8. Jebakan Batman

5.2K 389 88
                                    

Vote terlebih dulu 🙏


📚 HAPPY READING 📚

بِسْمِ للّٰهِ لرَّحْمَنِ لرَّحِيْمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

بِسْمِ للّٰهِ لرَّحْمَنِ لرَّحِيْمِ

•••

"Saat seorang laki-laki mengatakan 'saya terima' dalam sebuah akad pernikahan, maka itu berarti ia mengatakan 'bahwa saya menerima tanggung jawab untuk melayani, mencintai, dan melindunginya.' "

🍁

Suara murottal Al-Qur'an terdengar merdu di telinga Safwa yang masih bergelut dengan selimut. Matanya mengerjap, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya. Dapat ia lihat jam dinding yang bertengger indah di atas pintu kamar, pukul tiga pagi. Sayup-sayup dapat ia dengar suara Albizar yang sedang melantunkan surah Ar-Rahman. Surah yang menjadi favoritnya, karena dalam surah tersebut ada satu ayat yang diulang sebanyak 31 kali.

"Fa bi ayyi aalaa'i rabbikuma tukazziban ...."

Srek...

Fokus Albizar terpecah ketika merasa ada gerakan dari atas tempat tidur. Albizar menoleh, dan melihat Safwa sudah duduk memandangi dirinya.

"Shodaqollahul azim." Albizar menghentikan bacaan murottal-nya dan menutup Al-Qur'an.

"Kok, wis bangun?" tanya Albizar.

"Mau salat tahajud," balas Safwa yang beranjak turun, tetapi langsung ditahan oleh Albizar.

"Emang udah baikan? Wis nggak pusing lagi?" tanya Albizar menyentuh kening Safwa dengan punggung tangannya.

"Masih pusing dikit, tapi kuat, kok."

Setelah kejadian di toko kuenya beberapa hari yang lalu, Safwa jatuh sakit.Albizar juga dengan sabar dan telaten mengurus Safwa di rumah beberapa hari ini.

"Nggak usah dipaksa kalau emang masih pusing," ucap Albizar menahan tubuh Safwa.

"Mas, lupa sama ayat yang baru saja kamu baca? Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan?"

Safwa menggeser tubuhnya agar dapat berhadapan langsung dengan Albizar. "Aku masih diberi kesehatan dan bisa menjalankan ibadah adalah suatu nikmat yang luar biasa, Mas. Kalau aku masih bisa menjalankannya, kenapa tidak?"

Albizar tersenyum. Ia mengelus kepala Safwa yang tertutup oleh jilbab. Selama ini Safwa memang sama sekali belum membuka jilbabnya di depan Albizar. Albizar pun juga tak keberatan atau mempermasalahkannya.

"Pinter banget istriku," puji Albizar tersenyum.

"Masih pagi, Mas. Jangan gombal."

Albizar tertawa. "Yowis, aku anter ke kamar mandi, ya."

KALAM RINDU "Untuk Safwa" [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang