Dracho 08

397 349 441
                                    


Holaaaaa :)


Selamat membaca

¤¤▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪~~~~~♧~~~~~☆▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪¤¤

Laura membuka pintu kaca menuju balkon sebab tidak bisa tidur di mansion itu. Suasana malam hari baik di mansion Liam maupun sahabatnya, rasanya sama, sepi dan mencekam. Berbeda saat Laura tinggal di apartemen, suara kendaraan malam berlalu-lalang, membuat suasana tidak terlalu sepi.

Angin dingin di malam hari langsung menerpa wajah Laura dan surai hitamnya dibuat melambai-lambai terkena angin. Tampaknya malam hari tidak suka dengan kedatangan Laura. Buktinya saja, hujan turun dengan deras membuat Laura kembali masuk ke kamar.

Entah bangunan mansion itu kurang kokoh atau belum sempurna, lantai balkon tiba-tiba retak membuat tubuh Laura jatuh ke bawah sana jika saja seseorang tidak menggapai lengannya.

"T–olong aku!"

Laura sudah bergelantungan di tangan Dracho yang kuat menahannya tidak sampai jatuh. Laura memegang tangan pria itu erat-erat takut jatuh ke bawah. Bisa-bisa kepalanya retak saat jatuh membentur balkon yang sudah hancur di bawah sana.

Sekuat tenaga, Dracho berusaha menyelamatkan Laura yang bisa saja jatuh sebab tangan mereka berdua licin terkena air hujan.

"J–jangan lepaskan aku!" ujar Laura saat tangan satunya terlepas dari genggaman Dracho.

"Jangan lepaskan tanganku," kata Dracho lalu, "aku akan menarikmu ke atas."

"A–aku tidak bisa."

"Jangan lemaskan tanganmu!"

Laura berusaha tetap berpegangan pada lengan Dracho dengan tenaga yang masih tersisa. Guyuran hujan yang begitu deras membuat pandangannya kabur, rasa dingin dan tangan menjadi licin.

Dracho menarik lengan Laura. Terus saja ia menarik lengan gadis itu sambil menahan rasa haus akan darah. Bisa saja ia membiarkan gadis itu terjatuh ke bawah sana dan menikmati darahnya. Tapi ia tidak ingin menghabiskan satu-satunya darah manusia yang bisa ia nikmati.

Rasa haus akan darah berhasil Dracho lewati. Ia mengulas senyum di wajahnya saat kedua lutut Laura sudah mendarat di lantai kamar. Dracho masih menarik gadis itu mendekat, supaya lebih aman. Dracho sampai terbaring di lantai dengan kondisi depan bawah belakang kering sebab angin membuat guyuran hujan masuk ke kamar mengenainya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Dracho pada Laura yang mendarat aman di atas dadanya.

Uhuk, uhuk

Laura berusaha berdiri karena tidak nyaman telah menimpa Dracho. "Terima kasih sudah menyelamatkanku, uhuk!"

Dracho berdiri, menutup pintu kamar dan berjalan mendekati lemari untuk mengambil handuk dari sana. Ia menyampirkan handuk tebal dan hangat itu ke punggung Laura yang sudah menggigil kedinginan.

"Basuh tubuhmu dengan air hangat," ujar Dracho. Ia membantu Laura berdiri sebelum gadis itu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Melihat leher basah gadis itu, Dracho menghentikan pintu kamar mandi yang baru saja akan ditutup oleh Laura. Dracho tidak bisa menahan lagi rasa hausnya. Darah manis itu sudah menjadi candunya. Tidak ada darah lain yang bisa memuaskan tubuhnya.

Tiba-tiba saja Dracho merasa sekilat tenaga alam membuat matanya terpejam—mengalihkan tatapan dari benda yang terkalung di leher Laura.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Laura pada Dracho yang tiba-tiba menjauh.

DRACHO (Draculla & Psycho)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang