26. Hospital

2.8K 358 13
                                    

Ni-Ki pulang dengan sang ayah, ia sudah meminta maaf atas perbuatannya tadi, dengan terpaksa. Demi sekolahnya, demi menjaga kepercayaan sang ibu.

"Hei kau!" Ia memanggil seseorang yang akan berjalan keluar gerbang.

"Sunbaenim memanggil ku?" Tanya nya sembari menunjuk diri sendiri.

Ni-Ki mengangguk. "Kau pulang menggunakan angkutan umum?"

"Tidak, aku pulang berjalan."

Diliriknya Jake di dalam mobil. "Dad, boleh aku mengajak seseorang untuk pulang bersama?" Tanya nya dengan hati-hati.

"Tentu."

Ni-Ki menatap adik kelas nya lagi. "Aku akan mengantar mu."

"Eoh tidak perlu repot-repot, sunbaenim."

"Tidak, masuk lah." Ni-Ki memaksa adik kelas nya untuk masuk. Ia juga duduk di kursi penumpang di belakang, yang seharusnya ia duduk di depan.

"Eoh, daddy jadi supir mu."

"Tidak baik jika aku duduk di depan. Oh iya, nama mu siapa?"

"Justin, Shim Justin."

Jake yang awalnya tersenyum karena putranya tidak lagi ketus, terdiam dengan marga yang ia dengar. Shim… memang bukan hanya satu keluarga yang memiliki marga itu.

"Kita memiliki marga dan nama yang kebarat-baratan, namaku Shim Riki, cukup panggil Ni-Ki. Kau blasteran?"

Justin menggeleng. "Namaku saja yang kebarat-baratan, baba mengatakan itu pemberian dari ayah ku."

Ayah dan anak di sana terdiam. Baba, pemberian dari ayah. Panggilan Ni-Ki untuk Sunghoon, dan Jake pernah spontan mengatakan nama Justin saat Sunghoon sedang mengandung anak keduanya. Tapi mereka tau, anak itu tidak selamat.

"Dimana rumah mu?" Tanya Jake.

"Aku harus pergi ke rumah sakit, ibu ku sedang di rawat."

"Dimana?" Tanya nya lagi.

Justin memberitahu dimana rumah sakitnya, barulah Jake menjalankan mobilnya menuju rumah sakit dimana ibu Justin di rawat.

Sampailah ketiganya di rumah sakit, Ni-Ki sempat meminta untuk mampir di minimarket membeli beberapa cemilan dengan uang sang ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sampailah ketiganya di rumah sakit, Ni-Ki sempat meminta untuk mampir di minimarket membeli beberapa cemilan dengan uang sang ayah.

"Dad, kau ada rapat?"

"Tidak ada."

"Bagaimana kita lihat ibu Justin dahulu?" Ajak Ni-Ki penuh harap.

"Tidak perlu sunbaenim." Cepat-cepat Justin membuka suara, ia sudah merasa sangat merepotkan.

"Tidak papa."

Ni-Ki merasa senang dengan jawaban ayahnya. Mereka bertiga pun turun, Jake yang membawa cemilan yang dibeli sang putra, ternyata untuk Justin dan kedua adiknya.

"Ternyata seperti ini ruang rawat biasa." Ni-Ki dengan spontan berujar, anggota keluarganya pasti di rawat di kamar VIP dan ini kali pertamanya ia mendatangi ruang rawat biasa.

Jake melihat Justin yang berjalan ke salah satu brankar rumah sakit, tubuhnya seketika terasa kaku. Ia menatap Justin dan dua orang anak kembar, lalu kembali melihat seseorang yang terbaring.

"Daddy, kenapa anggota keluarga kita tidak di rawat seperti ini saja? Jika ada dua orang yang sakit dirawat di kamar berbeda terlalu boros." Ni-Ki melihat ke arah sang ayah yang terdiam.

Diikuti nya arah pandang Jake. "Baba…??"

Justin menatap bingung sang senior, baba?

Ni-Ki menghampiri salah satu brankar di ruangan tersebut. Ia masih ingat jelas wajah sang ibu, ditambah foto pernikahan dan foto keluarga yang masih di pajang di rumah, Jake tidak pernah menyuruh pelayan menaruh kedua foto tersebut.

To be continued….

[✓] Dandelion || JakeHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang