MAMA 16.0 🐣 : DISTRICT 9

4.7K 472 68
                                    

"Aku baik-baik saja kau tidak usah repot-repot membawa makanan ke sini" kata Minho pada pria Bang itu.

Chan masih kekeh menaruh piring itu di atas nakas. Dia kemudian duduk di samping Minho.

"Jeongin bisa kau tinggalkan kami sebentar?" Tanya Chan pada pria kecil itu. Jeongin mengangguk lalu dia pergi dari sana.

"Kenapa kau menyuruhnya keluar?" Tanya Minho pada Chan. Pria Bang itu kemudian memegang tangan Minho lalu menatap mata pria itu.

"Aku benar-benar tidak bermaksud Minho" kata Chan. Minho langsung mengangguk.

"Aku sudah mengatakan aku baik-baik saja, aku senang jika kau senang" kata Minho. Mendengar itu entah kenapa membuat Chan merasa bersalah lagi. Pria Bang itu kemudian memeluk Minho, Minho hanya diam saat pria itu memeluknya. Sejujurnya dia tidak bisa percaya dengan mudah lagi pada pria itu.

"Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi" kata Chan. Minho hanya mengangguk mengiyakannya, namun dalam hatinya berkebalikan dengan gerakan kepalanya itu.

"Aku akan pulang cepat hari ini" kata Chan pada pria manis itu. Minho mengangguk sambil tersenyum, dia lalu merapikan pakaian Chan yang masih belum benar.

"Sampai jumpa" kata Minho sambil tersenyum semanis mungkin pada pria Bang itu.

Sejak kejadian itu Minho tidak bisa mengendalikan dirinya, saat ditempat sepi atau kamar mandi dia pasti menangis. Dia merasa sangat tertekan di sana.

"Semua yang dia lakukan dan katakan palsu, bodohnya aku percaya dan jatuh cinta padanya" kata pria itu sambil membuang ponselnya ke lantai.

Dia menutup matanya lalu air mata itu kembali keluar, Minho menangis dalam diam di kamar mandi itu.

"Jika aku terus begini, mungkin saja aku bisa gila" gumamnya.

Di sisi lain, ternyata Jeongin diam di luar kamar mandi itu. Dia dengan jelas mendengar apa yang Minho lakukan di dalam sana.

"Ibu kenapa?" Gumam anak itu.

Saat sudah merasa puas mengeluarkan amarahnya Minho langsung keluar dari sana. Pria manis itu terkejut saat melihat Jeongin sudah ada di depan pintu memandangnya sambil menangis.

"Kau kenapa?" Tanya Minho berjalan ke arah anak itu. Jeongin langsung memeluk Minho, dia kembali menangis.

"Ibu aku tidak mau Ibu sakit lagi, aku sayang Ibu. Ayah pasti jahat pada ibu" kata anak itu sambil menangis. Minho lalu menunduk dan mengusap rambut pria itu.

"Aku baik-baik saja Jeongin" kata Minho berusaha menyangkalnya.

"Ibu ayo kita pergi dari sini, ayah tidak boleh menyakiti Ibu lagi" kata anak itu sambil memegang tangan Minho.

"Apa yang kau katakan, ayahmu tidak melakukan apapun pada ku" kata Minho berusaha membujuk Jeongin.

"Tidak dia pasti jahat, ayo Ibu kita pergi" kata Jeongin sambil menatap mata milik Minho. Entah kenapa Minho menjadi kembali menangis, dia kemudian memeluk pria itu.

Dan benar saja, Minho membawa Jeongin pergi dari rumah itu. Dia benar-benar tidak tahan lagi. Mereka sama sekali tidak membawa apapun, cuma tas berisi beberapa pakaian saja.

Minho pergi ke rumah neneknya, hanya tempat itu yang bisa dia tempati sekarang.

"Aigoo... Jeongin ayo masuk" kata Minho pada anak kecil itu.

"Siapa kau?" Suara itu membuat Minho terkejut.

"Nenek ini aku" Minho langsung menjawab saat wanita itu berdiri di depannya.

"Kau Minho?" Tanya wanita itu, dia melihat tubuh Minho yang berbadan dua saat ini.

"Kau hamil? Kapan kau menikah?" Tanya wanita itu sambil memegang pipi milik Minho. Minho meneguk salivanya, dia lalu menunduk.

"Kenapa kau? Dan ini anak siapa?" Tanya Wanita itu.

Wanita itu mengajak Minho untuk masuk, lalu Minho menceritakan semua yang terjadi padanya selama ini.

"Nak kenapa kau melakukan itu demi uang, aku tidak mengira kau akan berpikir seperti itu" kata wanita itu. Minho hanya diam sambil menunduk, karena semua ini adalah salahnya.

"Yang rugi itu kau" lanjut wanita itu.

"Maafkan aku nek, semua telah terjadi. Andai saja aku tidak pergi ke kota waktu itu" kata Minho.

"Dan itu anak pria itu? Kenapa kau ikut membawanya?" Tanya Wanita itu sambil menunjuk ke arah Jeongin yang sudah tertidur pulas.

"Aku kasihan dengannya, dia menganggap ku sebagai ibunya. Aku takut dia trauma nek" jelas Minho. Wanita itu lalu mengangguk dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kalian diamlah di sini jangan ke mana-mana lagi, jika pria itu datang aku akan memukulinya berkali-kali" ujar wanita itu kesal.

"Jeongin maaf ya di sini tidak sebesar dan semewah rumah mu" kata Minho pada Jeongin.

"Aku sudah senang saat bersama ibu" kata anak itu. Minho kemudian tersenyum mendengarnya, dia lalu kembali memeluk anak itu dan menidurkannya.

💮💮💮

Chan dengan benar-benar menepati apa yang dia katakan pada Minho pagi itu. Pria itu benar-benar pulang lebih awal dari biasanya.

"Tuan Chan!" Panggil Bibi Lee dari dalam rumah saat Chan masuk ke sana.

"Ada apa? Kenapa kau sangat panik?" Tanya Chan sambil menaikan salah satu alisnya.

"Tuan Minho dan Jeongin tidak ada di rumah" kata wanita itu. Chan langsung terdiam, dia lalu mengambil ponselnya berusaha menghubungi Minho.

"Aiss kenapa tidak aktif" kata Chan kesal.

"Kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi?" Kata Chan kesal.

"Tadi sebelum saya ke minimarket mereka masih ada di rumah, namun saat saya pulang baru saja mereka sudah tidak ada.  Tas besar milik tuan Minho juga tidak ada" Mendengar itu membuat Chan menegang.

"Aku akan mencarinya keluar, dasar tidak becus" kata Chan kesal.

Dia berusaha mencari mereka di sekeliling kota. Chan juga menyewa beberapa Intel untuk melacak keberadaan mereka.

"Saya rasa dia tidak ada di kota saat ini" kata seseorang yang menelepon Chan. Dengan wajah frustasinya Chan mematikan panggilan itu.

"Di mana kau Minho" gumamnya. Perasaan bersalah mulai muncul, dia takut Minho melakukan hal yang tidak-tidak pada dirinya.

💮💮💮

"Tuan Bang polisi mengatakan mereka menemukan sebuah mayat yang hamil mengembang di sungai Han" Mendengar itu seketika membuat jantung Chan serasa diremas.

"Apa? Apa sudah dicek identitasnya?" Tanya Chan dengan tubuh bergetar.

"Belum bisa, wajahnya hancur dan sama sekali tidak ditemukan kartu identitas" jawabnya.

Chan memegang dadanya, dia berusaha untuk berpikir jernih tapi sangat susah.

"Pasti bukan dia" kata Chan sambil mematikan panggilan itu.

"Minho maafkan aku" pria itu seketika menangis, dia benar-benar merasa bersalah telah menyia-nyiakan pria itu.

Chan langsung pergi ke tempat itu, dia ingin melihat mayat itu.

"Tuan Bang ini bukan orang yang kau cari" seseorang mengatakan itu saat melihat Chan di sana. Chan sangat lega mendengarnya.

"Apa kalian menemukannya?" Tanya Chan.

"Mereka ada di desa Jajang, Distrik 9" kata pria itu.

TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

MAMA || BANGINHO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang