Setelah satu minggu berlalu akhirnya Chan membawa Minho dan Jeongin kembali ke rumahnya.
"Masih mual?" Tanya Chan saat melihat Minho datang dari kamar mandi. Minho kemudian mengangguk, lalu dia duduk di atas ranjang.
Chan bangun lalu dia duduk di samping Minho. Pria Bang itu mengusap pipi Minho yang agak pucat itu.
"Mau ke dokter?" Tanya Chan kemudian, Minho lalu menunduk sambil memainkan jarinya.
"Kau benar-benar akan tanggung jawab kan Chan?" Tanya Minho lalu menatap wajah pria itu.
"Kenapa memangnya? Kau sudah di sini kan? Apa lagi yang kau mau?" Tanya Chan dengan wajah dinginnya. Minho semakin hari melihat sifat pria itu yang semakin dingin dan garang. Padahal saat pertama kali bertemu, Chan sangat baik dan ramah.
"Kapan kau akan menikahi ku?" Tanya Minho memberanikan diri. Terlihat pria itu tersenyum miring lalu dia bangun dari tempatnya.
"Hmmm nanti aku akan menikahi mu" kata Chan. Mendengar itu Minho merasa lega.
💮💮💮
Jeongin menyeret tangan Minho ke suatu tempat di rumah itu. Anak itu sangat aktif dan ceria, Minho sempat kewalahan saat menjaganya.
"Ibu kata ayah kau bisa berenang" kata Jeongin sambil mengajak Minho duduk di sofa depan kolam itu. Minho menatap kolam itu, dia benar-benar ingat saat pertama Chan membawanya ke sini.
"Jika aku menolak, mungkin ini tidak akan terjadi" kata Minho sambil menunduk.
"Ibu kenapa? Apa ada yang sakit?" Tanya Jeongin lalu dia memegang kening pria itu.
"Aku baik-baik saja" kata Minho lalu dia mengusap rambut pria kecil itu. Jeongin lalu naik ke arah pangkuang Minho, dia lalu memeluk pria itu.
"Boleh aku tidur di sini?" Tanya Jeongin pada pria manis itu. Minho langsung mengangguk dan memposisikan tubuh Jeongin agar menjadi nyaman. Sambil mengusap rambut pria kecil itu Minho menatap ke arah kolam itu.
"Aku mulai mengenal sifat mu" ujar Minho dengan mata berkaca-kaca itu.
"Permisi? Tuan" suara itu membangunkan Minho. Seorang wanita paruh baya itu sudah ada di depan Minho.
"Bibi yang waktu itu ya?" Tanya Minho pada wanita itu.
"Saya asisten rumah tangga di rumah ini, Tuan bisa panggil saya Lee Shin" kata wanita itu sambil membungkuk.
"Nenek" Jeongin tiba-tiba bangun dari pangkuan Minho.
"Tuan Jeongin, ayo kita tidur di kamar mu saja. Jangan ganggu Tuan Lee" kata wanita itu sambil berusaha mengambil Jeongin.
"Tidak apa-apa bibi" kata Minho sambil tersenyum.
Pada akhirnya mereka bertiga sekarang ada di kamar Jeongin. Minho sudah menidurkannya di kasur.
"Tuan pacar Tuan Chan?" Tanya wanita itu seketika. Minho terdiam, dia lalu mengangguk ragu.
"Panggil saya Minho saja bibi" ujar Minho, dia benar-benar merasa aneh jika dipanggil demikian.
"Apa Tuan Chan menghamili mu?" Mendengar itu seketika Minho terkejut. Dia langsung mengangguk pelan.
"Berapa umur mu?" Tanya wanita itu.
"Sembilan belas tahun" jawab Minho. Minho mulai takut melihat wajah bibi itu yang terlihat cemas.
"Masih sangat muda, sepuluh tahun lebih muda dari Tuan Chan. Kau baik-baik saja kan?" Tanya wanita itu.
Minho meneguk salivanya, sebenarnya apa yang terjadi. Suasana kembali sunyi setelah itu.
"Bibi apa aku boleh menanyakan sesuatu?" Tanya Minho.
"Silahkan" jawab wanita itu.
"Jeongin sebenarnya anak siapa?" Tanya Minho pada wanita itu. Terlihat wajah bibi Lee menjadi memucat.
"Dia anak Tuan Chan" jawab wanita itu sambil tersenyum.
"Siapa Ibunya?" Tanya Minho lagi. Terlihat wanita itu menghela napas.
"Dia sudah meninggal" kata wanita itu dengan wajah sedih. Minho langsung menatap Jeongin lagi. Pantas saja dia tidak tahu ibunya selama ini.
"Kenapa itu bisa terjadi?" Tanya Minho.
"Dia meninggal saat melahirkan Jeongin" kata Wanita itu dengan mata berkaca-kaca. Minho merasa sedih saat mendengar itu.
"Bibi aku ingin tanyakan sesuatu, kemarin aku melihat kartu identitas Chan, di sana tertera dia belum menikah apa itu benar?" Tanya Minho.
"Jangan Tanya padanya, Tanya saja langsung pada ku" suara itu membuat mereka menjadi terkejut.
"Tuan maafkan saya" wanita itu bangun dan menunduk.
"Aku tidak ada urusan dengan mu, Minho ayo ke kamar" kata Chan dengan wajah datarnya. Dengan ketakutan, Minho bangun dan membuntuti Chan dari belakang.
Chan langsung menutup pintu saat Minho sudah masuk. Dia lalu mendekat dan membelai wajah pria itu.
"Apa saja yang dia katakan pada mu?" Tanya Chan pada pria manis itu. Minho meneguk salivanya, apa benar ini Chan?
"Aa aku bertanya di mana ibu Jeongin, bibi mengatakan sudah meninggal. Itu saja" jawab Minho.
"Hmm Baiklah, ada yang mau kau ketahui lagi?" Tanya Chan.
"Kau pernah menikah sebelumnya?" Tanya Minho memberanikan diri. Terlihat senyuman itu di wajah Chan.
"Belum, menikah itu merepotkan kau tahu. Setelah menikah aku tidak bisa bebas" Mendengar itu membuat Minho terkejut.
"Jadi Jeongin?" Chan mengecup bibir pria itu kemudian.
"Iya dia anak di luar nikah" kata Chan. Mendengar itu Minho menjadi menunduk.
"Kenapa sedih?" Tanya Chan pada si manis itu.
"Apa aku juga akan bernasib sama seperti dia?" Tanya Minho dengan mata yang berkaca-kaca.
Chan lalu menarik pinggang pria itu, lalu dia memeluk Minho.
"Apa yang kau katakan, dia sudah ditakdirkan untuk mati saat itu" kata Chan sambil mengelus punggung pria itu. Minho entah kenapa sulit untuk mempercayai mulut pria itu saat ini.
"Ini bawa, nanti kau ke dokter. Aku lihat kau menjadi semakin pucat" kata Chan sambil memberikan kartu ATM itu.
"Sendirian?" Tanya Minho.
"Aku sedang sibuk hari ini, lagipula biasanya kau melakukan apapun dengan sendirian juga kan?" Kata Chan. Minho akhirnya mengangguk dan mengambil kartu itu.
💮💮💮
"Ada apa dengan ku?" Tanya Minho pada dokter itu.
"Tuan Lee, saya melihat kandungan anda masih muda, karena hal itu saya sarankan untuk jangan berhubungan suami istri dulu karena takut akan terjadi keguguran. Umur anda juga masih agak muda hal itu sangat berisiko tinggi" kata dokter itu. Minho hanya bisa mengangguk saja.
Di perjalanan Minho hanya diam, bagaimana dia mengatakan itu pada Chan nanti. Dia tahu karena Chan selalu menuntut itu padanya walaupun mereka belum menikah.
"Ibu kenapa?" Tanya Jeongin yang daritadi tengah memandangi pria itu. Jeongin menoleh lalu dia tersenyum.
"Kau mau makan es krim?" Tanya Minho pada si kecil itu.
"Boleh aku coba punya ibu?" Tanya Jeongin pada pria itu. Minho mengangguk lalu dia menyuapi es itu pada si kecil.
"Ibu sakit ya?" Pertanyaan itu membuat Minho terkejut. Dia lalu menggeleng pelan.
"Tadi ibu" kata-kata Minho terhenti saat Jeongin melihat ke arah lain.
"Ibu itu ayah kan?" Tanya Jeongin sambil menunjuk ke arah itu.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
MAMA || BANGINHO ✔
FanfictionNOTE: SEBELUM BACA WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR DULU Minho melakukan segala cara untuk mendapatkan uang termasuk tidur dengan seorang pria dewasa. WARNING ⚠️ -BXB -MPREG -CHAN: TOP - MINHO: BOTTOM - MATURE KONTEN 🔞 KALAU GAK BISA TOLONG JANGAN DIBUKA...