Ni-Ki dan Justin selalu berangkat sekolah bersama, tapi hanya sampai halte yang tak jauh. Di sekolah pun tidak bersama, Ni-Ki dengan teman-teman nya dan Justin sendirian.
"Kau menyukai nya?" Spontan Woochan bertanya saat melihat tatapan temannya tersebut.
"Tidak mungkin." Dengan malas Ni-Ki memakan makanannya. "Dia adik ku." Ujarnya pelan.
"Mwo?!" Woochan dan James menatap tak percaya, mereka menatap Sunoo dan mendapat anggukan. "Kenapa kau tidak mengajak nya untuk bergabung dengan kita?" Tanya James.
"Dia tidak mau."
Keduanya pun mengangguk paham, wajah Justin memang seperti seorang blasteran, seperti Jake.
Justin sendirian di kantin, banyak yang ingin berteman, tapi mereka takut pada Dejun.
Tak lama datang beberapa orang, menumpahkan susu ke makanan Justin. "Lanjutkan makan mu." Titah Daejun sembari mendorong kepala Justin.
Ni-Ki langsung bangkit. Ia tidak memukul Dejun, tapi membuang piring makanan sang adik. "Jangan menganggu nya."
Dejun tertawa meledek. "Kau tidak bisa melakukan apapun, ayah mu itu sedang koma."
Bugh!
"Ayah ku memang sedang koma. Jika kau lupa, aku memiliki paman dan bibi ku." Ujar Ni-Ki penuh penekanan.
Dejun pun tersadar, Ni-Ki bukan hanya memiliki satu paman dan bibi. Tapi, tiga orang paman dan 2 orang bibi. Bisa-bisa keluarga nya hancur dalam hitungan detik, jika kelima nya secara bersamaan memutus kontrak kerja sama dengan perusahaan sang ayah.
Ni-Ki dan Justin cepat-cepat pergi ke Rumah Sakit. Ni-Ki diberitahu oleh pihak Rumah Sakit tentang keadaan orang tuanya, tentu saja ia langsung izin dan mengajak Justin.
"Baba!" Justin segera memeluk sang ibu.
Ni-Ki terdiam di ambang pintu, apa ia harus melakukan apa yang adiknya lakukan? Ia merindukan ibu nya, tapi….
"Riki?"
Sulung Shim tersebut tersadar dari lamunannya, ia tersenyum mendengar suara sang ibu memanggil namanya lagi. "Ba- baba…." Segera berlari memeluk orang yang sangat dirindukan.
"Riki merindukan baba."
"Baba juga merindukan mu." Sunghoon mengusap kepala anak sulungnya. "Anak baba sudah besar." Ia mencubit kedua pipi Ni-Ki.
"Kemana daddy mu?"
Ni-Ki melirik ke samping nya, tirai nya menutupi ternyata. Dan mungkin sang ibu berpikir ini ruang rawat biasa, dimana setiap kamar nya diisi oleh lebih dari 2 pasien.
"Riki??"
Ni-Ki tersenyum, perlahan melepaskan pelukannya, membuka tirai yang membatasi. Ternyata sang ayah masih belum sadar. Jake belum bangun disaat mate nya sudah bangun sejak pagi tadi.
"Apa yang terjadi pada ayah mu?" Tanya Sunghoon sangat terkejut.
Dengan berat hati ia ceritakan seluruhnya, hanya yang ia tau. "Baba… mungkin penyesalan tidak bisa membalas apa yang baba rasakan dulu. Tapi daddy mengatakan jika dia benar-benar menyesal dan meminta maaf sebesar-besarnya."
Sunghoon terdiam sejak anak sulungnya bercerita. Ia melihat ke sekitar, ruang rawat nya dulu saat melahirkan Riki. Kenapa ia baru sadar sekarang?
"Baba, daddy atau pun aku tidak memaksa baba untuk kembali bersama. Daddy tau yang dia perbuat sulit dimaafkan dan aku tidak mau membuat baba tersiksa lagi. Asalkan baba tidak pergi tanpa kabar lagi."
Sunghoon masih diam, mengabaikan perkataan anak sulung nya.
To be continued….
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Dandelion || JakeHoon
Fiksi PenggemarSunghoon tetap bertahan mengikuti alur hidup nya, meskipun sangat berat. Seperti bunga dandelion yang berterbangan, mengikuti arus angin dan tidak rusak. Start = 24 September 2021 End = 04 Juli 2022