BAGIAN 17

528 115 7
                                    

Starla menghempaskan tubuhnya di ranjang kesayangannya, dia menatap atap kamarnya dan menghela napasnya. Tubuhnya masih di baluti seragam sekolah, karna dia baru saja sampai di rumah.

"Ck, cape banget sih, pengen nikah aja bawaaannya."

Hal itulah yang sering Starla sebutkan pada dirinya sendiri kala merasa dirinya sedang cape. Padahal, yang dia ucapkan adalah hal-hal yang spontan saja di ucapkannya. Tapi entah kenapa, selalu saja kalimat itu yang terucap.

Tok tok tok

"KAKAK?"

Starla berdecak kembali mendengar teriakan itu, suara adiknya, Rava.

"KENAPA? KAKAK CAPE!" Sahut Starla sambil berteriak juga, lalu dia memejamkan matanya saat tak mendengar suara adiknya lagi.

"Rava mau tanya, kenapa kak Al nggak kesini?" 

Starla berjengjit kaget saat melihat Rava sudah berada di sampingnya. Bocah itu bertanya dengan wajah bingung dan sendu.

Altair ya? Ah, bahkan, Starla juga tidak tahu pria itu kemana.

"Kak Lala ish, kak Altair kemana?" Tanya Rava dengan ngotot.

"Mati kali," Jawab Starla asal.

"Ih kakak, nggak sopan ya, gak boleh gitu tau!"

Starla menaikkan alisnya, lalu membenarkan posisinya menjadi duduk. Dia menatap adiknya yang kini duduk di kasurnya. "Emangnya Altair ngejanjiin mau kesini?"

Rava mengangguk cepat. "Iya, tadi katanya pulang sekolah mau kesini."

"Tapi dia tadi pulang duluan." Kata Starla dengan jujur.

"Kenapa? kak Al sakit ya?" Tebak Rava tepat sasaran.

Starla mengangguk. "Iya, katanya sakit, mainnya nanti lagi."

"Yaudah, sekarang tolong telpon kak Al." Pinta Rava.

"Buat apa? kakak gak punya nomor hp nya."

"Jangan bohong kakak."

Starla berdecak. "Malesin, emang kenapa sih kamu ngebet banget mau main sama dia?"

"Ya emangnya kakak mau main sama Rava? boro-boro kan?" Tanya Rava dengan sebal.

Starla meringis, benar juga. Bukannya dia tidak mau, tapi Rava itu menurutnya menguji kesabaran. Entah kenapa juga Altair ngebet mau main sama adiknya. 

"Yaudah, nih telpon sendiri." Starla menyerahkan ponselnya setelah menemukan nomor Altair dan mengubunginya.

Rava dengan semangat mengambil ponsel itu dan menempelkannya pada telinga. Senyumnya berubah sendu saat panggilannya tak juga terhubung.

"Gak ada suaranya kak Al."

Starla menghela napasnya, lalu dia mengambil kembali ponselnya. "Itu namanya gak di angkat."

Dia mencoba kembali menghubungi Altair, namun masih tetap sama. "Nomornya nggak aktif, Rav."

"Yah, yaudah deh nanti kalo udah aktif kasih tau Rava ya kak."

"Hm," Sahut Starla sambil melihat Rava yang berjalan keluar. 

"Korban ghosting si Altair tuh anak, ck." Gumamnya saat mengingat tatapan sedih adiknya tadi.

~BukanFriendzone~

Pagi ini Starla memasuki kelasnya dengan perasaan yang sedikit mengganggu. Dia tiba-tiba kepikiran Altair, teman sekaligus musuhnya.

BUKAN FRIENDZONE (SQUEL LIGHTERS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang