Sunghoon sampai di perusahaan sang suami, para karyawan langsung membungkuk hormat ke arahnya, ia juga sedikit membungkuk.
"Ini istri sajangnim yang dikatakan cantik? Seorang laki-laki?" Ujar seorang perempuan menghalangi Sunghoon.
"Kalau pun aku tidak cantik, setidaknya cara berpakaian ku lebih baik." Ujar Sunghoon dengan senyum ramah nya.
Para karyawan merasa senang dengan jawaban istri bos mereka.
"Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Karena kelebihan menutupi kekurangan."
"Kelebihan mu-"
"Apa yang akan kau katakan? Memang nya dia memiliki kelebihan?" Ujar seseorang dari arah belakang si perempuan. "Mulai sekarang, keluar dari perusahaan ku."
"Sajangnim-"
"Bawa dia keluar." Jake langsung menyuruh kedua penjaga nya untuk membawa keluar karyawannya.
Kedua penjaga itu pun langsung mengikuti perintah Jake. Mereka menarik paksa perempuan yang berani menghalangi Sunghoon.
Jake berjalan ke arah lift diikuti Sunghoon. Hanya mereka berdua didalam sana, karena lift itu khusus untuk Jake.
"Kenapa kau tidak mengatakan kalau kau sedang mengandung?" Jake menyudut kan sang istri.
"A-a… aku akan mengatakan nya di pagi hari, dan saat kau pulang pun aku sudah tidur." Bohong nya.
"Kenapa pagi tadi kau tidak mengatakan nya?"
"Karena kau terlihat aneh." Ujar nya pelan dengan kepala menunduk takut.
Pintu lift terbuka, Jake langsung menarik istrinya. Tidak kasar dan tidak terburu-buru.
Sunghoon duduk di sofa dan Jake duduk di kursi kerja nya. Sempat tak ada percakapan sama sekali, hanya ada suara kertas dan keyboard dalam ruangan.
"Apa yang Taeyong hyung katakan?"
"Dia mengatakan kalau kandungan ku baik-baik saja. Dia menyarankan ku untuk tidak kelelahan, mengangkat barang berat, dan makan makanan sehat."
Bibirnya membentuk sebuah senyuman saat merasakan perut nya sedikit mengeras.
Di satu sisi ia tidak mengharapkan kehadiran si bayi, tapi bagaimana pun masih ada sisi keibuan pada dirinya yang merasa senang.
"Kau meminum susu tadi?"
Kepala Sunghoon menggeleng pelan. "Aku lupa meminum nya."
Jake mencoba menahan kesal. Ia langsung menelepon Karina untuk datang ke ruangan nya.
"Ada apa sajangnim?" Hubungan keduanya memang sedikit merenggang.
"Belikan makanan yang sehat dan belikan susu hamil."
Tentu saja Karina merasa bingung. Susu hamil? Siapa yang mengan-
Ia langsung menatap Sunghoon dengan ekspresi terkejut, lalu menatap tajam Jake. "Ada sesuatu lagi?"
"Tanya kan padanya." Ujar Jake dengan mata terfokuskan pada layar laptop.
Sunghoon bangkit dari duduk nya, ia menghampiri kekasih kakak nya itu. Ia membisikkan sesuatu pada Karina.
"Baiklah. Kalau begitu aku permisi." Karina langsung pergi dari ruangan Jake.
Sunghoon kembali duduk, ia bingung harus melakukan apa. Jam masih menunjukkan pukul 10, entah dirinya akan sampai kapan di sana.
Tak lama Sunghoon tertidur dengan posisi duduk, Jake yang menyadari itu segera menghampiri istrinya.
Ia langsung menggendong Sunghoon ke kamar yang ada di ruangan nya, dengan perlahan ia baringkan, lalu ia selimuti sampai dada.
Terbangun dari tidur nya, Sunghoon merasa bingung. Bagaimana bisa ia ada di kamar yang ada di kantor Jake?
Sekarang ia hanya duduk di sofa, memikirkan siapa yang memindahkan nya.
Tak lama Karina masuk. "Sajangnim ada undangan pernikahan dari teman kuliah anda."
Jake hanya mengangguk, matanya tetap fokus menatap layar laptop.
"Anda akan datang? Dengan siapa?" Tanya Karina berhati-hati.
"Tentu saja aku akan datang, dia teman dekat ku di Amerika. Dengan siapa aku datang, tentu saja aku akan datang dengan Sunghoon."
Karina mengangguk paham, ia melirik Sunghoon yang terlihat biasa saja, lebih tepatnya terlihat melamun.
"Panaskan makanan tadi, lalu berikan pada Sunghoon." Titah Jake pada sekretaris nya tersebut.
Perempuan bermarga Yu tersebut langsung mengikuti perintah si bos.
Tak lama Karina datang kembali, ia menyajikan makanan yang dibeli nya dengan segelas air putih.
Sunghoon melihat jam di handphone nya. "Sudah waktunya jam makan siang."
"Nanti saja."
Pemuda Park tersebut langsung mendumel. "Kalau bukan karena anak nya, mana mau aku mengatakan itu."
Karina tersenyum kecil. Jake sebenarnya perhatian, tapi dia tidak mau menunjukkan sikap perhatian nya. Dan Sunghoon terlihat agak kekanak-kanakan.
Tetap saja ia masih merasa khawatir dengan keadaan Sunghoon. Ia takut Jake akan berbuat kasar pada adik Minjeong, melupakan keadaan Sunghoon yang sedang mengandung.
"Sajangnim, anak anda yang meminta untuk makan siang."
Sunghoon langsung menatap tajam sekretaris suaminya itu, tapi menurut Karina malah terlihat menggemaskan.
"Kalau begitu saya permisi." Karina langsung pergi dari ruangan si bos.
Sunghoon merasakan seseorang duduk di sampingnya. Saat menoleh, terlihat Jake yang sedang membuka alumunium foil yang menutupi makanan.
Hanya satu kata yang diucapkan Sunghoon dalam hati. Tampan.
"Sebenarnya siapa yang memintaku makan?"
Pertanyaan yang terlontar dari mulut Jake, membuyarkan lamunan Sunghoon.
"Dua-duanya." Jawab Sunghoon pelan, ia hanya tersenyum saat Jake menatap nya dengan ekspresi datar.
"Makanlah." Titah Jake, ia langsung memakan makanan nya.
Sunghoon makan dengan perlahan, dia tidak nafsu makan, makanan nya juga tidak menggoda.
To be continued….
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Dandelion || JakeHoon
Fiksi PenggemarSunghoon tetap bertahan mengikuti alur hidup nya, meskipun sangat berat. Seperti bunga dandelion yang berterbangan, mengikuti arus angin dan tidak rusak. Start = 24 September 2021 End = 04 Juli 2022