapan mata yang hanya memandang jauh ke depan tanpa adanya binar keingintahuan itu cukup menunjukkan bahwasanya sang Tuan Muda—Jarvis tidak baik-baik saja.
"Tuan Muda tidak apa-apa? Perlu mampir ke toko eskrim terlebih dahulu?" Jarvis menoleh ketika Pak Agus bertanya, matanya membentuk bulan sabit sembari kepalanya menggeleng.
"Enggak, Pak. Jarvis lagi gak pengen makan eskrim, nanti kalo beli eskrim si Adek minta," jawabnya yang membuat Pak Agus mengangguk.
Jarvis kembali memandangi jalanan raya. Sejujurnya dia begitu bimbang, apakah keputusannya sudah benar? Apakah ini jalan yang terbaik?
"Maafin Abang. Selagi gak ada yang tau, mungkin semuanya bakal aman."
Mobil yang dia tumpangi sudah sampai di rumah sakit. Jarvis berjalan sembari menenteng sebuah paper bag berisi pancake coklat yang sempat dia beli tadi. Binar wajah kusamnya kini berganti ceria. Dia masih mengingat kata-kata Ayahnya tadi.
"Kamu menerimanya begitu saja? Selemah itukah dirimu?"
Jarvis tetap diam dengan kepala tertunduk. Sejujurnya dia malu, selama ini dia didik untuk menjadi anak yang kuat, tidak boleh lemah. Namun, sekarang...dia memberikan kehidupannya secara suka rela.
"Jarvis yakin, Ayah. Ayah selalu bilang, sebagai anak pertama, Jarvis gak boleh plin-plan soal keputusan. Kalo Jarvis memilih ini, maka Jarvis akan tetap memilih ini." Sang Ayah—Arash menatap putranya dengan pandangan yang sama. Tak ada senyuman atau raut yang lain terpampang di wajah tampan pria itu.
"Baiklah. Karena kamu sudah memberikan hidupmu, itu berarti, kamu hanya boleh menerima perintah dari Ayah dan kamu tidak boleh membantahnya. Dan untuk satu Minggu ke depan, jangan pernah campuri urusan Adek. Jika kamu mencampuri urusan Adek selama satu Minggu ke depan, Ayah gak akan segan menghukum kamu tanpa Mandang kamu anak Ayah."
KAMU SEDANG MEMBACA
404! Not Found
Mystery / ThrillerFeat. NCT Dream Jarvis : "Dek dipanggil Bunda, tuh di suruh bangunin yang lain." Harvis : "Bunda nyuruh gue atau lo-nya aja yang males?" Naresh : " Anjir Reyhan tidur ilernya berlimpah!!" Reyhan : "Ini tuh mahakarya!" Mahen : "Maharkarya endasmu!" C...