BAGIAN 16

615 132 14
                                    

Pagi ini Starla di buat kesal oleh kelakuan adik satu-satunya, alias Rava. Bagaimana tidak, anak itu pagi-pagi sudah membikin ulah, yaitu menggedor-gedor pintu kamarnya dan memberi tahu bahwa Altair sudah ada di bawah.

Dia menuruni tangga dengan wajah yang kusut, dan bertambah kusut saat melihat Altair dan Rava yang tengah tertawa santai di ruang tengah.

"Enak banget, kakaknya di suruh buru-buru, tapi dianya belum siap." Ujarnya saat melihat Rava yang masih memakai baju sekolah dasar tapi belum rapi.

"Rava nggak jadi sekolah tau!" Sahut anak itu.

"Boong dosa, tau rasa lo." Cibir Starla. Dia melangkahkan kakinya menuju meja makan, tanpa memperdulikan Altair yang sedang menahan tawanya.

"Kamu ini, pagi-pagi udah marah-marah." Ucap Yumna yang sedang sarapan bersama ayah Starla.

"Abisnya kakak lagi tidur, Rava berisik banget." Keluh Starla.

"Ya itu kan bagus, adikmu nyuruh kamu bangun supaya nggak kesiangan."

Starla mendengus mendengar jawaban ayahnya. "Lala tadi lagi mandi juga."

"Lihat tuh, Altair udah dateng dari pagi banget loh."

Ah, Starla lupa, jam berapa pria itu datang?

"Jam berapa dia kesini?"

"Jam enam," Yumna mengelus senyum saat melihat anaknya yang terkejut. Dia-pun sama terkejutnya saat teman anaknya itu datang saat masih terlalu pagi untuk berangkat sekolah.

Tapi setelah mengetahui tujuannya, barulah Yumna mengerti. Menurutnya, Altair itu anak yang baik dan sopan, juga humoris, pantas anak-anaknya betah dengan pria itu.

Starla mengangguk-angguk, dia memakan rotinya yang sudah di beri topping.

"Dia baik ya," Ucap Ardhan tiba-tiba.

"Altair maksud papa?" Tanya Yumna.

Ardhan mengangguk. "Papa lihat, dia itu kayanya pengen punya adik, makannya dia ngebet pengen main sama Rava."

Starla hanya diam dan menghabiskan makannya, dalam hati dia menyetujui perkataan ayahnya.

"Jarang loh kak, ada cowok yang suka sama anak kecil."

"Terus?"

"Papa setuju, kalo kamu sama dia."

Uhuk.. Starla yang terkejut langsung meminum habis susu cokelatnya yang tinggal setengah. Dia menatap kesal pada orang tuanya yang kini cengengesan.

"Papa apaan sih, dia itu musuh Starla tau!"

"Musuh kok bisa sampe antar jemput sih?" Yumna mengerlingkan matanya dengan jahil.

"Ya itu karna dia yang selalu maksa!" Ujar Starla tak terima.

"Tapi lama-lama udah jadi biasa kan?"

"Mana ada!" Tidak tahu saja mereka, bahwa dia dan Altair bagaimana bermusuhan nya.

"Tapi pa--"

"Udah ah, Lala mau berangkat. Jangan pada halu pagi-pagi." Starla menyalimi tangan ayah dan ibunya, lalu menggendong tasnya dan menghampiri Altair.

"Udah sarapannya?" Tanya pria itu.

"Menurut situ?" Tanya Starla balik.

"Pagi-pagi udah darting," Altair menggelengkan kepalanya.

"Buruan deh Al, kita kan mau upacara."

Altair mengangguk saja. "Lo duluan ke depan, gue mau pamit."

BUKAN FRIENDZONE (SQUEL LIGHTERS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang