Suasana di taman belakang kediaman Altair saat ini sangatlah ramai, di penuhi canda tawa dari orang-orang yang ikut merayakan ulang tahun ayah Altair.
Starla sendiri nyaman berada di lingkungan keluarga Altair, karna mereka sangat welcome padanya, termasuk kedua kakek dan nenek pria itu.
Seperti saat ini, Starla dan Ellif tengah membantu kedua nenek Altair yang sedang membuat sambel. Sedangkan Dias dan Daffa membakar ikan bersama kakek Altair. Jangan tanyakan di mana kedua orang tua Altair, karna mereka berdua menghilang sejak acara ini di mulai. Padahal, yang punya acara adalah ayah Altair.
"Nenek seneng banget, Al punya temen yang baik-baik seperti kalian." Ujar Eva.
Starla meringis sambil mengangguk, pasalnya nenek Altair itu sudah beberapa kali berbicara hal yang sama. "Iya nek, ini di bawa kesana?" Tanyanya menunjuk piring yang di tumpukkan.
"Oalah, iya atuh neng gelis, sana bawa, jangan di ladenin ucapan nenekmu ini." Sambar Indah, oma Altair.
Starla tertawa kecil, lalu mengangguk.
"Kamu itu Ndah, menganggu pdkt-ku sama calon mantu!"
"Nanti dia risih Va," Sahut Indah, lalu dia kembali pada kegiatannya.
"Oma, Ellif bawa ini ya." Tunjuk Ellif pada nampan yang berisikan gelas.
Indah mengangguk. "Iya, sekalian panggil Altair buat ambil jus ya."
"Gapapa oma, biar Starla aja." Sahut Starla yang sudah kembali.
"Yasudah, itu tolong ambilkan di meja yang ada di dapur."
Starla mengangguk tidak keberatan, lagipula dapur dan taman belakang ini terhubung lewat pembatas kaca yang transparan. "Iya, oma."
Starla berjalan menuju dapur yang di tunjuk oma Indah tadi, dia melihat ada satu jus yang sudah tersaji dalam sebuah teko berukuran besar. Starla meringis, dia takut kalau juss nya akan tumpah saat dia bawa nanti.
"Kenapa nggak minta tolong?" Tiba-tiba suara bass Altair mengalun di telinga Starla.
"Altair?" Beo Starla.
"Bukan, gue arwahnya. Awas, biar gue yang bawa!" Altair menggeser tubuh Starla lalu mulai membawa teko itu yang ukurannya memang besar.
Suara tawa menghentikan langkah Starla, Starla mencari sumber suara itu, dia membulatkan matanya melihat orang tua Altair tengah tertawa bersama di ruang keluarga dengan posisi yang Starla sulit jabarkan.
"OMG, Uwu banget--" Cicitnya.
"Jangan iri, nanti sama gue uwu-uwu." Suara Altair berbisik pelan, membuat Starla kembali sadar.
"Ayo," Altair mengiring Starla untuk kembali ke taman belakang, meninggalkan orang tuanya yang tengah bermesraan. Lihat saja, Altair akan meminta menikah muda agar bisa seperti mereka!
~BukanFriendzone~
Setelah beberapa jam menghabiskan waktunya di rumah Altair, kini Starla sudah akan pulang di antar oleh pria itu sendiri. Sedari tadi kedua nenek Altair terus memaksanya agar menginap di rumah anak mereka, tapi Starla tentu saja menolak.
Memangnya siapa dia.
"Kapan-kapan, kita jalan-jalan bareng ya?" Entah kenapa, Indah dan Eva terlihat lebih antusias di banding dengan ibu Altair yang sedari tadi hanya menghabiskan waktunya bersama ayah pria itu.
"Bener itu, nanti kita langsung jemput kamu deh di rumah." Sahut Eva ikut-ikutan.
"Aduh Oma, nenek, kalian itu seharusnya lebih sadar diri deh, udah tua masih sukanya jalan-jalan." Dengus Altair yang mulai jengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN FRIENDZONE (SQUEL LIGHTERS)
Teen FictionMasa SMA yang seharusnya menjadi masa yang paling menyenangkan, nyatanya hanya harapan yang harus terkubur dalam-dalam untuk seorang Starla Halley Heraqueen. Nyatanya, Starla tidak pernah bisa menikmati masa SMA nya karna seseorang selalu menggangg...