Altair memasuki pekarangan rumah Starla dengan santai, dia bisa melihat ada dua motor sahabatnya disana.
Dia menerobos pintu yang terbuka lebar, dan terpampanglah ke-empat temannya yang sedang duduk di atas karpet, dengan Dias dan Daffa yang seperti sedang Mabar, dan juga Starla dan Ellif sedang memakan mie Samyang.
"Selamat Sore." Sapa Altair dengan random.
"Sore mbak, silahkan masuk." Cetus Dias, lalu pria itu kembali fokus pada ponselnya.
"Lama amat, ketemu sama si amat Lo?" Tanya Daffa.
"Bener tuh, lagian kenapa harus nganterin si Cindy sih, Al? Lo pacaran sama dia?" Tanya Ellif dengan serius, sedangkan Starla hanya diam mendengarkan.
Altair menghela nafasnya, mengantar Cindy bukanlah keinginannya, tapi perempuan itu terus saja mengganggunya, dengan alasan, dialah teman pertama yang Altair dapatkan.
"Jangan ngaco, dia cuman temen." Balas Altair.
Altair mendudukkan dirinya di karpet bawah, bergabung bersama teman-temannya. Dia mencari keberadaan Rava keseluruh penjuru rumah yang bisa Altair lihat, tapi tidak ada.
"Rava kemana?"
Starla menoleh, dia menggeleng pelan dengan mulut yang penuh dengan mie pedas itu. "Nggak ada, ternyata orang tua gue bawa Rava ke kantor."
Altair mengangguk saja, padahal dia sangat merindukan anak itu. "Udah main Tod nya?"
"Nggak jadi Al, kita gak mood, mending makan-makan aja." Sahut Ellif.
Altair mengangguk saja, "Lo ada ps gak, Hell?"
Starla menoleh. "Ada."
"Nanti gue main ya,"
"Sama gue Al." Sahut Dias.
"Iya," Jawab Starla pelan. "Gimana, lo mau ikut kan camping?"
Daffa mengerutkan keningnya. "Loh, lo gak ikut Al?"
Altair mengedikkan bahunya. "Belum izin gue."
Dias menepuk bahu sahabatnya, mengerti apa ada di pikiran pria itu. "Santai, gue yakin om Alam bakal ngizinin kok."
"Btw, besok kita belanja bareng yuk!" Ajak Ellif dengan semangat.
"Ayo, tapi gue cuman mau beli cemilan doang." Sahut Starla.
"Beli yang banyak ya, La. Biar nanti gue minta." Celetuk Dias.
Starla menoyor kepala pria itu. "Yeuu, itumah enak di elo."
"Besok sama-sama aja." Usul Altair.
"Berarti, lo ikut kan?" Tanya Starla memastikan.
"Gue mau paksa abi,"
Starla tersenyum senang mendengarnya. Itu artinya, dia akan ikut kan, jika Altair ikut?
"Seneng banget mbaknya." Altair menoyor kening Starla dengan pelan.
Starla tidak terima, dia membalasnya dengan menjitak kepala Altair. "Heh, enak aja Lo maen toyor sembarangan."
"Lo juga tadi noyor kepala gue, La." Sahut Dias yang mendengar pembelaan Starla.
Starla meringis. "Ya maaf,"
"Lo--- Eh? Lo kenapa?" Starla panik saat melihat Altair mual-mual seperti ingin muntah.
"Lo mau muntah?" Altair mengangguk cepat.
"Itu ke sana, ke toilet aja." Tunjuk Starla, Altair dengan cepat berlari ke arah toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN FRIENDZONE (SQUEL LIGHTERS)
Teen FictionMasa SMA yang seharusnya menjadi masa yang paling menyenangkan, nyatanya hanya harapan yang harus terkubur dalam-dalam untuk seorang Starla Halley Heraqueen. Nyatanya, Starla tidak pernah bisa menikmati masa SMA nya karna seseorang selalu menggangg...